Catat! Faktor-Faktor Ini Akan Pengaruhi IHSG Pekan Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sederet sentimen diperkirakan bakal mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan. Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, setidaknya ada 9 faktor yang bakal mempengaruhi perkembangan pasar modal di Indonesia maupun luar negeri.
"Sederet faktor akan mempengaruhi investasi pekan depan, salah satunya pasar akan memperhatikan perizinan vaksin Covid-19," ujar Hans Kwee di Jakarta, Minggu (18/10/2020).
Diketahui, manajemen Pfizer Inc akan mengajukan izin vaksin Covid-19 ke otoritas USA pada awal November. Vaksin Pfizer merupakan hasil pengembangan perusahaan bersama mitranya di Jerman, BioNTech. Perkembangan perijinan vaksin menjadi sentimen positif di akhir pekan bagi bursa Eropa dan Amerika di tengah naiknya kasus Covid-19. "Saat ini pasar sudah memasukan optimisme vaksin akan segera ditemukan dan segera distribusikan," ujarnya.
(Baca Juga: Kabar Mengenai Vaksin Covid-19 Tumbuhkan Optimisme Pasar Modal Indonesia)
Faktor kedua, lkanjut dia, pasar sempat terkoreksi setelah regulator AS menghentikan uji coba pengobatan antibodi Covid-19 tahap akhir Eli Lilly. Uji coba tahap akhir ACTIV-3 merupakan pengobatan untuk pembentukan antibodi terhadap virus Ccovid-19 dihentikan sementara karena alasan keamanan.
Sebelumnya Johnson & Johnson mengumumkan menghentikan sementara uji coba tahap akhir kandidat vaksin virus Covid 19 karena adanya laporan timbulnya efek samping yang belum bisa dijelaskan secara medis. Hal ini menurutnya membuat pasar berpikir bahwa proses pencarian obat dan vaksin Covid 19 tidak mudah dan masih butuh waktu lama.
Ketiga, harapan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan ke depan. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin diketahui berbicara kepada Ketua DPR AS Nancy Pelosi bahwa Presiden Donald Trump akan "mempertimbangkan" menaikkan jumlah bantuan pada paket stimulus fiskal USD1,8 triliun yang diusulkan sebelumnya.
"Ada harapan terjadi kesepakatan paket stimulus fiskal untuk mendorong ekonomi AS keluar dari resesi," katanya.
Sementara faktor lain adalah pemimpin Partai Republik dan Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan dia tidak mengharapkan kesepakatan stimulus Fiskal akan dicapai menjelang pemilihan 3 November selama Pelosi terlibat. "Jadi, tampaknya di tengah harapan stimulus fiskal AS, akan sangat sulit mencapai kesepakatan menjelang pemilu AS di 3 November 2020," tuturnya.
Faktir lainnya, kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden diperkirakan akan menang pemilihan presiden di 3 November 2020. Beberapa jajak pendapat menempatkan Biden memimpin atas kandidat dari Partai Republik Donald Trump. Kemenangan ini diperkirakan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China.
"Selain itu, pajak perusahaan di AS juga di perkirakan akan naik. Hal ini mendorong USD lebih lemah dan akan positif bagi pasar emerging market termasuk Indonesia," katanya.
Selanjutnya, kekhawatiran gelombang kedua virus corona terus meningkat karena infeksi melonjak di beberapa wilayah Eropa. Ancaman gelombang kedua Covid-19 ini menurutnya akan menjadi sentimen negatif yang diperhatikan pelaku pasar di pekan depan.
Kemudian, pasar saham dunia yang memasuki periode laporan keuangan kuartal ke 3. AS mempimpin pengumuman kinerja emiten kuartal ketiga dari awal minggu ini. Menurut data Refinitiv dari 49 perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan ada 86% melewati perkiraan para analis.
Pelonggaran lockdown, kata dia, yang terjadi telah mendorong banyak emiten membukukan kinerja yang baik. Sementara di Indonesia, diperkirakan kinerja emiten juga akan tumbuh positif di kuartal III/2020 akibat banyaknya upaya dari Otoritas Pasar Modal dan Pemerintah. "Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II/2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal pertama lalu," ujarnya.
(Baca Juga: Transaksi Harian Meningkat Tajam, Kapitalisasi Pasar Modal Tembus Rp5.877 T)
Faktor lainnya adalah komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja yang sangat positif. Bank Dunia menilai UU sapu jagat ini merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis.
Aturan ini akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar.
"Hadirnya beberapa sentimen mulai dari vaksin dan perkiraan kinerja emiten yang lebih baik di kuartal III membuat IHSG kami perkirakan akan menguat terbatas pada pekan depan. Adapun support IHSG berada di level 5.067 sampai 5.001 dan resistance di level 5.182 sampai 5.200. Cenderung SOS (sell on strenght) bila IHSG menguat untuk bisa BOW (buy on weakness) kembali ketika IHSG terkoreksi," pungkasnya.
