Ini Tips Mengembangkan Digital Banking dari Sang Ekonom Milenial

Rabu, 30 Juni 2021 - 17:39 WIB
loading...
Ini Tips Mengembangkan...
Foto/ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa momentum lahirnya bank digital di Indonesia patut diapresiasi. Apalagi, penggunaan mobile payment di Indonesia masih rendah, yakni 29,2% dibanding rata-rata dunia yakni 30,9%. Indonesia pun masih kalah dibandingkan Thailand, Filipina, dan Vietnam.

"Penggunaan banking apps di Indonesia hanya mencapai 39,2% dari total user internet, sedihnya ini kalah dari pengguna aplikasi game dan entertainment. Ini potensi besar pengembangan digital banking di Indonesia, momentum penting untuk diambil karena pasarnya belum tergarap optimal," ujar Bhima dalam Webinar HUT Koran Sindo ke-16 sesi I bertajuk "Bank Digital: Solusi Kemudahan Bertransaksi di Tengah Pandemi" di Jakarta, Rabu(30/6/2021).

Baca juga:Pasukan Ditarik, Jenderal AS Takut Perang Saudara Pecah di Afghanistan

Tetapi, perbandingan belanja e-commerce terhadap PDB per kapita di Indonesia sebesar 5,3%, menduduki peringkat ke-3 di dunia setelah China dan Korea Selatan. Kebutuhan masyarakat akan e-commerce yang juga didorong oleh PPKM, perlu di-backup dengan transaksi digital yang lebih cepat, efisien, dan fee-nya lebih murah.

"Maka dari itu, CELIOS memiliki enam masukan untuk mengembangkan perbankan digital di Indonesia," tambah Bhima.

Pertama, integrasi ekosistem, dengan fokus memperkuat jaringan layanan digital baik di e-commerce, fintech, logistik, dan yang lainnya. Kedua adalah agile dalam perubahan regulasi, karena aturan main bisa berubah dengan cepat sesuai perkembangan asal tetap relevan.

Baca juga:Bukan Cuma Motor! Pesawat Tempur, Kapal hingga Kereta Dibuat Kawasaki

"Ketiga, bermain di pinjaman produktif. Selain personal loan, paylater, dan pinjaman konsumtif, sektor pertanian dan industri kecil layak disalurkan pinjaman," ungkap Bhima.

Untuk masukan yang keempat, dia mengingatkan bahwa porsi pinjaman luar Jawa masih kecil. Bank digital diharapkan bisa mengisi kekurangan fintech P2P untuk pinjaman mikro di luar Jawa.

Yang kelima adalah menjaga kualitas kredit, karena digitalisasi memang memudahkan akses nasabah. Tapi, perlu diperhatikan juga faktor risiko agar NPL tetap terkendali.

"Yang terakhir, keamanan data menjadi penentu kredibilitas bank. Karena faktor yang paling menentukan bagi strategi jangka panjang di era digital adalah data security/privacy," pungkas Bhima.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2085 seconds (0.1#10.140)