Mau Bangun Lumbung Pangan Hortikultura di Jawa, Pemerintah Harus Perhatikan Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wacana pemerintah membentuk lumbung pangan atau food estate berbasis hortikultura di pulau Jawa dapat membantu meningkatkan ketersediaan produk hortikultura dalam negeri termasuk bawang merah.
Pengamat Pangan IPB, Sahara mengatakan, rencana pemerintah dalam membentuk food estate berbasis hortikultura akan memberi dampak yang luas, termasuk penyerapan tenaga kerja yang meningkat. Selain itu, pendapatan petani pun juga akan terdongkrak. Belum lagi potensi untuk meningkatkan peluang ekspor menjadi lebih tinggi.
“Makanya saya menyambut baik rencana pemerintah ini. Kita tahu di tengah pandemi Covid-19 kebutuhan pangan tetap terus berlangsung. Justru semakin meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk di Indonesia. Bisa dibayangkan kebutuhan komoditas pangannya seperti apa,” ujarnya dalam Market Review di IDX Channel, Jumat (2/7/2021).
Ketika pendapatan konsumen semakin meningkat, kata dia, pola konsumen tersebut akan beralih dari sumber pangan yang kaya karbohidrat ke high value agricultural products, yaitu produk-produk pertanian yang mengandung tinggi protein, serat, dan vitamin.
Produk hortikultura, ungkap Sahara, termasuk salah satu high value agricultural products tersebut. Artinya, produk hortikultur memiliki potensi besar dalam meraup pasar.
Namun, dari wacana pemerintah membentuk food estate berbasis hortikultura, terdapat catatan yang perlu diperhatikan. Sahara menyebut pasar yang dituju harus jelas serta upaya peningkatan produktivitas juga harus konsisten dilakukan.
“Dalam wacana ini ada beberapa catatan untuk pemerintah. Pertama pasarnya jelas, dan upaya dalam meningkatkan produktivitasnya juga harus konsisten. Sehingga hasilnya nanti juga optimal,” tuturnya.
Mengingat pulau Jawa lahannya terbatas, maka tidak mustahil terjadi kompetisi lahan yang ketat baik antara sektor pertanian dengan kegiatan industri serta sektor perumahan. “Bahkan antar produk pertanian pun terjadi kompetisi lahan,” tukasnya.
Namun, Sahara menyampaikan bahwa hal itu tidak menjadi suatu persoalan yang besar. Pasalnya, Indonesia masih memiliki lahan tidur atau tidak produktif sehingga lahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan produk hortikultur. “Tetapi ada lahan-lahan yang dapat dimanfaatkan seperti lahan yang tidak produktif. Itu bisa dipakai,” jelasnya.
Lantaran lahan di Pulau Jawa terbatas, maka perlu dilakukan intensifikasi seperti bibit unggul yang harus ditingkatkan penggunaannya, terutama pada bibit bawang merah. Selain itu, metode tanam yang baru juga harus diterapkan. “Melalui intensifikasi tersebut dengan lahan yang tidak terlalu besar, kita harapkan produktivitas akan meningkat,” ucapnya.
Sementara itu, Sahara menerangkan bawang merah menjadi komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi terhadap inflasi sehingga pergerakan harganya menjadi concern bagi Bank Indonesia. Selain itu bawang merah itu juga merupakan komoditas strategis yang dibutuhkan masyarakat.
“Orang Indonesia itu kan kalau masak bahan dasarnya adalah bawang merah dan cabai. Sehingga di tingkat rumah tangga terhadap konsumsi bawang merah sangat tinggi dan industri makanan juga membutuhkan bawang merah untuk diolah menjadi bahan masakan,” pungkasnya.
Pengamat Pangan IPB, Sahara mengatakan, rencana pemerintah dalam membentuk food estate berbasis hortikultura akan memberi dampak yang luas, termasuk penyerapan tenaga kerja yang meningkat. Selain itu, pendapatan petani pun juga akan terdongkrak. Belum lagi potensi untuk meningkatkan peluang ekspor menjadi lebih tinggi.
“Makanya saya menyambut baik rencana pemerintah ini. Kita tahu di tengah pandemi Covid-19 kebutuhan pangan tetap terus berlangsung. Justru semakin meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk di Indonesia. Bisa dibayangkan kebutuhan komoditas pangannya seperti apa,” ujarnya dalam Market Review di IDX Channel, Jumat (2/7/2021).
Ketika pendapatan konsumen semakin meningkat, kata dia, pola konsumen tersebut akan beralih dari sumber pangan yang kaya karbohidrat ke high value agricultural products, yaitu produk-produk pertanian yang mengandung tinggi protein, serat, dan vitamin.
Produk hortikultura, ungkap Sahara, termasuk salah satu high value agricultural products tersebut. Artinya, produk hortikultur memiliki potensi besar dalam meraup pasar.
Namun, dari wacana pemerintah membentuk food estate berbasis hortikultura, terdapat catatan yang perlu diperhatikan. Sahara menyebut pasar yang dituju harus jelas serta upaya peningkatan produktivitas juga harus konsisten dilakukan.
“Dalam wacana ini ada beberapa catatan untuk pemerintah. Pertama pasarnya jelas, dan upaya dalam meningkatkan produktivitasnya juga harus konsisten. Sehingga hasilnya nanti juga optimal,” tuturnya.
Mengingat pulau Jawa lahannya terbatas, maka tidak mustahil terjadi kompetisi lahan yang ketat baik antara sektor pertanian dengan kegiatan industri serta sektor perumahan. “Bahkan antar produk pertanian pun terjadi kompetisi lahan,” tukasnya.
Namun, Sahara menyampaikan bahwa hal itu tidak menjadi suatu persoalan yang besar. Pasalnya, Indonesia masih memiliki lahan tidur atau tidak produktif sehingga lahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan produk hortikultur. “Tetapi ada lahan-lahan yang dapat dimanfaatkan seperti lahan yang tidak produktif. Itu bisa dipakai,” jelasnya.
Lantaran lahan di Pulau Jawa terbatas, maka perlu dilakukan intensifikasi seperti bibit unggul yang harus ditingkatkan penggunaannya, terutama pada bibit bawang merah. Selain itu, metode tanam yang baru juga harus diterapkan. “Melalui intensifikasi tersebut dengan lahan yang tidak terlalu besar, kita harapkan produktivitas akan meningkat,” ucapnya.
Sementara itu, Sahara menerangkan bawang merah menjadi komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi terhadap inflasi sehingga pergerakan harganya menjadi concern bagi Bank Indonesia. Selain itu bawang merah itu juga merupakan komoditas strategis yang dibutuhkan masyarakat.
“Orang Indonesia itu kan kalau masak bahan dasarnya adalah bawang merah dan cabai. Sehingga di tingkat rumah tangga terhadap konsumsi bawang merah sangat tinggi dan industri makanan juga membutuhkan bawang merah untuk diolah menjadi bahan masakan,” pungkasnya.
(ind)