Perhatian China Beralih ke Pasifik, RI Harus Segera Ambil Langkah Strategis

Senin, 23 September 2019 - 18:27 WIB
Perhatian China Beralih ke Pasifik, RI Harus Segera Ambil Langkah Strategis
Perhatian China Beralih ke Pasifik, RI Harus Segera Ambil Langkah Strategis
A A A
JAKARTA - Populasi ras Melanesia, Mikronesia dan Polinesia yang berada di dunia saat ini kurang lebih berjumlah 9,7 juta jiwa yang tersebar di setiap negara-negara yang berada di kawasan Pasifik.

Indonesia sendiri memiliki 5,6 juta jiwa populasi Melanesia dan Polinesia yang berada di 5 provinsi di Indonesia Timur antara lain provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur yang membuktikan bahwa Indonesia adalah negara Pasifik terbesar di dunia saat ini.

"Dengan letak geografis yang sangat dekat dengan negara-negara pasifik lainnya, Indonesia sudah seharusnya menjadi leader dalam kawasan Pasifik," ujar pengamat Pasifik untuk Indonesia Gerry Habel Hukubun kepada SINDOnews di Jakarta, Senin (23/9/2019).

Berbicara tentang geopolitik dan geostrategis yang ada, maka kawasan Indo-Pasifik adalah fakta bahwa peluang meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut dapat diciptakan apabila dapat melakukan hubungan kerjasama yang inklusif sehingga menciptakan peluang strategis dalam kerjasama ekonomi, politik dan militer.

Indo-Pasifik sendiri adalah titik-titik geografis yang membentangkan luas wilayah Samudera Hindia hingga Samudra Pasifik dan kawasan ini merupakan rumah bagi 3/5 populasi dunia dengan total GDP hampir mencapai USD52 triliun.

Dengan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) yang ada, seharusnya menjadi peluang indonesia dalam membangun kerjasama ekonomi dengan negara-negara di kawasan pasifik lainnya.

"Namun kondisi saat ini, China dengan program OBOR (One Belt One Road) yang belakangan di ganti namanya menjadi BRI (Belt and Road Initiative) mulai mengembangkan perhatiannya ke kawasan Pasifik," tambahnya.

Program BRI China yang menyambungkan jalur dagang seluruh benua lewat jalur maritim, dengan China sebagai pusatnya, menjadi tantangan terbesar Indonesia untuk dapat menjalin kerjasama dengan negara-negara Pasifik saat ini.

"Dengan pinjaman lunak tanpa syarat ke kawasan pasifik sebesar USD1,8 miliar saat ini, muncul ketergantungan negara-negara Pasifik terhadap China. China saat ini sudah memberikan pinjaman tanpa syarat sebesar USD3,5 miliar kepada PNG," imbuh Gerry.

Di Tongga, China sudah membangun kantor kementerian keuangan terbesar sekaligus bangunan termegah di negara tersebut. Hutang Tongga kepada China saat ini sudah mencapai USD160juta yang dimana itu adalah seperti tiga kali produk domestic bruto (PDB) negara tersebut.

Dia menjelaskan bahwa hutang Fiji terhadap China sudah mencapai USD500 juta, dan China pun hampir membangun pangkalan militer di Vanuatu walaupun akhirnya batal di realisasikan. Di sisi lain, Kepulauan Solomon memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan dan membuka hubungan diplomatik dengan China.

"Kondisi ini menunjukkan bahwa China sudah hampir menguasai ekonomi yang adalah seluruh kawasan Pasifik dan Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk membangun hubungan ekonomi dan politik yang berkelanjutan dengan negara-negara kawasan Pasifik," lanjut Gerry.

Menurut dia, untuk membangun hubungan ekonomi dan politik yang berkelanjutan dengan negara-negara pasifik, Indonesia harus memiliki Blueprint Pacific Engagement yang nyata sehingga bisa menjadi dasar membangun hubungan diplomatik yang baik dengan negara-negara di kawasan Pasifik. Selain itu, penempatan perwakilan dari Indonesia Timur juga dinilai bisa menguntungkan dari segi pendekatan kultural maupun politik.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5179 seconds (0.1#10.140)