Kendaraan Listrik Solusi Kesepakatan Jokowi di Glasgow

Jum'at, 12 November 2021 - 19:19 WIB
loading...
Kendaraan Listrik Solusi Kesepakatan Jokowi di Glasgow
Kendaraan listrik menjadi solusi mengurangi emisi.
A A A
JAKARTA - Para pemimpin dunia, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu di Konferensi COP 26 Glasgow untuk melakukan negosiasi penurunan emisi global karbon dioksida. Satryo Soemantri Brodjonegoro, Ketua Tim Percepatan Industri Nasional KBL Berbasis Baterai, menjelaskan salah satu cara untuk memenuhi tujuan tersebut, adalah melalui dukungan penuh terhadap infrastruktur kendaraan listrik .

“Transportasi yang selama ini menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil, menyumbang emisi yang sangat besar. Oleh karena itu kendaraan listrik menjadi solusi, pastinya akan mengurangi emisi di Indonesia,” ujar Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam siaran persnya, Jumat (12/11/2021).

Menurut Satryo, Indonesia memang punya garis pantai yang sangat panjang, serta hutan yang luas. Dua hal itu adalah modal besar untuk karbon. Namun dengan mengakselerasi program mobil listrik, diyakini dampaknya akan lebih signifikan lagi. Bahkan bukan tidak mungkin target net zero karbon pada 2060 bisa dicapai.

(Baca juga:Dorong Kendaraan Listrik, Kemenhub Rancang Skema Sewa Baterai)

Tahun ini saja, kata Satryo, konsumsi nasional Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan mencapai 75,27 juta kilo liter (KL). Dari total tersebut, sebesar 26,3 juta KL untuk BBM bersubsidi, dan 48,97 juta KL untuk non subsidi.

“Jika program mobil listrik nasional bisa dicapai, maka konsumsi BBM akan berkurang dan emisi bisa dikurangi secara signifikan,” katanya.

Di Indonesia, kata dia, mobil listrik walaupun masih sangat jarang ditemukan di jalan umum, bukanlah hal yang baru. Pada 1989, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, sudah berhasil membuat mobil listrik bertenaga sel surya. Pada 2021, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat itu dijabat Dahlan Iskan, memperkenalkan sekaligus menguji coba mobil listrik karya anak bangsa, Tuxuci.

(Baca juga:Pengamat : Kendaraan Listrik Lebih Ideal untuk Transportasi Umum Dibanding Pribadi)

Terkait mobil listrik, Presiden telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55/2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Untuk Transportasi Jalan. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita juga sudah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan dan Ketentuan Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

“Target kita 2028 sudah ada produk mobil listrik nasional. Selain itu semua kendaraan pemerintah, mulai tahun ini atau tahun depan akan secara bertahap diganti menjadi kendaraan listrik,” ujarnya.

Menurut Satryo, sejak sekitar seratus tahun lalu, mobil listrik sudah ada, dan sudah diproduksi massal. Namun karena kendala di infrastruktur pendukung, mobil listrik kalah dengan mobil berbahan bakar fosil.

(Baca juga:Pameran Kendaraan Listrik PEVS Akan Hadir Tahun Depan)

Pada 1905 sebagian besar kendaraan komersial adalah kendaraan listrik. Promosi ditujukan kepada kaum wanita, di mana kendaraan listrik adalah bersih, mudah dioperasikan, dan tak ada gas buang. Akan tetapi, pada 1920-an, kendaraan listrik mati suri dengan alasan keterbatasan jarak tempuh dan harga yang lebih mahal ketimbang kendaraan berbahan bakar fosil.

Josef Taalbi dan Hana Nielsen dalam tulisan yang diterbitkan oleh Nature Energy 2021 menyatakan alasan utama yang membuat mobil listrik kalah dari mobil berbahan bakar fosil, adalah kelangkaan infrastruktur pengisian listrik.

Mereka mempertimbangkan berbagai penyebab keunggulan kendaraan berbahan bakar fosil tahun 1900-1910. Tahun 1910, harga kendaraan listrik sama dengan kendaraan berbahan bakar fosil untuk tipe dan kapasitas yang sama. Untuk jarak tempuh, kendaraan listrik mampu mencapai 145 kilometer pada 1910.

(Baca juga:Bahlil Rayu Foxconn untuk Investasi Kendaraan Listrik di Indonesia)

“Seandainya saat itu sudah ada stasiun pertukaran baterai, di mana dalam waktu singkat baterai yang sudah lemah diganti dengan baterai yang sudah diisi ulang, seperti halnya stasiun pengisian bahan bakar fosil, kendaraan listrik tetap bertahan sampai sekarang, bahkan lebih pesat lagi perkembangannya,” ujar Satryo.

Kendaraan listrik digunakan di wilayah yang sudah memiliki infrastruktur pendukung, terutama jalan yang rata dan halus, supaya baterai tidak rusak dan ketersediaan listrik. Di wilayah lain yang tak memiliki infrastruktur itu, kendaraan berbahan bakar fosil mendominasi, terutama di rural. Sebab banyak toko selama ini menyediakan bensin atau solar buat keperluan peralatan pertanian, bahkan sebelum kendaraan berbahan bakar fosil ditemukan.

Studi menunjukkan, seandainya produksi listrik Amerika Serikat (AS) tahun 1922 telah tersedia pada 1902, sebesar 71% model kendaraan tahun 1920 adalah kendaraan listrik sehingga bisa menurunkan emisi karbon dioksida dari kendaraan 44%.

(Baca juga:Peneliti UI Olah Limbah Ampas Kopi untuk Material Baterai Kendaraan Listrik)

Satu abad kemudian, jumlah dan kecepatan stasiun pengisian listrik masih jadi kendala bagi konsumen kendaraan listrik, terutama yang melakukan perjalanan jarak jauh. Namun, kesenjangan infrastruktur sudah berkurang.

Tesla sudah menyiapkan 25.000 stasiun pengisian listrik super cepat meskipun hanya dapat digunakan oleh pengemudi Tesla. Senat AS juga telah menyetujui anggaran USD7,5 miliar untuk mempercepat peningkatan kapasitas pengisian listrik.

Satryo menyebut jika mengacu pada kasus di AS, maka infrastruktur kendaraan listrik juga harus disiapkan. Sehingga jika pabrik sudah berproduksi, stasiun pengisian listrik untuk mobil listrik sudah tersedia, maka masyarakat tidak perlu khawatir.

“Selain itu, juga perlu diberikan insentif bagi para pemilik mobil listrik, mungkin dalam bentuk pajak. Sehingga mobilnya bisa terjangkau harganya, dan masyarakat punya minat untuk membeli, dan berdampak positif terhadap industri mobil listrik,” terangnya.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2823 seconds (0.1#10.140)