"Sederet faktor akan mempengaruhi investasi pekan depan, salah satunya pasar akan memperhatikan perizinan vaksin Covid-19," ujar Hans Kwee di Jakarta, Minggu (18/10/2020).
Diketahui, manajemen Pfizer Inc akan mengajukan izin vaksin Covid-19 ke otoritas USA pada awal November. Vaksin Pfizer merupakan hasil pengembangan perusahaan bersama mitranya di Jerman, BioNTech. Perkembangan perijinan vaksin menjadi sentimen positif di akhir pekan bagi bursa Eropa dan Amerika di tengah naiknya kasus Covid-19. "Saat ini pasar sudah memasukan optimisme vaksin akan segera ditemukan dan segera distribusikan," ujarnya.
(Baca Juga: Kabar Mengenai Vaksin Covid-19 Tumbuhkan Optimisme Pasar Modal Indonesia)
Faktor kedua, lkanjut dia, pasar sempat terkoreksi setelah regulator AS menghentikan uji coba pengobatan antibodi Covid-19 tahap akhir Eli Lilly. Uji coba tahap akhir ACTIV-3 merupakan pengobatan untuk pembentukan antibodi terhadap virus Ccovid-19 dihentikan sementara karena alasan keamanan.
Sebelumnya Johnson & Johnson mengumumkan menghentikan sementara uji coba tahap akhir kandidat vaksin virus Covid 19 karena adanya laporan timbulnya efek samping yang belum bisa dijelaskan secara medis. Hal ini menurutnya membuat pasar berpikir bahwa proses pencarian obat dan vaksin Covid 19 tidak mudah dan masih butuh waktu lama.
Ketiga, harapan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan ke depan. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin diketahui berbicara kepada Ketua DPR AS Nancy Pelosi bahwa Presiden Donald Trump akan "mempertimbangkan" menaikkan jumlah bantuan pada paket stimulus fiskal USD1,8 triliun yang diusulkan sebelumnya.
"Ada harapan terjadi kesepakatan paket stimulus fiskal untuk mendorong ekonomi AS keluar dari resesi," katanya.
Sementara faktor lain adalah pemimpin Partai Republik dan Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan dia tidak mengharapkan kesepakatan stimulus Fiskal akan dicapai menjelang pemilihan 3 November selama Pelosi terlibat. "Jadi, tampaknya di tengah harapan stimulus fiskal AS, akan sangat sulit mencapai kesepakatan menjelang pemilu AS di 3 November 2020," tuturnya.
Faktir lainnya, kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden diperkirakan akan menang pemilihan presiden di 3 November 2020. Beberapa jajak pendapat menempatkan Biden memimpin atas kandidat dari Partai Republik Donald Trump. Kemenangan ini diperkirakan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China.
"Selain itu, pajak perusahaan di AS juga di perkirakan akan naik. Hal ini mendorong USD lebih lemah dan akan positif bagi pasar emerging market termasuk Indonesia," katanya.
Selanjutnya, kekhawatiran gelombang kedua virus corona terus meningkat karena infeksi melonjak di beberapa wilayah Eropa. Ancaman gelombang kedua Covid-19 ini menurutnya akan menjadi sentimen negatif yang diperhatikan pelaku pasar di pekan depan.
Kemudian, pasar saham dunia yang memasuki periode laporan keuangan kuartal ke 3. AS mempimpin pengumuman kinerja emiten kuartal ketiga dari awal minggu ini. Menurut data Refinitiv dari 49 perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan ada 86% melewati perkiraan para analis.
Pelonggaran lockdown, kata dia, yang terjadi telah mendorong banyak emiten membukukan kinerja yang baik. Sementara di Indonesia, diperkirakan kinerja emiten juga akan tumbuh positif di kuartal III/2020 akibat banyaknya upaya dari Otoritas Pasar Modal dan Pemerintah. "Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II/2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal pertama lalu," ujarnya.
(Baca Juga: Transaksi Harian Meningkat Tajam, Kapitalisasi Pasar Modal Tembus Rp5.877 T)
Faktor lainnya adalah komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja yang sangat positif. Bank Dunia menilai UU sapu jagat ini merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis.
Aturan ini akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar.
"Hadirnya beberapa sentimen mulai dari vaksin dan perkiraan kinerja emiten yang lebih baik di kuartal III membuat IHSG kami perkirakan akan menguat terbatas pada pekan depan. Adapun support IHSG berada di level 5.067 sampai 5.001 dan resistance di level 5.182 sampai 5.200. Cenderung SOS (sell on strenght) bila IHSG menguat untuk bisa BOW (buy on weakness) kembali ketika IHSG terkoreksi," pungkasnya.
(fai)