Penyaluran PEN Bank Mandiri Mendapatkan Acungan Jempol dari Analis

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 20:16 WIB
loading...
Penyaluran PEN Bank...
Kebijakan pemerintah menempatkan dana PEN di sejumlah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu mendorong penyaluran kredit bank-bank pelat merah. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Keberhasilan Bank Mandiri dalam me-leverage dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang ditempatkan pemerintah, mendapat acungan jempol dari sejumlah analis pasar modal. Langkah pemerintah mempercepat program PEN untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19 tidak sia-sia.

"Kinerja Bank Mandiri akan terus tumbuh hingga akhir tahun ini dengan kencangnya penyaluran dana PEN yang ditempatkan pemerintah," kata Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma.

Kebijakan pemerintah menempatkan dana PEN di sejumlah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mampu mendorong penyaluran kredit bank-bank pelat merah. Hal itu bisa dibuktikan dari tingginya penyaluran dana PEN yang dikucurkan sejumlah bank BUMN.

Contohnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk yang telah menyalurkan dana PEN melampaui target. Sampai dengan 25 September 2020, bank yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BMRI ini telah menyalurkan dana PEN tahap I Rp 39,04 triliun.

Penyaluran dana PEN tersebut melampaui target dari yang diminta pemerintah. Seperti diketahui, Bank Mandiri dan bank-bank BUMN lainnya diminta pemerintah menyalurkan dana PEN hingga tiga kali lipat dari dana yang ditempatkan. Pada Juni lalu, Kementerian Keuangan telah menempatkan dana PEN kepada Bank Mandiri sebesar Rp 10 triliun.

(Baca Juga: Bank Mandiri Genjot Penyaluran Dana PEN Tahap Kedua )

Bank Mandiri telah menyalurkan dana PEN ke pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga mencapai 124.958 debitur. Penyerapan permodalan untuk UMKM diperlukan guna mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional saat ini yang sedang terdampak pandemi Covid-19.

Menurut Suria, efek positif dari penyaluran dana PEN tersebut akan memacu pertumbuhan kredit di BMRI. Meskipun, program restrukturisasi masih menjadi tantangan bank dalam memupuk pendapatan dan laba usahanya. Sebab, kredit nasabah yang telah direstrukturisasi Bank Mandiri nilainya hampir 20% dari total kredit yang disalurkan.

(Baca Juga: Bank Mandiri Akan All Out demi Genjot Penyaluran KUR )

Pendapat senada diungkapkan Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Sekuritas. Dia bilang, penyaluran dana PEN Bank Mandiri yang melampaui target hingga kuartal III-2020, menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan kredit bank berlogo pita emas itu dibandingkan periode Mei-Juli 2020.

Pasalnya, sebelum kebijakan PEN diberlakukan pemerintah, bank masih sangat hati-hati dalam menyalurkan kredit. Apalagi, banyak debitur bank mengajukan restrukturisasi kredit. Tak terkecuali kepada Bank Mandiri. Sampai Agustus 2020, BMRI telah merestrukturisasi kredit 324.085 debitur UMKM dengan nilai outstanding Rp 32,6 triliun.

Secara keseluruhan, total kredit yang direstrukturisasi sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11/POJK.03/2020 mencapai Rp119,3 triliun atau 15,8% dari total pinjaman. Restrukturisasi kredit itu diberikan kepada 545.692 debitur dengan skema berupa penundaan pembayaran tagihan serta pembebasan bunga.

Prospek Saham

Saat ini Bank Mandiri telah menunjukkan penurunan penambahan pinjaman yang direstrukturisasi akibat pandemi Covid-19. Jadi, total kredit yang direstrukturisasi Bank Mandiri kemungkinan hanya mencapai Rp 150 triliun-Rp 160 triliun hingga akhir 2020.

Untuk itu, Nafan berpendapat, dalam jangka panjang pergerakan saham Bank Mandiri masih berpotensi naik dengan target harga Rp 7.550 untuk setahun ke depan. "Jadi, kami merekomendasikan akumulasi beli untuk saham BMRI," kata Nafan.

Menurut Nafan, prospek saham BMRI ini didukung oleh indikator kinerja perseroan yang masih kuat di sepanjang tahun ini. Salah satunya, perseroan senantiasa menjaga pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) secara berkelanjutan.

Sampai semester I-2020, DPK Bank Mandiri tumbuh 15,82% secara tahunan (year on year) menjadi Rp 976,6 triliun. Pertumbuhan DPK itu disokong kinerja giro dan deposito. Bank Mandiri juga terus berupaya menaikkan provisi seiring program restrukturisasi yang bisa berdampak pada peningkatan loan at risk coverage ratio menjadi 56%.

(Baca Juga: PEN Bank Mandiri: Ketika UMKM dan Pekerja Kembali Tersenyum )

Pertumbuhan pendapatan berbasis biaya dan komisi atau fee based income (FBI) dan kebijakan menaikkan cadangan provisi, juga menjadi katalis positif terhadap kinerja BMRI. Pembentukan laba perseroan sampai semester I-2020 ditopang oleh pendapatan non-bunga atau fee based income sebesar Rp 13,59 triliun, tumbuh 8,64% yoy.

Bank Mandiri juga masih membuka peluang bunga kredit bisa terus turun sampai akhir 2020. Hal itu seiring dengan biaya dana (cost of fund) yang diprediksi menurun antara 25-40 basis poin (bps) sampai akhir tahun. Hingga Agustus 2020, BMRI telah menurunkan bunga deposito 150-200 bps dan simpanan dalam mata uang rupiah 20 bps.

Proyeksi serupa diungkapkan Suria Dharma. Menurutnya, dari sisi pergerakan saham, valuasi harga saham BMRI saat ini rata-rata sudah di bawah historical-nya. Saat ini price book value (PBV) BMRI sudah mencapai 1,2x. "Yang menarik, kalau kita lihat sekarang, investor lokal di pasar modal sangat kuat," katanya.

Ketika dana asing banyak yang keluar dari pasar modal, ungkap Suria, investor lokal justru banyak yang masuk. Artinya, kesempatan untuk meraih gain dari penjualan saham emiten bank masih sangat besar. "Jadi, saya merekomendasikan buy untuk saham BMRI dengan target harga ke depan Rp 7.700 per saham," tandas Suria.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1663 seconds (0.1#10.140)