Lewat Songket Pertamina Dukung UMKM, Berdayakan Perempuan dan Anak Putus Sekolah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemberdayaan UMKM oleh PT Pertamina (Persero) melalui Program Kemitraan banyak menimbulkan multiplier effect bagi sesama. Semakin berkembang dan naik kelasnya UMKM binaan Pertamina, maka kebutuhan akan jumlah dan kesejahteraan pekerja pun ikut meningkat. Selaras dengan poin 8 SDGs yakni menyediakan pekerjaan yang layak dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Seperti yang sudah diterapkan oleh salah satu mitra binaan Pertamina Kgs. Bahsen Fikri. Pemilik usaha Fikri Koleksi ini telah menerapkan konsep sociopreneur dalam bisnisnya. Ia banyak memberdayakan perempuan dan anak putus sekolah untuk membantu usahanya. ”Kami cari yang punya semangat belajar tinggi, disiplin dan teliti. Sekaligus bisa membantu perekonomian mereka,” ujarnya.
Terhitung, ada sekitar 50 orang perajin songket yang ia berdayakan. Untuk memaksimalkan kinerja, Fikri juga membuat mess bagi karyawan yang tempat tinggalnya jauh dari pusat produksinya dan toko di Jalan Kiranggo Wiro Sentiko No 500 30 Ilir Palembang. Tidak hanya itu, Fikri juga membantu para perajin yang menitipkan produknya di toko tersebut. “Kami juga memiliki sekitar 20 perajin tenun binaan di Desa Tanjung Lago, Kab. Musi Banyuasin,” imbuhnya.
Kain songket Palembang memang mewah dan elegan. Eloknya pesona songket ini memberi bukti masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang masih ada di Kota Palembang. Semua itu dituangkan dalam berbagai motif misalnya motif Bunga Cina, Bintang Berantai, Limar, dan sebagainya. Pembuatan songket FK menggunakan bahan baku berkualitas bagus, sehingga menghasilkan songket yang bagus pula.
Harga tenun songket Palembang yang ia jual bervariasi, mulai dari Rp1,8 juta – Rp50 juta. Yang harganya Rp50 juta, menurutnya, usianya sudah lebih dari seratus tahun. “Yang membuat mahal adalah histori atau sejarah dan bahan bakunya, termasuk benang sutera dan benang emas. Benang emas yang paling mahal adalah benang emas jantung, tapi kini sudah tidak diproduksi,” terang pria 50 tahun ini.
Dengan harga produk yang tinggi tersebut, Fikri dapat mengantongi omzet perbulan hingga ratusan juta. Namun, dampak pandemi Covid-19 membuat pendapatannya menjadi Rp30 juta saja. Di bawah binaan Pertamina, Fikri berharap usahanya dapat lebih berkembang dan mampu bertahan. Sehingga bisa kembali meningkatkan produksi dan ikut pameran di dalam dan luar negeri, seperti yang pernah diikuti di Thailand, Malaysia, dan Singapura beberapa waktu lalu.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menambahkan, Pertamina dalam usianya yang semakin matang 63 tahun, akan terus mendukung pelestarian kain tenun tradisional seperti songket. Juga memfasilitasi para perajin dan pelaku UMKM agar lebih berkembang dan naik kelas. ”Pertamina akan terus memberi energi positif kepada para UMKM mitra binaan melalui roadmap pembinaan Go Modern, Go Digital, Go Online, hingga Go Global,” tutup Fajriyah.
Seperti yang sudah diterapkan oleh salah satu mitra binaan Pertamina Kgs. Bahsen Fikri. Pemilik usaha Fikri Koleksi ini telah menerapkan konsep sociopreneur dalam bisnisnya. Ia banyak memberdayakan perempuan dan anak putus sekolah untuk membantu usahanya. ”Kami cari yang punya semangat belajar tinggi, disiplin dan teliti. Sekaligus bisa membantu perekonomian mereka,” ujarnya.
Terhitung, ada sekitar 50 orang perajin songket yang ia berdayakan. Untuk memaksimalkan kinerja, Fikri juga membuat mess bagi karyawan yang tempat tinggalnya jauh dari pusat produksinya dan toko di Jalan Kiranggo Wiro Sentiko No 500 30 Ilir Palembang. Tidak hanya itu, Fikri juga membantu para perajin yang menitipkan produknya di toko tersebut. “Kami juga memiliki sekitar 20 perajin tenun binaan di Desa Tanjung Lago, Kab. Musi Banyuasin,” imbuhnya.
Kain songket Palembang memang mewah dan elegan. Eloknya pesona songket ini memberi bukti masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang masih ada di Kota Palembang. Semua itu dituangkan dalam berbagai motif misalnya motif Bunga Cina, Bintang Berantai, Limar, dan sebagainya. Pembuatan songket FK menggunakan bahan baku berkualitas bagus, sehingga menghasilkan songket yang bagus pula.
Harga tenun songket Palembang yang ia jual bervariasi, mulai dari Rp1,8 juta – Rp50 juta. Yang harganya Rp50 juta, menurutnya, usianya sudah lebih dari seratus tahun. “Yang membuat mahal adalah histori atau sejarah dan bahan bakunya, termasuk benang sutera dan benang emas. Benang emas yang paling mahal adalah benang emas jantung, tapi kini sudah tidak diproduksi,” terang pria 50 tahun ini.
Dengan harga produk yang tinggi tersebut, Fikri dapat mengantongi omzet perbulan hingga ratusan juta. Namun, dampak pandemi Covid-19 membuat pendapatannya menjadi Rp30 juta saja. Di bawah binaan Pertamina, Fikri berharap usahanya dapat lebih berkembang dan mampu bertahan. Sehingga bisa kembali meningkatkan produksi dan ikut pameran di dalam dan luar negeri, seperti yang pernah diikuti di Thailand, Malaysia, dan Singapura beberapa waktu lalu.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menambahkan, Pertamina dalam usianya yang semakin matang 63 tahun, akan terus mendukung pelestarian kain tenun tradisional seperti songket. Juga memfasilitasi para perajin dan pelaku UMKM agar lebih berkembang dan naik kelas. ”Pertamina akan terus memberi energi positif kepada para UMKM mitra binaan melalui roadmap pembinaan Go Modern, Go Digital, Go Online, hingga Go Global,” tutup Fajriyah.
(alf)