Dirumahkan? Coba Peluang Usaha yang Ditawarkan Startup Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lesunya aktivitas perekonomian akibat wabah corona (Covid-19) menyebabkan banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan atau bahkan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Di tengah kondisi ini, usaha rintisan (startup) di bidang pengelolaan sampah, Mountrash, menawarkan solusi kepada semua orang untuk tetap mendapatkan penghasilan.
Chief Executive Officer Mountrash Gideon Widjaja Ketaren mengatakan, aplikasi pengelolaan sampah Mountrash merupakan besutan dari PT Mountrash Avatar Indonesia yang sudah dapat diunduh pengguna mulai Oktober 2019. Namun, aplikasi tersebut terus melakukan pembenahan dan pembaharuan untuk memudahkan pengguna (user).
"Masyarakat dapat mengunduh aplikasi Mountrash terlebih dahulu di Playstore. Kemudian mengumpulkan sampah dan rongsokan di rumahnya, seperti botol plastik, kardus, dan lainnya. Kemudian melalui aplikasi itu, sampah itu dijual dan dapat dikonversikan dalam nilai uang tertentu sesuai dengan jenis dan banyaknya sampah," katanya, Senin (11/5/2020).
Gideon menambahkan bahwa bagi para pekerja yang terkena PHK dan ingin mendaftar Kartu Prakerja, juga bisa menukarkan sampah dengan kuota internet melalui aplikasi Mountrash sehingga bisa memperlancar aktivitas pendaftaran Kartu Prakerja.
"Jadi kami secara tidak langsung mendukung solusi mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Mountrash menjadi bagian dari solusi bangsa untuk mengatasi berbagai persoalan, termasuk bersinergi dengan Kartu Prakerja dan manajemen pengeloaan sampah secara digital," ujar lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Menurutnya, aktivitas bekerja dari rumah (work from home/WFH) di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) telah meningkatkan volume sampah rumah tangga. Peningkatan jumlah sampah rumah tangga itu, kata dia, dapat menjadi peluang bagi semua pihak untuk menambah penghasilan melalui aplikasi Mountrash.
Gideon menjelaskan bahwa semua jenis sampah, seperti plastik, kardus, kertas, besi, kaca, dan lainnya yang dapat didaur ulang dapat dikonversikan menjadi uang melalui Mountrash.
Pengguna internet hanya perlu membuka Playstore, kemudian memasukkan nomor telepon seluler, memilih fitur jual (dengan memasukkan item barang yang dijual, misal sampah plastik dan kardus. Selanjutnya, pilih sent data tersebut sampai muncul barcode dan screenshot barcode untuk dikirim melalui nomor WhatsApp Mountrash 082210108789. Selanjutnya, Mountras akan melakukan penjemputan sampah tersebut.
"Setelah dijemput dan barcode di-scan petugas kami, maka saldo Anda bertambah dan bisa lanjut isi kuota untuk mendaftar Kartu Prakerja, Zooming buat meeting, belajar, WFH, atau aktivitas lainnya," paparnya.
Menurutnya, selain dapat menambah penghasilan semua orang di tenah kondisi perlambatan ekonomi saat ini, setiap rumah tangga juga dapat berpartisipasi mengurangi sampah plastik.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Olefin, Aromatik & Plastik Indonesia (INAPLAS), volume sampah plastik di Indonesia pada 2017 sebanyak 5,76 juta ton. Sampah plastik itu terdiri atas daur ulang 1,66 juta ton, impor 1,79 juta ton, dan produksi dalam negeri 2,31 juta ton. Berdasarkan data INAPLAS, konsumsi plastik di Indonesia akan terus meningkat dengan proyeksi pada 2030 naik menjadi 11,07 juta ton dari 2017 sebanyak 5,76 juta ton.
Secara terpisah, Waki Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Sampah Plastik Indonesia (ADUPI) Justin Wiganda menjelaskan bahwa selama pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah, terjadi perubahan jumlah dan lokasi sampah plastik.
"Bekerja dari rumah, selain itu perkantoran, ritel, mal, restoran, toko-toko banyak tidak beroperasi sehingga terjadi pergeseran sampah. Selain itu, bahan baku daur ulang berubah secara volume, kualitas, dan lokasi," katanya. Dia berharap agar kondisi berangsur normal setelah Lebaran sehingga industri daur ulang bisa beraktivitas kembali secara normal.
Sepudin Zuhri, pemilik Alala Recycling, pengolahan sampah plastik jenis polyethylene terephtalate (PET) di Kabupaten Bogor, menilai bahwa terjadi pergeseran lokasi sampah selama pandemi Covid-19 karena terjadi perubahan aktivitas, yaitu tetap tinggal di rumah atau bekerja dari rumah.
"Saat kondisi normal, sampah plastik banyak berasal dari perkantoran, mal, restoran, hotel, dan lainnya. Namun, sekarang banyak perkantoran yang tutup karena bekerja dari rumah sehingga sampah plastik justru banyak berasal dari rumah tangga," ujarnya.
Menurutnya, kondisi saat ini bisa menjadi momentum untuk edukasi memilah sampah dari rumah tangga sehingga memudahkan proses daur ulang. "Jika sampah sudah dipilah dari rumah tangga, biaya daur ulang akan lebih efisien karena sampah plastik tidak tercampur dengan jenis sampah lainnya sehingga lebih bersih," ujarnya.
Selain memilah, menurutnya, setiap rumah tangga dapat menjual sampah plastik melalui aplikasi digital seperti Mountrash sehingga menambah pemasukan keluarga di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini.
Sepudin mengakui bahwa pandemi Covid-19 telah memukul industri daur ulang karena permintaan baik bahan baku maupun produk daur ulang terjadi penurunan. Namun, dia meyakini bahwa kondisi ini akan segera berakhir dan normal kembali.
