Asa Bangkit Pelaku UMKM Desa Adat Sade dengan Transaksi QRIS BRI

Selasa, 19 Oktober 2021 - 08:19 WIB
loading...
Asa Bangkit Pelaku UMKM Desa Adat Sade dengan Transaksi QRIS BRI
Maliki Akbar, pedagang tenun tradisional dan aksesori di Desa Sade, Lombok Tengah, NTB. FOTO/SINDOnews/Zen Teguh
A A A
LOMBOK TENGAH - Desa Adat Sade di Rembitan, Kecamatan Puju, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat kembali menggeliat. Sempat senyap karena lockdown wabah Covid-19, wisatawan kini mulai mengalir.

Seperti siang pekan lalu. Perkampungan Suku Sasak itu riuh dengan suara tabuhan gamelan khas bertalu-talu. Suara alat tradisional itu mengiringi dua pemuda bertelanjang dada yang sedang bertempur di pelataran pintu masuk desa.

Berbekal rotan dan perisai dari kulit kerbau (ende), dua pemuda itu bertarung dengan sangat mendebarkan. Pertempuran itu merupakan seni peresean, tari tradisional Lombok.

Dibandingkan beberapa bulan sebelumnya, atraksi ini jelas menyembulkan harapan. Ya, Desa Sade yang tersohor itu sempat ditutup sementara (lockdown) karena pandemi Covid-19. Tepatnya pada Maret 2020.



Selama kurang lebih tiga bulan praktis kampung adat ini senyap dari lalu-lalang wisatawan. Pengelola desa menutup rapat untuk mencegah penularan virus corona.

Asa Bangkit Pelaku UMKM Desa Adat Sade dengan Transaksi QRIS BRI


Dari sisi ekonomi, penutupan sementara itu membuat para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terdampak. Mereka yang selama ini berdagang tenun khas Lombok dan beragam cenderamata khas menjadi sepi. Omzet tergerus.

Namun, situasi itu perlahan membaik. Seiring vaksinasi yang berjalan lancar dan terkendalinya kasus Covid-19, Desa Sade terus menggeliat. Kendati baru turis lokal, gerak ekonomi terayun bangkit.

Transaksi Digital

Mengalirnya wisatawan mencuatkan kembali asa bagi para pelaku UMKM. Tak terkecuali Maliki Akbar (26). Pedagang tenun khas Lombok dan kerajinan tangan itu dapat tersenyum karena pembeli telah datang.

"Meski belum seramai dulu, namun satu-dua (pembeli) sudah ada. Terutama akhir pekan atau hari libur, lumayan yang datang dan belanja," tuturnya, Jumat (15/10/2021).

Maliki mengisahkan, usaha tenun songket Lombok itu meneruskan orang tua. Bersama istrinya, dia menjalankan bisnis kecil tersebut. Tenun diperoleh dari para perajin, yang kebanyakan masih kerabat.

Menurut Maliki, saat menghasilkan tenun biaya terbesar biasanya untuk pembelian benang emas karena mereka tak dapat memproduksi sendiri. Benang emas itu, kata dia, salah satunya digunakan untuk menghasilkan tenun motif Rangrang. Tak hanya itu, ada pula motif Sasambo.

Maliki mengaku sangat bersyukur karena permodalan dari bank sangat membantu. Dia merasakan betul manfaat dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI. "Pada 2019 saya ambil Rp15 juta. Setelah itu pada 2020 kembali ambil Rp15 juta," ujarnya.

Khusus tahun lalu, selain untuk belanja bahan baku, dana KUR juga digunakan untuk membetulkan atap took. Kebetulan ilalang yang merupakan atap tradisional rumah-rumah di Kampung Sasak telah lapuk sehingga harus diganti.

Bukan itu saja yang membuatnya tersenyum, Bank BRI juga mengenalkan sistem transaksi nontunai berupa pembayaran digital berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

"Sudah sebulan lalu pakai (QRIS). Sangat membantu karena wisatawan-wisatawan sekarang banyak juga yang bayar gak pakai uang langsung (nontunai)," ujarnya.

Asa Bangkit Pelaku UMKM Desa Adat Sade dengan Transaksi QRIS BRI


Maliki mengaku senang dengan metode pembayaran digital tersebut. Selain dianggapnya kekinian, dia merasa gerainya terasa keren. "Jadi gak ketinggalan zaman gitu," ucapnya, seraya tersenyum.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani sebelumnya mengungkapkan, saat ini terjadi desrupsi transaksi, dari transaksi konvensional menjadi transaksi perbankan digital payment.



Untuk menjawab kebutuhan tersebut, BRI telah mengembangkan teknologi pembayaran digital yang mampu menjawab berbagai kebutuhan transaksi nasabah dan merchant yang menjadi partner BRI.

"Salah satu metode yang digunakan saat ini adalah dengan memindai barcode QRIS nasabah yang dilakukan oleh merchant," tutur dia dalam keterangan resmi.

Hingga September 2021, jumlah merchant QRIS BRI telah mencapai 1 juta merchant dan BRI sangat mendukung Bank Indonesia dalam gerakan 12 Juta merchant QRIS. Capaian tersebut merupakan lompatan yang luar biasa dikarenakan jumlah merchant QRIS BRI tersebut naik 700% atau 7 kali lipat secara year on year.

QRIS BRI akan terus tumbuh mengingat BRI memiliki jumlah unit kerja yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan seluruh mitra merchant binaan BRI yang akan terus di-litereasi dalam penggunaan QRIS sebagai metode pembayaran terkini.

BRI juga telah merilis fitur baru untuk transaksi QRIS melalui aplikasi Mobile Banking BRImo, yaitu fitur QR Pedagang. “Diharapkan dengan adanya fitur QR Pedagang akan semakin mempercepat akselerasi pertumbuhan jumlah merchant QRIS BRI,” kata dia.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1187 seconds (0.1#10.140)