Beras dan Rokok Jadi Penyumbang Besar Inflasi Tahunan Agustus 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2024 terjadi inflasi secara tahunan sebesar 2,12 persen. Sementara secara tahun kalender terjadi inflasi 0,87 persen.
"Tingkat inflasi tahunan pada Agustus 2024 adalah sebesar 2,12 persen atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 103,86 pada Agustus 2023 menjadi 106,06 pada Agustus 2024," jelas Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers hari ini, Senin (2/9/2024).
Pudji menuturkan, berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 3,39 persen dan memberikan andil sebesar 0,96 persen terhadap inflasi umumnya.
Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah beras dan sigaret kretek mesin masing-masing memberikan andil sebesar 0,43 persen dan 0,12 persen. Komoditas lain yang juga memberikan andil inflasi cukup besar adalah cabai rawit, kopi bubuk dan gula pasir.
"Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi cukup signifikan adalah emas perhiasan dan bensin yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,30 persen dan 0,06 persen," terang Pudji.
Ia menambahkan, secara tahunan, inflasi pada Agustus 2024 ini terjadi pada seluruh komponen. Komponen inti mengalami inflasi tahunan sebesar 2,02 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil inflasi sebesar 1,30 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi diantaranya emas perhiasan, kopi bubuk, gula pasir, nasi dengan lauk, biaya sewa rumah dan minyak goreng.
"Berikutnya, komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi tahunan sebesar 1,68 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,33 persen dan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk komponen ini adalah sigaret kretek mesin, bensin, sigaret kretek tangan, dan sigaret kretek putih mesin," papar Pudji.
Selanjutnya, komponen harga bergejolak yang mengalami inflasi sebesar 3,04 persen dengan andil inflasi sebesar 0,49 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk komponen harga bergejolak ini adalah beras, cabai rawit, dan kentang.
"Kemudian berdasarkan sebaran wilayahnya dimana secara tahunan, seluruh provinsi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan dengan inflasi sebesar 5,05 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kepulauan Bangka Belitung dengan inflasi sebesar 1,02 persen," tutup Pudji.
"Tingkat inflasi tahunan pada Agustus 2024 adalah sebesar 2,12 persen atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 103,86 pada Agustus 2023 menjadi 106,06 pada Agustus 2024," jelas Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers hari ini, Senin (2/9/2024).
Pudji menuturkan, berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 3,39 persen dan memberikan andil sebesar 0,96 persen terhadap inflasi umumnya.
Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah beras dan sigaret kretek mesin masing-masing memberikan andil sebesar 0,43 persen dan 0,12 persen. Komoditas lain yang juga memberikan andil inflasi cukup besar adalah cabai rawit, kopi bubuk dan gula pasir.
"Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi cukup signifikan adalah emas perhiasan dan bensin yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,30 persen dan 0,06 persen," terang Pudji.
Ia menambahkan, secara tahunan, inflasi pada Agustus 2024 ini terjadi pada seluruh komponen. Komponen inti mengalami inflasi tahunan sebesar 2,02 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil inflasi sebesar 1,30 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi diantaranya emas perhiasan, kopi bubuk, gula pasir, nasi dengan lauk, biaya sewa rumah dan minyak goreng.
"Berikutnya, komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi tahunan sebesar 1,68 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,33 persen dan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk komponen ini adalah sigaret kretek mesin, bensin, sigaret kretek tangan, dan sigaret kretek putih mesin," papar Pudji.
Selanjutnya, komponen harga bergejolak yang mengalami inflasi sebesar 3,04 persen dengan andil inflasi sebesar 0,49 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi untuk komponen harga bergejolak ini adalah beras, cabai rawit, dan kentang.
"Kemudian berdasarkan sebaran wilayahnya dimana secara tahunan, seluruh provinsi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan dengan inflasi sebesar 5,05 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kepulauan Bangka Belitung dengan inflasi sebesar 1,02 persen," tutup Pudji.
(fch)