Oxford Economics: Sukses Atasi Pandemi, Prospek Ekonomi Vietnam Paling Cerah di ASEAN

Kamis, 17 September 2020 - 14:53 WIB
loading...
Oxford Economics: Sukses Atasi Pandemi, Prospek Ekonomi Vietnam Paling Cerah di ASEAN
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Untuk memastikan kebangkitan ekonomi di seluruh kawasan, sangat penting bagi negara-negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN --seperti Indonesia, Singapura, Filipina, dan Malaysia--untuk melakukan pemulihan yang stabil.

Namun, tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dalam mengatasi wabah Covid-19 , dan kebijakan pelonggaran pembatasan sosial yang juga bervariasi akan memperbesar disparitas dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Sebagai negara dengan jumlah kasus terbesar di wilayah ASEAN, Filipina diperkirakan akan mencatat kontraksi terbesar, dengan PDB turun 8,2% pada 2020. Hal ini dikarenakan ketergantungan ekonominya pada pariwisata internasional dan keterlambatannya dalam menerapkan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial. ( Baca juga:AS-China Makin Panas, Arus investasi Kedua Negara Anjlok )

Dalam laporan bertajuk Global Economic Outlook Report dari Oxford Economics, yang diterbitkan oleh badan akuntan ICAEW, pertumbuhan di Singapura diperkirakan akan menyusut sebesar 5,7% tahun ini karena penurunan tajam dalam perdagangan global. Akan tetapi, tanda-tanda pemulihan ekspor dan impor akan membuat angka pertumbuhan naik ke 6,1% pada tahun 2021.

Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa Vietnam memiliki prospek pemulihan ekonomi yang paling cerah dengan situasi lantaran mereka telah berhasil mengatasi pandemi dengan sangat efektif hingga saat ini.

Vietnam diharapkan menjadi satu-satunya ekonomi kawasan yang dapat mencatat pertumbuhan positif tahun ini dengan PDB naik sebesar 2,3%, dan 8% pada tahun 2021.

Ekspor Malaysia diprediksi akan diuntungkan dari peningkatan permintaan impor Tiongkok dan siklus elektronik. Meskipun demikian, kecepatan pemulihannya kemungkinan akan melambat mengingat permintaan global yang sedang lesu, pengangguran yang tinggi, serta investasi yang lemah.

Ekonomi Malaysia diperkirakan akan menyusut sebesar 6% tahun ini, diikuti oleh pertumbuhan 6,6% pada tahun 2021.

“Jalan menuju pemulihan ekonomi di Asia Tenggara akan panjang, ditambah dengan ketegangan AS-Tiongkok saat ini, perlambatan jangka panjang dalam aktivitas perdagangan global, dan pandemi Covid-19 yang berkepanjangan turut membebani prospek pertumbuhan kawasan ini,” ungkap Mark Billington, Direktur Regional ICAEW, Tiongkok Raya dan Asia Tenggara dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (17/9/2020).

Di Indonesia sendiri, jumlah kasus Covid-19 terus meningkat sehingga laju pemulihan ekonomi diperkirakan akan melambat. PDB Indonesia diperkirakan akan menyusut sebesar 2,7% pada tahun 2020 sebelum nantinya akan tumbuh sebesar 6,2% pada tahun 2021.

"Sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di kawasan ASEAN, proses pemulihan Indonesia akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kawasan secara keseluruhan," kata dia. ( Baca juga:Indonesia Absen di Denmark Terbuka, Pemain Siap Tempur di Seri Asia )

Meskipun ekonomi setiap negara menderita akibat krisis, struktur ekonomi kawasan ASEAN yang unik menunjukkan bahwa krisis telah memberikan dampak yang berbeda di setiap negara. Pada akhirnya, negara-negara yang berhasil mengendalikan wabah dan kembali melanjutkan aktivitas ekonomi mereka akan dapat bangkit lebih cepat daripada negara lain di kawasan ini.

Pandemi Covid-19 juga turut mengurangi PDB global sekitar 9% di paruh pertama tahun 2020, setidaknya tiga kali lipat dari krisis keuangan di tahun 2007-2009.

Laporan yang sama juga memaparkan bahwa meskipun terjadi pemulihan di kuartal III sebesar 6,4%, PDB global diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 4,4% di tahun 2020 secara keseluruhan. Namun, terdapat momentum positif di paruh kedua tahun 2020, yang akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi global ke angka 5,8% di pertengahan tahun 2021, kembali ke titik awal pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi. Jangka waktu pemulihan ini mirip dengan masa pemulihan pasca-krisis keuangan 2008.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1471 seconds (0.1#10.140)