Tiga Dekade Berkiprah: Pandemi Tak Membendung JNE Mendulang Untung

Sabtu, 26 Desember 2020 - 00:19 WIB
loading...
Tiga Dekade Berkiprah:...
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dua laki-laki memarkir motornya di depan Agen JNE Ragajaya, Citayam, Kabupaten Bogor, pada 11 Desember lalu. Keduanya membawa paket yang sudah dibungkus rapi dengan kardus yang dilapisi plastik hitam. Sore itu, para pengirim barang datang silih berganti ke agen tersebut. Pemilik Agen JNE itu, Hasanudin, mengatakan mayoritas barang yang dikirim ke wilayah Jabodetabek.

Pandemi Covid-19 tak membuat jasa pengiriman barang menurun, malah sebaliknya. Hasan, sapaan akrabnya, menerangkan setiap hari menerima sekitar 600 paket untuk dikirim ke berbagai kota di Indonesia. Pandemi yang mengubah kebiasaan orang pun mempengaruhi jenis barang yang dikirim dan kebiasaan dalam berbelanja. “Di sini banyak yang main (usaha) tanaman. Setiap hari jumlahnya mencapai 40% dari keseluruhan,” ujarnya kepada SINDOnews, Kamis (24/12/2020). ( Baca juga:Pimpinan DPR Ajak Masyarakat Berdoa dan Berusaha agar 2021 Normal Lagi )

Hasan menceritakan telah menjadi agen JNE sejak tahun 2017. Sebelum menjadi agen, dia merupakan pedagang daring untuk produk kecantikan. Merasakan tingginya pengiriman dan melihat toko daring berkembang, dirinya memberanikan diri menjadi Agen JNE. “Waktu itu ada dua pilihan, JNE dan yang lainnya. Setelah melihat fee, saya cenderung ke JNE karena yang lain banyak potongan untuk marketplace (lokapasar),” tuturnya.

Setiap pengiriman barang dengan jenis regular per kilogram (kg), agen memperoleh keuntungan 22%. Tanpa pikir panjang dan riset, dia niatkan untuk membuka agen JNE di wilayah Citayam. Delapan bulan pertama, Hasan masih merugi karena keuntungan belum menutup operasional. Tahun berikutnya, agennya makin banyak dikenal dan konsumen terus bertambah.

“Berangkat setahun, aku sudah bisa gaji karyawan. Tahun berikutnya sudah lumayan, ada masuk Rp1-2 juta ke kantong dan rumah. Tahun ketiga, aku memilih berhenti dari tempat bekerja. Tadinya, bekerja di hotel dan 2019 fokus mengelola JNE. Sejak Covid-19 mulai terasa melonjak,” jelasnya.

Kini, Hasan mempunyai empat karyawan. Tiga orang bekerja di toko untuk melayani konsumen dan merapikan barang kiriman. Satu orang khusus menjemput barang pelanggan yang biasa mengirim dalam jumlah banyak. Pelanggan jenis ini biasa para penjual di lokapasar. Sejak pandemi dan pemerintah menerapkan pembatasan aktivitas, penjualan daring cukup tinggi sehingga berdampak pada bisnis jasa pengiriman barang.

Hal itu terkonfirmasi dari data Bank Indonesia (BI). BI mengungkapkan transaksi harian di e-niaga mencapai 4,8 juta pada April 2020. Itu merupakan masa awal virus Sars Cov-II masuk ke Indonesia dan pemerintah melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Jumlah ini meningkat 1,7 juta jika dibandingkan dengan transaksi pada bulan yang sama tahun 2019.

VP of Marketing JNE Eri Palgunadi mengatakan bisnis jasa pengiriman merupakan salah satu yang tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi Covid-19, bahkan bisa dibilang makin bekembang. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terjun ke pasar daring pun turut mendapat berkah.

Makanya, menurut Eri, JNE terus mendukung perkembangan UMKM. Sebab, para pemain di lokapasar sebagian besar adalah pelaku usaha kecil.

Untuk itu, JNE menyediakan beragam layanan untuk mengakomodasi mereka, seperti Pesona (Pesanan Oleh-Oleh Nusantara), cash on delivery (COD), digital payment, dan Friendly Logistic. Eri mengungkapkan pihaknya memberikan diskon ongkos kirim (ongkir) dan cash back, untuk merangsang transaksi di e-niaga.

