Hary Tanoesoedibjo Menganut Value Investing, Lo Kheng Hong: Tata Kelola MNC Group Bagus

Senin, 28 Juni 2021 - 07:31 WIB
loading...
Hary Tanoesoedibjo Menganut...
The First Indonesia Investor Summit 2021. Foto/MNC Media
A A A
JAKARTA - Value investing menjadi strategi investasi yang membawa Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo ke puncak kesuksesan.

"Ada orang investasi di capital market based on fundamental, ada yang based on technical. Kalau saya, bagaimana kita unlocked value. Saya lebih fokus pada value investing. Saya investasi based on value, how we create value," ujar Hary.



Hary memaparkan itu saat berbagi 'Kisah Perjalanan Investasi' dalam "Indonesia Investor Summit 2021: The Rise of Indonesia Stock Market: secara virtual, Sabtu (26/6/2021).

Saat memulai kariernya akhir tahun 1989, Hary mengumpulkan modal dengan jual beli perusahaan. Bukan jual beli saham. Sukses jual beli perusahaan, dia memutuskan membangun usahanya sendiri. Kini, MNC Group merupakan salah satu grup terbesar di Indonesia yang bergerak di berbagai bidang usaha.

"Kita kembangkan. Kita go public PT MNC Vision Networks, IPTV. IPTV ini induk perusahaan daripada MNC Vision, K-Vision, MNC Play broadband, kemudian Vision+," tutur Hary.

Dalam 2 tahun terakhir, banyak sekali yang dikembangkan dan dikebut Hary, terlebih terkait pengembangan digitalisasi. Saat ini, pihaknya punya 400 tech developer di Jakarta, Bandung dan India. Selain itu, MNC mendirikan kantor di India khusus untuk AI, artificial intelligence.

PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) mengembangkan MotionBanking (digital Banking), MotionPay (e-money), MotionWallet (e-wallet), MotionTransfer (remittance), MNCTrade dan sudah mendapatkan izin OJK untuk digital insurance, MotionInsurance. Jadi, kata Hary, Motion menjadi brand untuk semua digital financial services di bawah BCAP.

"Business model KPIG pun saya ubah, dari property, ke entertainment hospitality. Kita kembangkan KEK Lido, dengan entertainment project yang sudah berjalan, seperti Movieland, Music & Arts Center, sebentar lagi kita akan launch World Garden," ungkapnya.

Lapangan Golf dan Golf Club sedang dibangun dan saat ini sudah selesai 9 hole. Adapun, theme park di KEK MNC Lido akan mulai dibangun pada semester Ii/2021. "Sisanya nanti investor yang lain yang akan membangun di kawasan itu dengan menggunakan master design kita," kata Hary.

Hary menambahkan, di bawah PT MNC Land Tbk (KPIG) juga ada Park Hyatt, Oakwood di Surabaya, One East Penthouse & Residences, dan berbagai office building.

Hary memaparkan media MNC Group bertransformasi digital, ada Vision+ yang merupakan OTT berbayar dan RCTI+ yakni OTT yang basisnya iklan.

Selanjutnya, e-Sport dikembangkan oleh PT MNC Studios International Tbk (MSIN), dimana perseroan akan meluncurkan sebuah game, yaitu Rapid Fire yang mirip Free Fire. Tak lupa.

StarHits--unit MSIN-- terus dibesarkan. "Sekarang basis MNC Group di media sosial sangat besar. Di YouTube, ada 130 juta lebih subscriber. Facebook dan TikTok 117 juta. Namun, yang lebih penting lagi traffic dalam 3 tahun sudah menghasilkan lebih dari 45 miliar views. Besar sekali," jelas Hary.

Selain itu, MNC Pictures --unit bisnis MSIN-- menjadi rumah produksi terbesar di Indonesia, termasuk melalui produksi serial drama Ikatan Cinta.

Hary memastikan ke depan MNC Group akan semakin agresif. Dalam 2 tahun ini, lanjutnya, bisa dilihat banyak inisiatif digital baru di MNC Group.

"Kesempatan itu ada di semua situasi. Situasi baik, nggak baik, kesempatan ada. Hanya bedanya dari sisi mana kita memandang. Jangan kita terbelenggu dengan status quo. Setiap situasi pasti ada opportunity, tapi dalam perspektif yang berbeda," pungkasnya.

Lo Kheng Hong, investor kakap pasar modal, mengatakan tata kelola perusahaan-perusahaan milik MNC Group tidak perlu diragukan lagi. Pada 2020, saat pandemi saja, kata Lo Kheng Hong, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) membukukan laba Rp900 miliar.



"Apalagi tahun 2019, mungkin labanya lebih besar ya. Kalau perusahaan itu labanya besar, ya harusnya tata kelolanya tidak perlu diragukan lagi. Kan kalau tata kelola buruk, mana bisa sih menciptakan laba yang besar. Apalagi anak perusahaannya MNCN itu, labanya di atas Rp 1 triliun," tutur pria yang disebut-sebut sebagai Warren Buffett-nya Indonesia itu.

Perusahaan dengan tata kelola yang buruk, tambah Lo Kheng, tidak akan bisa menghasilkan laba mencapai lebih dari Rp 1 triliun. "Kalau perusahaan bisa menciptakan laba Rp 1 triliun lebih, tentu tata kelolanya baik," tegasnya.

Dia mengatakan selama ini dia membeli saham yang seharusnya berada di harga Mercy, tapi dia bisa membeli di harga Avanza. "Mercy dijual harga Avanza itu di dunia nyata tidak ada, hanya ada di Bursa Efek Indonesia," ungkap Lo Kheng Hong.

"Kalau kita lihat beberapa tahun lalu, misalkan 2013, harga BMTR itu Rp 2.800 per saham. Kalau kita lihat, kinerja tahun 2013 dibandingkan tahun 2021, mungkin kinerjanya lebih bagus sekarang daripada yang dulu. Jadi, harga BMTR itu masih jauh, masih jauh sekali," katanya.

Lo Kheng Hong mengungkapkan tak pernah menjual saham BMTR yang dimilikinya. Meskipun beberapa temannya menjualnya, karena tergiur keuntungan yang besar, namun saham miliknya justru terus bertambah.

"Masih didiamin saja, nggak pernah dijual. Mungkin bisa ditambah, tapi nggak dijual. Karena ketika saya beli 200, satu minggu kemudian akan menjadi 350. Itu kan sudah untung berapa tuh, 75%. Saya nggak jual 1 lot pun," ungkap Lo Kheng Hong.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1719 seconds (0.1#10.140)