OJK Akui Masalah AJB Bumiputera Sangat Pelik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua DK Otoritas Jasa Keuangan OJK Wimboh Santoso mengaku pihaknya bekerja keras agar semua kasus nasabah yang dirugikan oleh asuransi dapat memiliki solusi. Salah satu masalah asuransi yang pelik, menurutnya, adalah AJB Bumiputera 1912 . Pasalnya, banyak pemilik polis tidak paham bentuk Bumiputera merupakan mutual atau usaha bersama.
"Khusus Bumiputera itu mutual, yaitu pemegang polis adalah pemilik perusahaan. Tapi masih banyak yang tidak mengerti. Mereka memiliki BPA yang dibentuk mewakili pemilik polis. Jadi mereka harus duduk bersama mencari solusi. OJK hanya sebatas mediator," ujar Wimboh dalam live streaming yang dilakukan Ikatan Alumni UNS hari ini (6/2). ( Baca juga:Bos OJK Pede, Tak Lama Lagi IHSG Bakal Tembus Level 7.000 )
Dia menegaskan, OJK akan selalu transparan dalam sektor keuangan Indonesia. Namun keunikan Bumiputera karena satu-satunya asuransi mutual di Indonesia, bahkan di seluruh dunia pun sudah tidak banyak jumlahnya. Saat ini memang banyak asuransi dalam proses penanganan.
"Kami akan minta pertanggungjawaban apa yang sudah dilakukan pengurus atau pemilik asuransi," tegasnya.
Namun dia juga menyadari keresahan pemilik polis karena tidak mendapatkan kejelasan dari pemilik atau pengurus asuransi yang bermasalah. Menurutnya ini wajar karena biasanya mereka yang bermasalah akan memberikan jawaban standar. "Biasanya opsinya sedang dibenahi, sedang cari investor, atau negosiasi supaya sabar. Paling itu jawabannya kalau sudah bermasalah," ketusnya.
Tapi berbeda dengan Jiwasraya. Menurutnya pemilik sudah siap berkomunikasi dan menawarkan opsi penyelesaian kepada nasabah.
Sementara itu, dikabarkan kondisi terakhir AJB Bumiputera sedang mengalami krisis terbaru. Belum lama ini para pemegang polis secara sepihak memberontak menyiapkan anggaran dasar AJB Bumiputera yang baru. Begitupun calon direksi dan komisioner yang diklaim lebih profesional. ( Baca juga:Mengapa Militer Rebut Kekuasan di Myanmar? Ini Pendapat Para Pakar )
Pengamat asuransi Diding S. Anwar menilai kondisi Bumiputera kini seperti sedang berebut bancakan harta karun. Ini terjadi di tengah suasana ketidakpastian lalu kini menjadi dagelan konyol dan menjadi arena bumi hangus. Karena itu menurutnya solusinya adalah penerapan GCG (tata kelola) yang harus dipatuhi seluruh stakeholder Bumiputera.
"Termasuk pihak OJK sebagai regulator yang menjadi pengawas, pengawal, dan penegak aturan," katanya.
"Khusus Bumiputera itu mutual, yaitu pemegang polis adalah pemilik perusahaan. Tapi masih banyak yang tidak mengerti. Mereka memiliki BPA yang dibentuk mewakili pemilik polis. Jadi mereka harus duduk bersama mencari solusi. OJK hanya sebatas mediator," ujar Wimboh dalam live streaming yang dilakukan Ikatan Alumni UNS hari ini (6/2). ( Baca juga:Bos OJK Pede, Tak Lama Lagi IHSG Bakal Tembus Level 7.000 )
Dia menegaskan, OJK akan selalu transparan dalam sektor keuangan Indonesia. Namun keunikan Bumiputera karena satu-satunya asuransi mutual di Indonesia, bahkan di seluruh dunia pun sudah tidak banyak jumlahnya. Saat ini memang banyak asuransi dalam proses penanganan.
"Kami akan minta pertanggungjawaban apa yang sudah dilakukan pengurus atau pemilik asuransi," tegasnya.
Namun dia juga menyadari keresahan pemilik polis karena tidak mendapatkan kejelasan dari pemilik atau pengurus asuransi yang bermasalah. Menurutnya ini wajar karena biasanya mereka yang bermasalah akan memberikan jawaban standar. "Biasanya opsinya sedang dibenahi, sedang cari investor, atau negosiasi supaya sabar. Paling itu jawabannya kalau sudah bermasalah," ketusnya.
Tapi berbeda dengan Jiwasraya. Menurutnya pemilik sudah siap berkomunikasi dan menawarkan opsi penyelesaian kepada nasabah.
Sementara itu, dikabarkan kondisi terakhir AJB Bumiputera sedang mengalami krisis terbaru. Belum lama ini para pemegang polis secara sepihak memberontak menyiapkan anggaran dasar AJB Bumiputera yang baru. Begitupun calon direksi dan komisioner yang diklaim lebih profesional. ( Baca juga:Mengapa Militer Rebut Kekuasan di Myanmar? Ini Pendapat Para Pakar )
Pengamat asuransi Diding S. Anwar menilai kondisi Bumiputera kini seperti sedang berebut bancakan harta karun. Ini terjadi di tengah suasana ketidakpastian lalu kini menjadi dagelan konyol dan menjadi arena bumi hangus. Karena itu menurutnya solusinya adalah penerapan GCG (tata kelola) yang harus dipatuhi seluruh stakeholder Bumiputera.
"Termasuk pihak OJK sebagai regulator yang menjadi pengawas, pengawal, dan penegak aturan," katanya.
(uka)