5 Menteri Ekonomi Termuda di Dunia

Minggu, 27 Oktober 2019 - 09:01 WIB
5 Menteri Ekonomi Termuda di Dunia
5 Menteri Ekonomi Termuda di Dunia
A A A
JAKARTA - Memasuki periode kepemimpinan kedua sebagai presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) memberi nuansa baru pada jajaran kabinetnya dengan menunjuk beberapa menteri dan wakil menteri dari kalangan milenial.

Para menteri dan wakil menteri generasi muda tentunya relatif lebih enerjik, di sisi lain mereka juga tetap harus memiliki kompetensi, kepemimpinan kuat, berjiwa eksekutor, dan responsif terhadap perubahan.

Tidak hanya di Indonesia, pemerintah di beberapa negara juga memasukkan beberapa anak-anak muda di posisi kabinet untuk menjembatani generasi muda. Dalam rangkuman SINDOnews, berikut 5 Menteri Ekonomi Termuda di Dunia:

1. Simon Harris (Irlandia)
Simon Harris yang menjabat sebagai Menteri Keuangan Irlandia pada 2014. Pria kelahiran 17 Oktober 1986 itu dilantik menjadi menteri pada saat usia 27 tahun. Usai menjadi Menteri Keuangan dia pun kembali menjadi Menteri Kesehatan pada tahun 2016.

Simon terpilih menjadi menteri kesehatan karena pernah menjadi aktivis Oireachtas cross party group pada Juni 2013. Saat itu dirinya mengampanyekan keberpihakan kepada orang dengan kesehatan mental yang memang tidak perlu dikucilkan masyarakat. Aksinya tersebut terekam dan menjadikan Simon sebagai satu-satunya kandidat yang dinilai punya kualifikasi di bidang kesehatan.

2. Anupriya Patel (India)
Perempuan kelahiran Kanpur, Negara Bagian Uttar Pradesh, 28 April 1981 ini dinobatkan majelis parlemen India sebagai Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga pada 5 Juli 2016, saat itu usianya 35 tahun. Sebelumnya, penyandang gelar S2 Psikologi dan Master in Business Administration dari Universitas Perempuan Lady Shri Ram, Universitas Amity dan Universitas Kanpur itu pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal Partai Apna Dal.

3. Yeo Bee YiN (Malaysia)
Yeo Bee Yin, menjadi menteri muda pada usia 36 tahun. Dia menjabat Menteri Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim Malaysia. Yeo menjadi menteri perempuan termuda di Kabinet Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.

Dia diketahui sangat ahli di bidang teknik kimia. Lewat jabatan menteri ini, Yeo ingin mempromosikan kompetisi baru, efisiensi energi, dan dekarbonisasi. Dia telah meningkatkan target energi terbarukan Malaysia menjadi 20% pada 2025.

Yeo sangat ingin mengubah Malaysia menjadi pusat pembiayaan untuk semua proyek hijau di Asia Tenggara. Dia juga berencana membuka pasar listrik ritel untuk kompetisi dan memungkinkan pemain lokal untuk mengekspor ke negara lain.

4. Mark Okoye (Nigeria)
Mark Okoye adalah anggota kabinet negara bagian di Pemerintah Negara Bagian Anambra yang berlokasi di Nigeria Tenggara. Dia menjadi komisaris termuda Nigeria sebagai Komisaris Perencanaan Ekonomi dan Anggaran untuk Negara Bagian Anambara, pada usia 32.

Dalam kapasitasnya sebagai komisaris, dia bertanggung jawab untuk mengarahkan pengembangan dan pelaksanaan cetak biru ekonomi negara, rencana strategis jangka menengah dan persiapan anggaran tahunan. Dia juga melayani banyak dewan penasihat dan komite dewan eksekutif di tingkat negara bagian, regional dan nasional.

5. Nadiem Makarim (Indonesia)

Presiden Joko Widodo telah melantik para menterinya dalam Kabinet Indonesia Maju. Dari sekian banyak nama, ada sosok yang kemudian ramai dibincangkan di media sosia, yaitu Mendikbud Nadiem Makarim. Eks bos Gojek ini dianggap sebagai perwakilan milenial dalam kabinet Jokowi periode kedua.

Nadiem Anwar Makarim lahir di Singapura, 4 Juli 1984, putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka yang berketurunan Minang-Arab. Sedangkan ibunya merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah seorang perintis kemerdekaan Indonesia.

Nadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SLTA berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura. Sehabis menyelesaikan pendidikan SMA di Singapura, pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Brown University, Amerika Serikat.

Nadiem sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics. Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia mengambil pascasarjana dan meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.

Pada tahun 2006, Nadiem memulai kariernya sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun sebagai pengusaha dengan mendirikan Zalora Indonesia. Di perusahaan tersebut ia juga menjabat sebagai Managing Editor.

Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus mengembangkan Gojek yang telah ia rintis sejak tahun 2011.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5893 seconds (0.1#10.140)