“JNE mengalami peningkatan pertumbuhan kiriman 20-30% setiap tahunnya. Itu terjadi sejak booming e-commerce (e-niaga) pada tahun 2010 sampai saat ini,” paparnya, Oktober lalu.

Seorang penjual daring, Dandy Darman, mengakui penjualan barangnya meningkat saat pandemi ini. Dandy menjual aneka buku anak, seperti gambar serta baca, tulis, dan hitung. Pria lulusan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) itu menerangkan penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) membuat para orang tua mencari buku-buku untuk menunjang pendidikan anaknya secara daring.

Sejak membuka toko daring di berbagai lokapasar, JNE merupakan salah satu jasa pengiriman barang yang selalu dicantumkan. Namun, ia mengungkapkan sekarang JNE harus bersaing ketat dengan para pendatang baru yang menawarkan diskon jauh lebih besar. Untuk menggaet konsumen, para agen menawarkan jasa antar jemput ke rumah. “Berapa pun jumlahnya, satu saja diambil. Tinggal WhatsApp ke kurir (agen),” ujarnya.

Dandy menerangkan sangat terbantu dengan aneka layanan dari jasa pengiriman barang. Utamanya, untuk pelacakan barang yang sudah dikirim. “Kalau konsumen bingung, nanti kami bantu. Misalnya, sistemnya JNE gampang melihatnya, sudah terkoneksi. Enggak bingung nyari-nyarinya. Pengirimannya juga cepat,” paparnya.

Dia menjelaskan alasan penjual toko daring dan pembeli tetap memilih JNE di tengah banyaknya pendatang baru adalah keamanan. Pria asal Minang itu mengatakan pernah mengirim buku sebanyak 15 buah ke Kabupaten Nunukan, Kalimantan utara. Dalam tempo 3-5 hari barang sudah datang. “Orang kalau enggak ada promo ongkir, kebanyakan milih JNE karena lebih murah,” ucapnya.

Dandy juga pernah mengirim parfum sebanyak 60 buah ke Papua. Pembeli memilih menggunakan layanan JNE Trucking. Ini biasanya dipilih konsumen yang membeli barang dalam jumlah besar. Pengiriman barangnya melalui darat dan laut. “Kami was-was apakah ada barang yang pecah. Alhamdulillah enggak ada yang cacat sama sekali,” katanya. ( Baca juga:Mengingatkan Kembali, PNS Diminta Tak Liburan ke Luar Kota )

Pemilik agen JNE Kramat Asem, Utan Kayu, Jakarta Timur, Rizki Prasetyo, mengatakan persaingan antar jasa pengiriman saat ini cukup sengit. Sejak membuka Agen pada 2010, ia merasakan itu tiga tahun terakhir. Dia pernah mendapatkan penghargaan sebagai 10 besar agen dengan jumlah pengiriman terbanyak se-Jakarta Timur. Hal itu terjadi pada periode 2015-2017, saban hari jumlahnya mencapai 600 paket.

Rizki memprediksi bisnis jasa pengiriman akan terus membaik di masa depan. Apalagi masyarakat mulai terbiasa berbelanja secara daring. Selain itu, pembatasan sosial membuat masyarakat kerap mengirim aneka cinderamata dan makanan untuk relasi bisnis dan keluarga di luar kota.

Dia pun meyakini JNE masih dipercaya masyarakat. JNE yang sudah melanglang buana di jagat jasa pengiriman barang selama 30 tahun atau tiga dekade memiliki keunggulan, yakni relasi yang luas. “Kurirnya jauh lebih banyak. Jaringan kami luas dan di bandara punya load VIP yang buat lebih cepat,” ujarnya, Senin (21/12/2020).

Saban bulan, omzet agen milik Rizki mencapai Rp40 juta. “Bersihnya sampai 30%,” ucapnya.

Sementara, Hasanudin mengungkapkan omzet agennya yang baru berumur tiga tahun sudah mencapai Rp30 juta per bulan. Setelah dipotong untuk biaya sewa tempat, gaji pegawai, dan biaya operasional lainnya, dirinya bisa mengantongi keuntungan Rp10-15 juta.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1711 seconds (0.1#10.140)