Furnitur Lokal Siap Bersaing di Tengah Pandemi

Rabu, 02 Juni 2021 - 15:22 WIB
loading...
Furnitur Lokal Siap Bersaing di Tengah Pandemi
Produsen perabot asli Indonesia, Dio Living ingin memperkenalkan dan mempromosikan kembali pesona dan beragam budaya Indonesia ke dunia. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Produsen perabot asli Indonesia , Dio Living ingin memperkenalkan dan mempromosikan kembali pesona dan beragam budaya Indonesia ke dunia. Dio Living melahirkan koleksi perabot atau furnitur dari daerah yang penuh akan keberagaman budaya, kekayaan alam serta kearifan lokal.

“Dio Living, selain merupakan satu brand baru yang mengemban kearifan lokal Indonesia, juga merupakan gerakan di mana kami ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai Indonesia tanpa titik dan tanpa batas sehingga dengan bangga dapat dibawa ke kancah internasional,” jelas General Manager Dio Living, Hansen Partison dalam rilisnya, Jakarta, Rabu (2/6/2021).



Dia menuturkan, melalui tiga koleksi pertama yang didesain oleh product designer anak bangsa terpilih, terinspirasi dari tiga daerah, yakni Minahasa di Sulawesi Utara, Musi Banyuasin di Sumatera Selatan, dan Tabanan di Bali.

"Kami memiliki harapan besar agar kebudayaan dan kekayaan pada daerah-daerah tersebut dapat dikenal melalui kehidupan sehari-hari, sejak bangun tidur, menjalani kehidupan sehari-hari, hingga menutup hari,” lanjut Hansen.

Terinspirasi dari budaya Indonesia yang berbeda-beda dan sangat beragam, terdapat tiga daerah pertama yang direpresentasikan Dio Living sebagai produk perabotnya. Yaitu Musi Banyuasin, Tabanan, dan Minahasa.

Koleksi karya Hendro Hadinata terinspirasi dari nama sebuah tempat di Palembang. Terinspirasi dari Sungai Musi, Pulau Kemaro di tepi Sungai Musi di mana budaya Tionghoa hidup berdampingan dengan budaya dan tradisi masyarakat Palembang. Masyarakat sekitar sehari-hari berprofesi sebagai nelayan.

Kerbau dipilih karena dipercaya membawa kesuburan dan menolak malapetaka, sedangkan tapir adalah fauna asli Sumatera Selatan. Keindahan dari bunga lotus dan kain jumputan juga menjadi inspirasi untuk koleksi tersebut. Koleksi ini merupakan kumpulan benda dan perabot yang memiliki warisan luhur Indonesia yang ditafsirkan ke gaya hidup modern.

Sementara untuk Tabanan, koleksi karya Cynthia Margareth ini terinspirasi dari Kabupaten Tabanan di Bali. Desain ini diterjemahkan dari filosofi yang dianut masyarakatnya yaitu Tri Hita Karana, merupakan perhormatan masyarakat terhadap alam. Terdiri dari Pawongan (hubungan antarmanusia), Parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), juga Palemahan (hubungan manusia dengan alam).

Setiap perabot dalam koleksi Tabanan terinspirasi dari Sanggah/Pamerajan, yang merupakan tempat suci, dan Gapura. Pantai Sunset juga menjadi inspirasi dalam koleksi perabotan ini sebagai representasi keindahan alam Bali.

Ketiga yaitu Minahasa, koleksi karya Eugenio Hendro ini menafsirkan kebudayaan dan alam di Minahasa dengan tampilan yang baru dan unik. Koleksi ini terinspirasi dari suku Minahasa, rumah adat woloan, kolintang, dan keindahan laut Manado.

Setiap koleksi menceritakan bagian Indonesia yang berbeda dan merupakan penghormatan terhadap warisan budaya Indonesia yang telah berabad-abad.

Hansen mengatakan, Dio Living ingin mengedepankan perabotan berkualitas tinggi dan konsep budaya Indonesia yang kaya pada setiap detail produknya melalui kualitas desainer dan hasil karya Indonesia. Harga produk-produk Dio Living bervariasi, mulai dari aksesoris berharga ratusan ribu rupiah hingga sofa mulai dari Rp2 juta.



Showroom Dio Living yang pertama hadir di Pondok Indah Mall 2 pada 1 Juni 2021, tepat pada peringatan Hari Kelahiran Pancasila. Dio Living akan memiliki berbagai showroom di berbagai lokasi prime di Jakarta dan kota-kota di Indonesia.

Dio Living hadir untuk melayani pasar domestik Indonesia, khususnya kaum milenial. Dio Living percaya diri membuka showroom saat pandemi Covid-19 karena telah melakukan riset dan pengembangan produk yang lama dan matang.

Pandemi Covid-19 tidak dilihat sebagai sebuah halangan justru peluang di mana sebagian besar masyarakat banyak yang menghabiskan waktu di dalam rumah, sehingga mereka akan membutuhkan perabot -perabot yang membuat mereka nyaman dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari.

“Dengan adanya pengembangan produk dan produksi saat masa pandemi justru memberikan kita kesempatan untuk mengaktifkan perajin dan pekerja lokal untuk terus berkarya melestarikan budaya hasil karya negeri kita sendiri,” tutup Hansen.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2554 seconds (0.1#10.140)