Investasi di Sektor Digital Dorong Kinerja Telkom Group
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) diperkirakan bisa meningkatkan kinerja keuangan melalui strategi digitalisasi yang semakin gencar dilakukan anak-anak usahanya. Suntikan modal USD 300 juta yang diberikan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) kepada Gojek Indonesia pada Senin (10/5), menjadi bagian dari strategi tersebut.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan, imbas positif dari suntikan dana Telkomsel setara Rp4,3 triliun kepada Gojek akan bisa terlihat pada strategi dan target dari aksi korporasi.
“Kalau kita lihat imbas positif, tentu tergantung strategi dan target aksi tersebut. Apakah transaksi itu hanya untuk portofolio, atau ada yang ingin dicapai Telkomsel? Misalnya mendapatkan pelanggan baru dari mitra-mitra Gojek yang menggunakan Simpati atau Kartu Halo, ini bisa jadi sasaran,” ujar Reza saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/5/2021).
Sebagai informasi, pada akhir 2019 lalu jumlah mitra Gojek tercatat sebanyak 1,8 juta orang terdiri dari 600 ribu pengemudi GoCar dan 1,2 juta orang pengemudi Goride. Tambahan modal dari Telkomsel tersebut menurut Reza tentunya bisa digunakan untuk melakukan ekspansi layanan sehingga memberikan dampak positif bagi Telkomsel.
“Sementara bagi Telkom, kontribusi Telkomsel ini merupakan penyumbang konsolidasi paling besar. Sehingga harapannya dengan adanya tambahan pelanggan baru dari Gojek maka diharapkan pendapatan layanan dan konsolidasi akan berdampak positif,” jelas Reza.
Secara keseluruhan, Telkomsel menyuntikkan dana setara Rp6,3 triliun kepada Gojek. Investasi tersebut dilakukan secara bertahap, yaitu USD150 juta pada November 2020 dan Mei 2021 sebesar USD300 juta.
Manajemen Telkomsel menyatakan investasi ini menjadi momentum integrasi ekosistem kedua perusahaan untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan mitra. Serta menghadirkan lebih banyak solusi yang mampu mengembangkan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
Hal tersebut sejalan dengan strategi digitalisasi sebagai motor penggerak bisnis di tengah pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang ditetapkan Telkom sebagai induk usaha Telkomsel.
Strategi digitalisasi terbukti berhasil membuat Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp136,46 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 0,7% jika dibandingkan tahun 2019.
Selain itu laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perseroan tahun 2020 tercatat sejumlah Rp72,08 triliun dengan laba bersih Rp20,80 triliun. Di mana masing-masing tumbuh sebesar 11,2% dan 11,5% dibandingkan tahun 2019.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan, imbas positif dari suntikan dana Telkomsel setara Rp4,3 triliun kepada Gojek akan bisa terlihat pada strategi dan target dari aksi korporasi.
“Kalau kita lihat imbas positif, tentu tergantung strategi dan target aksi tersebut. Apakah transaksi itu hanya untuk portofolio, atau ada yang ingin dicapai Telkomsel? Misalnya mendapatkan pelanggan baru dari mitra-mitra Gojek yang menggunakan Simpati atau Kartu Halo, ini bisa jadi sasaran,” ujar Reza saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/5/2021).
Sebagai informasi, pada akhir 2019 lalu jumlah mitra Gojek tercatat sebanyak 1,8 juta orang terdiri dari 600 ribu pengemudi GoCar dan 1,2 juta orang pengemudi Goride. Tambahan modal dari Telkomsel tersebut menurut Reza tentunya bisa digunakan untuk melakukan ekspansi layanan sehingga memberikan dampak positif bagi Telkomsel.
“Sementara bagi Telkom, kontribusi Telkomsel ini merupakan penyumbang konsolidasi paling besar. Sehingga harapannya dengan adanya tambahan pelanggan baru dari Gojek maka diharapkan pendapatan layanan dan konsolidasi akan berdampak positif,” jelas Reza.
Secara keseluruhan, Telkomsel menyuntikkan dana setara Rp6,3 triliun kepada Gojek. Investasi tersebut dilakukan secara bertahap, yaitu USD150 juta pada November 2020 dan Mei 2021 sebesar USD300 juta.
Manajemen Telkomsel menyatakan investasi ini menjadi momentum integrasi ekosistem kedua perusahaan untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan mitra. Serta menghadirkan lebih banyak solusi yang mampu mengembangkan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
Hal tersebut sejalan dengan strategi digitalisasi sebagai motor penggerak bisnis di tengah pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang ditetapkan Telkom sebagai induk usaha Telkomsel.
Strategi digitalisasi terbukti berhasil membuat Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp136,46 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 0,7% jika dibandingkan tahun 2019.
Selain itu laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perseroan tahun 2020 tercatat sejumlah Rp72,08 triliun dengan laba bersih Rp20,80 triliun. Di mana masing-masing tumbuh sebesar 11,2% dan 11,5% dibandingkan tahun 2019.