Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5% di 2022

Kamis, 17 Juni 2021 - 11:35 WIB
loading...
Bank Dunia Prediksi...
Foto/ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Bank Dunia menyatakan perekonomian Indonesia diproyeksikan akan pulih sebesar 4,4% pada tahun ini didukung oleh permintaan domestik yang membaik secara bertahap dan dampak positif dari ekonomi global yang lebih kuat.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat meningkat menjadi 5,0% pada tahun 2022 didorong oleh berkurangnya ketidakpastian dan asumsi bahwa peluncuran vaksin mencapai massa kritis populasi pada kuartal keempat tahun 2021.

Baca juga:Terbanyak di Dunia, Umat Islam Indonesia Antara Kuantitas dan Kualitas

"Pemulihan ekonomi Indonesia hingga triwulan pertama tahun 2021 relatif bertahap meskipun indikator-indikator utama menunjukkan rebound yang lebih kuat pada triwulan kedua," tulis laporan Bank Dunia seperti dikutip SINDOnews di Jakarta, Kamis (17/6/2021).

Kesenjangan pemulihan Indonesia--perbedaan antara PDB riil dan tren sebelum krisis --menyempit dari -7,5% menjadi -7,1% antara kuartal kedua dan kuartal empat tahun 2020 dibandingkan dari -13,6% menjadi -5,1% di antara rekan-rekan G20.

"Itu tetap tinggi di -7,9% selama kuartal pertama tahun ini," jelasnya.

Pada sisi positifnya, penjualan ritel meningkat sebesar 11% antara Maret dan April sementara aktivitas manufaktur terus berkembang, didorong oleh permintaan eksternal dan harga komoditas yang lebih optimistis.

Laporan Bank Dunia juga menyebut respons fiskal terhadap Covid-19 kuat tetapi penyesuaian pengeluaran telah dilakukan pada tahun 2021 karena kendala pendapatan dan pembiayaan. Paket respons fiskal Covid -19 ditingkatkan dari 3,8 menjadi 4,5% dari PDB antara 2020 dan 2021, termasuk untuk menyediakan dana untuk kampanye vaksinasi gratis.

Baca juga:AS Kalahkan Sistem Rudal S-400 Rusia dalam Latihan Perang Besar-besaran

Tapi itu termasuk pemotongan belanja bantuan sosial sekitar 0,3 poin persentase dari PDB. Meskipun utang publik relatif rendah, ruang fiskal dibatasi oleh kombinasi basis pendapatan yang sempit dan pasar utang yang dangkal yang menyebabkan pembiayaan moneter defisit fiskal yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.

"Namun, ketidakpastian tetap sangat tinggi dan risiko kerugian cenderung ke bawah," tandasnya.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1708 seconds (0.1#10.140)