Masih Uptrend, Ramalan IHSG Bisa Tembus Rekor Tertinggi

Senin, 01 November 2021 - 06:34 WIB
loading...
Masih Uptrend, Ramalan...
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai masih menunjukkan pergerakan uptrend pada akhir 2021, bahkan hingga awal paruh pertama tahun depan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) dinilai masih menunjukkan pergerakan uptrend pada akhir 2021, bahkan hingga awal paruh pertama tahun depan. Tren tersebut diproyeksikan akan mendorong IHSG hingga level tertinggi sepanjang sejarah yaitu 7.450.

Certified Financial Technician, Linda Lee mengemukakan hasil analisanya pada September-Oktober 2021, ternyata IHSG naik dari kisaran 6.000 ke level 6.687 atau tertinggi sepanjang 2021. Sedangkan level tertinggi (all time high) IHSG sepanjang waktu adalah 6.693.

“Overall pergerakan IHSG itu masih terbaca uptrend. Karena wajar dia sudah naik tinggi dan sekarang ada pullback ini adalah koreksi sehat. Kenapa, karena kita sama-sama lihat Desember itu IHSG selalu naik, sudah 6 tahun berturut-turut IHSG selalu naik. Kalau IHSG naik di Desember berarti kita mulai lakukan pembeliannya di bulan ini sebenarnya pada saat dia sedang pullback,” kata Linda dalam acara Investment Talk yang diselenggarakan D’Origin bersama IGICO Advisory dikutip Minggu (31/10/2021).



Menurut Linda, hanya beberapa poin lagi IHSG akan kembali menyentuh level tertingginya sepanjang masa pasar modal Indonesia berdiri. Kendati demikian, menurutnya, pada penutupan pasar akhir pekan lalu IHSG sedikit melemah ke level 6.524 dan tidak bisa menembus level tertinggi tersebut.

Linda meriset setidaknya pada periode 2015-2020 setiap September level IHSG kebanyakan melemah. Pada kurun waktu tersebut, pada Oktober IHSG menguat sebanyak 5 kali dan satu kali melemah.

Sedangkan pada November IHSG hanya 2 kali ditutup menguat, dan 4 kali ditutup melemah. Di penghujung tahun yaitu Desember, IHSG 6 kali berturut-turut ditutup menguat. Dengan menganalisa menggunakan metode Fibonacci menurutnya area support IHSG berada di kisaran 6.524 yang kemarin sudah disentuh.

Dia melanjutkan, rekam jejak IHSG sejak 2015 itu bisa menjadi gambaran besar memasuki 2022. Oleh karena itu, dia optimistis IHSG kembali akan mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah. Perhitungannya yaitu di awal paruh pertama 2022.

“Bila dia (IHSG) membuat all time high-nya lagi, maka area-area resistance berikutnya ada di 6.927, ini terdekatnya berarti 7.000-an lah. Lalu next ada di level 7.450, jadi ke depannya peta pergerakannya seperti ini,” ujar Linda yang juga merupakan professional trader itu.

Dalam acara yang sama, Chief of Business Development and Research Bareksa Portal Investasi Ni Putu Kurniasari sepakat dengan Linda. Dia menyebut kenaikan IHSG selama selama 5 tahun terakhir hanya sekitar 22%.

Dibandingkan dengan Dow Jones di Amerika Serikat yang sudah naik 100%, IHSG jauh tertinggal. Dow Jones, kata Putu, sudah jauh menyentuh rekor-rekor baru sehingga laju pertumbuhan IHSG dinilai masih sangat besar.

Hal itu pun didukung oleh kondisi ekonomi nasional maupun global yang diperkirakan perlahan membaik pasca terhantam pandemi Covid-19. Secara historis setelah krisis selalu ada momentum pertumbuhan baru.

“Pertumbuhan ekonomi kita terlihat adanya pemulihan yang cukup signifikan. IMF pun menyebut pertumbuhan ekonomi di dunia di akhir tahun ini akan naik menjadi 6% dibanding tahun lalu yang negatif 3,2%,” ujarnya.



Momentum pertumbuhan ekonomi tersebut menurutnya menjadi kesempatan untuk bisa berinvestasi. Putu melihat, hampir di seluruh negara pada kuartal II-2021 mengalami pertumbuhan ekonomi melampaui level pra pandemi termasuk di Indonesia.

Ekonomi Indonesia tumbuh 7,1% melebihi pertumbuhan kuartal kedua 2019 yang hanya 5,1%. Tahun lalu lebih parah, ekonomi nasional minus 5,3% karena terhantam pandemi. Namun per kuartal kedua 2021 secara year-on-year beberapa sektor industri penopang kembali bergeliat.

Terlihat dari penjualan otomotif, properti, bahan industri seperti semen dan alat berat kembali meningkat. Di sisi lain, kata dia, pandemi membawa hikmah proses digitalisasi yang mulai meningkat.

Digitalisasi berperan sentral menopang arah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sempat collapse akibat pandemi. “Tapi dengan adanya inovasi adaptasi yang yang cepat terhadap inovasi digital, ini menjadi pendorong penopang pertumbuhan ekonomi kita yang di luar perkiraan,” ujarnya.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1296 seconds (0.1#10.140)