Tingkatkan Produksi Migas, PEP Terapkan Teknologi CO2 Removal Package
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertamina EP (PEP) mencatatkan tonggak sejarah baru dengan menerapkan teknologi CO2 Removal Package berbasis amine system pertama di dunia. Inovasi ini bagian dari proyek optimasi pengembangan lapangan-lapangan (OPLL) Akasia Bagus-Gantar di Indramayu, Jawa Barat bertujuan untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi.
"Teknologi ini akan membantu mengolah gas dengan kadar CO2 tinggi, mencapai 65% mole, sesuai spesifikasi penjualan gas dalam perjanjian eksisting di Jawa Barat," ujar General Manager Pertamina EP wilayah Jawa Barat, Afwan Daroni, dalam keterangan resmi, Selasa (31/12/2024).
Dia menjelaskan bahwa fasilitas produksi tersebut dirancang untuk mengolah minyak dan gas dengan kapasitas total mencapai 9.000 barel cair per hari (BLPD) dan 22 juta kaki kubik standar gas per hari (MMSCFD). Proyek ini melibatkan pengeboran 22 sumur pengembangan serta pembangunan fasilitas produksi SP Akasia Bagus (ABG) Tahap 1 dan Tahap 2.
Targetnya, proyek ini mampu menambah produksi minyak hingga 12,71 juta barel (MMSTB) dan gas sebesar 10,53 miliar kaki kubik standar (BSCF). Hingga saat ini, sebanyak 12 dari total 26 sumur di lapangan tersebut telah selesai dibangun.Proyek ini mengintegrasikan teknologi AGRU (Acid Gas Removal Unit), Gas Dehydration Unit, dan Thermal Oxidation (TOX). Teknologi ini bertujuan untuk mengurangi kadar CO2, H2S, dan air agar memenuhi standar penjualan gas.
Implementasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas gas tetapi juga membuka peluang penerapan metode Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) sebagai langkah mendukung target net zero emission. Lapangan Akasia Bagus telah menggunakan fasilitas Early Production Facilities (EPF) untuk menangani produksi awal.
Fasilitas produksi tahap 1 diproyeksikan mulai beroperasi penuh pada Februari 2025 untuk cairan dan dilanjutkan oleh AGRU pada Mei 2025. "Proyek ini merupakan wujud komitmen kami terhadap keberlanjutan lingkungan dan peningkatan produksi energi," tambah Afwan.
Dengan keberadaan teknologi baru ini, Pertamina EP berharap dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan energi nasional sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan. Regional Jawa sebagai pelaksana proyek memastikan seluruh operasi dilakukan sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan standar HSSE.
Langkah ini sejalan dengan visi Pertamina Hulu Energi sebagai Subholding Upstream dalam mengelola lapangan minyak dan gas di dalam dan luar negeri. Teknologi berbasis amine system ini menjadi model inovasi yang diharapkan bisa diaplikasikan di wilayah lain dengan kadar CO2 tinggi.
"Pertamina EP juga mengajak semua pihak mendukung langkah inovatif ini guna memastikan keberlanjutan energi dan pencapaian target emisi nol bersih di masa depan," ucapnya.
"Teknologi ini akan membantu mengolah gas dengan kadar CO2 tinggi, mencapai 65% mole, sesuai spesifikasi penjualan gas dalam perjanjian eksisting di Jawa Barat," ujar General Manager Pertamina EP wilayah Jawa Barat, Afwan Daroni, dalam keterangan resmi, Selasa (31/12/2024).
Dia menjelaskan bahwa fasilitas produksi tersebut dirancang untuk mengolah minyak dan gas dengan kapasitas total mencapai 9.000 barel cair per hari (BLPD) dan 22 juta kaki kubik standar gas per hari (MMSCFD). Proyek ini melibatkan pengeboran 22 sumur pengembangan serta pembangunan fasilitas produksi SP Akasia Bagus (ABG) Tahap 1 dan Tahap 2.
Targetnya, proyek ini mampu menambah produksi minyak hingga 12,71 juta barel (MMSTB) dan gas sebesar 10,53 miliar kaki kubik standar (BSCF). Hingga saat ini, sebanyak 12 dari total 26 sumur di lapangan tersebut telah selesai dibangun.Proyek ini mengintegrasikan teknologi AGRU (Acid Gas Removal Unit), Gas Dehydration Unit, dan Thermal Oxidation (TOX). Teknologi ini bertujuan untuk mengurangi kadar CO2, H2S, dan air agar memenuhi standar penjualan gas.
Implementasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas gas tetapi juga membuka peluang penerapan metode Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) sebagai langkah mendukung target net zero emission. Lapangan Akasia Bagus telah menggunakan fasilitas Early Production Facilities (EPF) untuk menangani produksi awal.
Fasilitas produksi tahap 1 diproyeksikan mulai beroperasi penuh pada Februari 2025 untuk cairan dan dilanjutkan oleh AGRU pada Mei 2025. "Proyek ini merupakan wujud komitmen kami terhadap keberlanjutan lingkungan dan peningkatan produksi energi," tambah Afwan.
Dengan keberadaan teknologi baru ini, Pertamina EP berharap dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan energi nasional sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan. Regional Jawa sebagai pelaksana proyek memastikan seluruh operasi dilakukan sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan standar HSSE.
Langkah ini sejalan dengan visi Pertamina Hulu Energi sebagai Subholding Upstream dalam mengelola lapangan minyak dan gas di dalam dan luar negeri. Teknologi berbasis amine system ini menjadi model inovasi yang diharapkan bisa diaplikasikan di wilayah lain dengan kadar CO2 tinggi.
"Pertamina EP juga mengajak semua pihak mendukung langkah inovatif ini guna memastikan keberlanjutan energi dan pencapaian target emisi nol bersih di masa depan," ucapnya.
(nng)