Lihat Juga: Curi Perhatian Ratusan Investor, 4 Startup Finalis Grab Ventures Velocity Ikuti Coaching Intensif
Chief Executive Officer Mountrash Gideon Widjaja Ketaren mengatakan, aplikasi pengelolaan sampah Mountrash merupakan besutan dari PT Mountrash Avatar Indonesia yang sudah dapat diunduh pengguna mulai Oktober 2019. Namun, aplikasi tersebut terus melakukan pembenahan dan pembaharuan untuk memudahkan pengguna (user).
"Masyarakat dapat mengunduh aplikasi Mountrash terlebih dahulu di Playstore. Kemudian mengumpulkan sampah dan rongsokan di rumahnya, seperti botol plastik, kardus, dan lainnya. Kemudian melalui aplikasi itu, sampah itu dijual dan dapat dikonversikan dalam nilai uang tertentu sesuai dengan jenis dan banyaknya sampah," katanya, Senin (11/5/2020).
Gideon menambahkan bahwa bagi para pekerja yang terkena PHK dan ingin mendaftar Kartu Prakerja, juga bisa menukarkan sampah dengan kuota internet melalui aplikasi Mountrash sehingga bisa memperlancar aktivitas pendaftaran Kartu Prakerja.
"Jadi kami secara tidak langsung mendukung solusi mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Mountrash menjadi bagian dari solusi bangsa untuk mengatasi berbagai persoalan, termasuk bersinergi dengan Kartu Prakerja dan manajemen pengeloaan sampah secara digital," ujar lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Menurutnya, aktivitas bekerja dari rumah (work from home/WFH) di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) telah meningkatkan volume sampah rumah tangga. Peningkatan jumlah sampah rumah tangga itu, kata dia, dapat menjadi peluang bagi semua pihak untuk menambah penghasilan melalui aplikasi Mountrash.
Gideon menjelaskan bahwa semua jenis sampah, seperti plastik, kardus, kertas, besi, kaca, dan lainnya yang dapat didaur ulang dapat dikonversikan menjadi uang melalui Mountrash.
Pengguna internet hanya perlu membuka Playstore, kemudian memasukkan nomor telepon seluler, memilih fitur jual (dengan memasukkan item barang yang dijual, misal sampah plastik dan kardus. Selanjutnya, pilih sent data tersebut sampai muncul barcode dan screenshot barcode untuk dikirim melalui nomor WhatsApp Mountrash 082210108789. Selanjutnya, Mountras akan melakukan penjemputan sampah tersebut.
"Setelah dijemput dan barcode di-scan petugas kami, maka saldo Anda bertambah dan bisa lanjut isi kuota untuk mendaftar Kartu Prakerja, Zooming buat meeting, belajar, WFH, atau aktivitas lainnya," paparnya.
Menurutnya, selain dapat menambah penghasilan semua orang di tenah kondisi perlambatan ekonomi saat ini, setiap rumah tangga juga dapat berpartisipasi mengurangi sampah plastik.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Olefin, Aromatik & Plastik Indonesia (INAPLAS), volume sampah plastik di Indonesia pada 2017 sebanyak 5,76 juta ton. Sampah plastik itu terdiri atas daur ulang 1,66 juta ton, impor 1,79 juta ton, dan produksi dalam negeri 2,31 juta ton. Berdasarkan data INAPLAS, konsumsi plastik di Indonesia akan terus meningkat dengan proyeksi pada 2030 naik menjadi 11,07 juta ton dari 2017 sebanyak 5,76 juta ton.
Secara terpisah, Waki Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Sampah Plastik Indonesia (ADUPI) Justin Wiganda menjelaskan bahwa selama pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah, terjadi perubahan jumlah dan lokasi sampah plastik.
"Bekerja dari rumah, selain itu perkantoran, ritel, mal, restoran, toko-toko banyak tidak beroperasi sehingga terjadi pergeseran sampah. Selain itu, bahan baku daur ulang berubah secara volume, kualitas, dan lokasi," katanya. Dia berharap agar kondisi berangsur normal setelah Lebaran sehingga industri daur ulang bisa beraktivitas kembali secara normal.
Sepudin Zuhri, pemilik Alala Recycling, pengolahan sampah plastik jenis polyethylene terephtalate (PET) di Kabupaten Bogor, menilai bahwa terjadi pergeseran lokasi sampah selama pandemi Covid-19 karena terjadi perubahan aktivitas, yaitu tetap tinggal di rumah atau bekerja dari rumah.
"Saat kondisi normal, sampah plastik banyak berasal dari perkantoran, mal, restoran, hotel, dan lainnya. Namun, sekarang banyak perkantoran yang tutup karena bekerja dari rumah sehingga sampah plastik justru banyak berasal dari rumah tangga," ujarnya.
Menurutnya, kondisi saat ini bisa menjadi momentum untuk edukasi memilah sampah dari rumah tangga sehingga memudahkan proses daur ulang. "Jika sampah sudah dipilah dari rumah tangga, biaya daur ulang akan lebih efisien karena sampah plastik tidak tercampur dengan jenis sampah lainnya sehingga lebih bersih," ujarnya.
Selain memilah, menurutnya, setiap rumah tangga dapat menjual sampah plastik melalui aplikasi digital seperti Mountrash sehingga menambah pemasukan keluarga di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini.
Sepudin mengakui bahwa pandemi Covid-19 telah memukul industri daur ulang karena permintaan baik bahan baku maupun produk daur ulang terjadi penurunan. Namun, dia meyakini bahwa kondisi ini akan segera berakhir dan normal kembali.
Lihat Juga: Curi Perhatian Ratusan Investor, 4 Startup Finalis Grab Ventures Velocity Ikuti Coaching Intensif
(fai)