Wamentan Ungkap 2 Kunci Pikat Milenial Masuk ke Bisnis Pertanian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Harvick Hasnul Qolbi menyebutkan dua kunci dalam menarik minat generasi muda milenial untuk memulai bisnis di sektor pertanian . Keduanya adalah kepercayaan dan income atau penghasilan.
Dia menjelaskan, kepercayaan berkenaan dengan keterbukaan pemerintah dan komunikasi yang baik dengan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan ruang lingkup pertanian yang mudah diakses, seperti pengadaan benih, pupuk, proses tanam, distribusi, hingga teknologi pertanian.
Sementara income bersentuhan dengan penghasilan yang pasti dan memadai. Harvick mencatat, mustahil membuat milenial tertarik kepada pertanian bila pendanaan tidak memadai. "Ini terkait dengan bagaimana membuat harga stabil dan memberikan informasi harga yang pasti kepada masyarakat,” ujar Harvick, Selasa (31/8/2021).
Baca Juga: Ini Aturan Jam Buka Warteg, Restoran dan Mal di PPKM Level 2, 3, dan 4
Di sisi lain, Kementerian Pertanian mencatat saat ini penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian sudah mencapai Rp43,6 triliun atau 62,3 persen dari target Rp70 triliun pada 2021.
Wamentan pun meminta agar sektor perbankan mempermudah akses permodalan. Hal ini untuk membantu anak-anak muda yang ingin menekuni bisnis pertanian.
“Jadi saya juga berharap kawan-kawan di perbankan mau menstimulasi lebih tinggi lagi, memberikan kontribusi dari sektor finansial. Saya sudah berkomunikasi dengan para dirut (direktur utama) bank pemerintah maupun swasta untuk mempermudah akses permodalan supaya anak-anak muda ini tertarik, tidak sulit mengakses dana,” ungkapnya.
Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati menjelaskan, upaya bank pelat merah dalam mendukung sektor pertanian salah satunya ialah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dia mencatat, penyaluran KUR ini terus tumbuh setiap tahunnya.
Wanita yang akrab disapa Susi ini mengungkapkan, hingga Juli 2021 ini, total KUR BNI ke sektor pertanian mencapai Rp39,7 triliun atau tumbuh 21,7 persen.
“Kualitas kredit pun masih terjaga dan ini terlihat juga bahwa di tengah pandemi Covid-19 dengan tingkat NPL 0,7 persen dan per NPL 2,4 persen dibawah rata-rata rasio dalam empat tahun terakhir,” bebernya.
Dia menjelaskan, kepercayaan berkenaan dengan keterbukaan pemerintah dan komunikasi yang baik dengan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan ruang lingkup pertanian yang mudah diakses, seperti pengadaan benih, pupuk, proses tanam, distribusi, hingga teknologi pertanian.
Sementara income bersentuhan dengan penghasilan yang pasti dan memadai. Harvick mencatat, mustahil membuat milenial tertarik kepada pertanian bila pendanaan tidak memadai. "Ini terkait dengan bagaimana membuat harga stabil dan memberikan informasi harga yang pasti kepada masyarakat,” ujar Harvick, Selasa (31/8/2021).
Baca Juga: Ini Aturan Jam Buka Warteg, Restoran dan Mal di PPKM Level 2, 3, dan 4
Di sisi lain, Kementerian Pertanian mencatat saat ini penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian sudah mencapai Rp43,6 triliun atau 62,3 persen dari target Rp70 triliun pada 2021.
Wamentan pun meminta agar sektor perbankan mempermudah akses permodalan. Hal ini untuk membantu anak-anak muda yang ingin menekuni bisnis pertanian.
“Jadi saya juga berharap kawan-kawan di perbankan mau menstimulasi lebih tinggi lagi, memberikan kontribusi dari sektor finansial. Saya sudah berkomunikasi dengan para dirut (direktur utama) bank pemerintah maupun swasta untuk mempermudah akses permodalan supaya anak-anak muda ini tertarik, tidak sulit mengakses dana,” ungkapnya.
Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati menjelaskan, upaya bank pelat merah dalam mendukung sektor pertanian salah satunya ialah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dia mencatat, penyaluran KUR ini terus tumbuh setiap tahunnya.
Wanita yang akrab disapa Susi ini mengungkapkan, hingga Juli 2021 ini, total KUR BNI ke sektor pertanian mencapai Rp39,7 triliun atau tumbuh 21,7 persen.
“Kualitas kredit pun masih terjaga dan ini terlihat juga bahwa di tengah pandemi Covid-19 dengan tingkat NPL 0,7 persen dan per NPL 2,4 persen dibawah rata-rata rasio dalam empat tahun terakhir,” bebernya.
(ind)