Negara Pasifik Berpaling ke China untuk Selamatkan Ekonomi

Senin, 25 Januari 2021 - 10:30 WIB
loading...
Negara Pasifik Berpaling ke China untuk Selamatkan Ekonomi
Negara-negara Kepulauan Pasifik berpaling ke China untuk mendanai anggaran mereka yang terdampak pandemi Covid-19. Foto/Ilustrasi
A A A
SIDNEY - Negara-negara Kepulauan Pasifik beralih ke lembaga yang dipimpin China untuk menutup celah pendanaan dalam anggaran mereka yang dilanda pandemi. Hal itu memicu kekhawatiran bahwa kawasan itu kini menjadi lebih bergantung pada Beijing.

Kepulauan Cook, sebuah negara kecil berpenduduk sekitar 20.000 orang di Pasifik Selatan, beralih ke Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang didukung Beijing akhir tahun lalu, setelah pinjaman dari AS dan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang dipimpin Jepang dan hibah dari sekutu dekat Selandia Baru gagal.



Pinjaman AIIB senilai USD20 juta ke Kepulauan Cook adalah yang kedua dalam beberapa bulan terakhir, setelah Fiji mendapatkan fasilitas senilai USD50 juta, menandai kedatangan bank pembangunan yang terkait erat dengan Belt and Road Initiative China ke Pasifik tersebut.

Vanuatu, dengan populasi 300.000, juga mengumumkan pekan lalu bahwa mereka telah menerima hibah USD12 juta dari pemerintah China.

Sementara sebagian besar negara kepulauan Pasifik telah menggunakan perbatasan alami mereka untuk memerangi infeksi Covid-19, mereka menghadapi kesulitan ekonomi mengingat ketergantungan mereka pada pariwisata internasional, sektor yang tiba-tiba ditutup saat pandemi melanda.

Jangkauan China yang berkembang di kawasan itu meresahkan Amerika Serikat dan sekutunya, yang telah menjadi kekuatan dominan di Pasifik sejak Perang Dunia II.

Meskipun kecil, negara-negara Pasifik memiliki pelabuhan strategis dan jalur udara serta mengendalikan sebagian besar lautan kaya sumber daya. Mereka juga mewakili pemungutan suara di beberapa forum internasional.

"China sangat bersedia meminjamkan uang kepada negara kepulauan Pasifik mana pun. Meski Australia dan Selandia Baru telah mendorong pulau-pulau tersebut untuk melihatnya terlebih dahulu, jauh lebih mudah mendapatkan uang dari China," kata Presiden Kamar Dagang Kepulauan Cook Fletcher Melvin, yang dikutip Reuters, Senin (25/1/2021).

Kepulauan Cook memiliki perjanjian asosiasi bebas dengan Selandia Baru dan kewarganegaraan bersama, meskipun itu adalah negaranya sendiri. Hampir sepertiga dari utang luar negeri Kepulauan Cook sebesar 215 juta dolar Selandia Baru (USD153,2 juta) sekarang berada pada badan terkait Beijing, AIIB dan Bank Exim China, naik dari 16% sebelum pandemi.

Kepulauan Cook mengharapkan pinjaman tambahan sebesar 71,2 juta dolar Selandia Baru (USD50,74 juta) selama tiga tahun ke depan untuk menutupi kekurangannya.



Jon Fraenkel, Profesor Politik Komparatif di Universitas Victoria Wellington mengatakan Fiji, yang memiliki salah satu ekonomi Pasifik terbesar, sangat membutuhkan dana asing setelah memasuki pandemi dalam posisi keuangan yang lemah.

Kepulauan Cook sebelumnya telah mempertahankan hubungan ekonominya dengan China, yang telah mendanai beberapa proyek, termasuk sistem pasokan air. Pemerintahnya tidak menanggapi permintaan dari Reuters untuk memberikan komentar.

ADB mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa akhir tahun lalu pihaknya memberikan pinjaman tambahan sebesar USD20 juta, yang merupakan "batas negara" untuk negara pulau kecil itu. Sementara, pemerintah Selandia Baru mengatakan telah memberikan hibah 22 juta dolar Selandia Baru (USD16 juta) melalui program bantuannya.

Setelah mendapatkan apa yang mereka bisa dari sumber-sumber itu, Kepulauan Cook kemudian mencari pendanaan dari AIIB, menurut sumber yang mengetahui pembicaraan pembiayaan mengatakan kepada Reuters.

"Jika AIIB menjadi pemberi pinjaman utama ke Pasifik dan pemulihan ekonomi kawasan didorong oleh pinjaman China, maka pasti akan ada penyebab kekhawatiran yang signifikan bahwa ketergantungan ekonomi dapat dieksploitasi," kata Dosen Senior di Pusat Pertahanan dan Studi Keamanan di Universitas Massey yang berbasis di Wellington, Anna Powles.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2881 seconds (0.1#10.140)