Investor Migas Banyak yang Cabut, Pemerintah Bakal Susah Cari Pengganti
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah Integrated Operation Center (IOC) yang hengkang dinilai akan membuat pemerintah kesulitan mendapatkan perusahaan migas pengganti di tengah pandemi Covid-19. Untuk mendapatkan investor pengganti, Indonesia harus meningkatkan persaingan dengan negara lain dengan konsistensi regulasi.
Sekjen Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal Moshe mengatakan, investor-investor internasional saat ini sangat berhati-hati dalam memilih investasi dan mengeluarkan dana besar, termasuk untuk eksplorasi.
Baca juga:Jalur Zonasi PPDB DKI Tingkat SD Dibuka, Ini Poin Penting yang Harus Diketahui
“Para investor ini selalu memetakan portofolionya secara global. Seberapa menariknya invetasi di Indonesia, mereka akan membandingkan portofolio mereka di luar negeri,” ujar Moshe dalam Market Review di IDX Channel, Rabu (23/6/2021).
Moshe menurutkan, faktor utama dari sisi investior yang harus diperhatikan adalah konsistensi pada regulasi. Sebab jika investor ingin melakukan investasi, maka mereka harus memperhitungkan jangka panjang.
Selama regulasi masih mengalami perubahan, para investor menjadi kebingungan terhadap tata kelola serta perizinannya. Tak pelak, investor akan melihat kembali portofolionya dan membandingkan dengan negara lain. Inilah yang menyebabkan para investor bisa hengkang dari Indonesia.
Baca juga:Terungkap! SARS-CoV-2 Serang Kamboja Sejak 2010
Ia juga menyatakan, isu nasionalisasi lapangan-lapangan besar sangat berpengaruh pada dana yang dikeluarkan serta dampak yang diciptakan. Namun, Moshe mengungkapkan, pemberian insentif yang diberikan pemerintah pada lelang migas yang baru dinilai dapat meningkatkan minat para investor untuk melirik migas di Indonesia.
“Bagi saya itu sangat bagus. Semoga hal itu bisa meningkatkan minat dari para investor. Tapi d isatu sisi, negara kita masih dalam periode kritis. Sehingga investor masih tetap berhati-hati,”terangnya.
Sekjen Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal Moshe mengatakan, investor-investor internasional saat ini sangat berhati-hati dalam memilih investasi dan mengeluarkan dana besar, termasuk untuk eksplorasi.
Baca juga:Jalur Zonasi PPDB DKI Tingkat SD Dibuka, Ini Poin Penting yang Harus Diketahui
“Para investor ini selalu memetakan portofolionya secara global. Seberapa menariknya invetasi di Indonesia, mereka akan membandingkan portofolio mereka di luar negeri,” ujar Moshe dalam Market Review di IDX Channel, Rabu (23/6/2021).
Moshe menurutkan, faktor utama dari sisi investior yang harus diperhatikan adalah konsistensi pada regulasi. Sebab jika investor ingin melakukan investasi, maka mereka harus memperhitungkan jangka panjang.
Selama regulasi masih mengalami perubahan, para investor menjadi kebingungan terhadap tata kelola serta perizinannya. Tak pelak, investor akan melihat kembali portofolionya dan membandingkan dengan negara lain. Inilah yang menyebabkan para investor bisa hengkang dari Indonesia.
Baca juga:Terungkap! SARS-CoV-2 Serang Kamboja Sejak 2010
Ia juga menyatakan, isu nasionalisasi lapangan-lapangan besar sangat berpengaruh pada dana yang dikeluarkan serta dampak yang diciptakan. Namun, Moshe mengungkapkan, pemberian insentif yang diberikan pemerintah pada lelang migas yang baru dinilai dapat meningkatkan minat para investor untuk melirik migas di Indonesia.
“Bagi saya itu sangat bagus. Semoga hal itu bisa meningkatkan minat dari para investor. Tapi d isatu sisi, negara kita masih dalam periode kritis. Sehingga investor masih tetap berhati-hati,”terangnya.
(uka)