Simposium Internasional SEAVEG 2021, Mentan: Pandemi Paksa RI Tingkatkan Kerja Sama dengan Mitra Intemasional

Jum'at, 19 November 2021 - 16:43 WIB
loading...
Simposium Internasional...
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP Idha Widi Arsanti (tengah) di acara SEAVEG 2021 di Yogyakarta, Jumat (19/11/2021).
A A A
JAKARTA - Sebanyak 200 peserta dari enam negara berpartisipasi pada Symposium Southeast Asia Vegetebles (SEAVEG) 2021 di Yogyakarta selama enam hari, 18-20 November melalui tatap muka dan daring. Simposium ini diinisiasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan).

SEAVEG merupakan forum diseminasi hasil para akademisi, pengambil kebijakan, industri dan pelaku usaha pertanian termasuk petani milenial di bidang hortikultura. Peserta SEAVEG berasal dari enam negara, yakni Indonesia,Belgia, India, Jerman, Portugal dan Taiwan.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan 2020 hingga 2021 merupakan tahun yang tidak dapat dilupakan, khususnya dampak pandemi Covid-19 pada sektor pertanian. Pandemi memaksa Indonesia meningkatkan kerja sama dengan mitra intemasional.

(Baca juga:Electrifying Agriculture Tarik Minat Petani Milenial)

“Diawali dengan panggilan darurat bagi komunitas global, karena pandemi Covid-19 yang telah terjadi. Kondisi yang sangat mengkhawatirkan dalam ketahanan pangan,” kata Mentan Syahrul pada simposium internasional Symposium Southeast Asia Vegetebles (SEAVEG) 2021, Jumat (19/11/2021).

Hal ini penting, katanya, karena Indonesia harus menyiapkan dampak pandemi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Salah satunya, kolaborasi dengan pihak swasta, LSM, perguruan tinggi, media massa, lembaga penelitian, politeknik dan lembaga terkait lainnya seperti saat ini melalui SEAVEG 2021 dalam pengembangan hortikultura.

(Baca juga:Peran Petani Milenial Dongkrak Perekonomian)

Menurutnya, Kementan terus berupaya melakukan terobosan melalui strategi dan program antisipatif dan adaptif. Strategi Lima Cara Bertindak (Five Ways of Action) dikenal sebagai 5 CB yang mencakup Peningkatan Kapasitas Produksi, Diversifikasi Pangan Lokal, bagian dari kontribusi Indonesia terhadap Dekade PBB bagi Pertanian Keluarga (family farming) 2019-2028.

Lima CB berikutnya, Penguatan Cadangan dan Sistem Logistik Pangan, Pengembangan Pertanian Modern, seperti Smart Farming, Food Estate dan Gerakan Tiga Kali Ekspor Komoditas Pertanian (Gratieks) .

“Melalui 5 CB, kami mendorong upaya percepatan transformasi sistem pangan dan pertanian, dengan tidak lagi menitikberatkan pada aspek peningkatan produksi, namun penguatan sistem pangan dan pertanian yang holistik dan terintegrasi,” jelasnya.

Upaya ini terbukti berdampak signifikan, di mana pada 2020 pertanian menjadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif hingga sebesar 1,75% (c-to-c) ketimbang 2019 dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.

(Baca juga:Kementan Siap Gaungkan Petani Milenial, Pilar Berkelanjutan Pertanian di Bengkulu)

“Kami juga berhasil menjaga ketersediaan pangan dan mengurangi prevalensi kerawanan pangan atau FIES dan inflasi bahan pangan. Hal ini dengan jelas menunjukkan ketangguhan sektor pertanian dibandingkan sektor lainnya,” ujarnya.

Mentan Syahrul menambahkan, dalam upaya mencapai pertanian berkelanjutan, sinergi yang dilakukan Kementan adalah fokus pada tiga bagian penting pembangunan pertanian yakni pengembangan kapasitas SDM, penerapan teknologi digital pertanian, dan penerapan inovasi.

“Saat ini, Kementan mengembangkan Agriculture War Room (AWR), sebuah pusat kendali untuk memantau dan berkomunikasi dengan petani di lapangan dan lembaga terkait di seluruh pelosok Indonesia,” kata Mentan.

Penggunaan teknologi informasi dan Internet of Things (IOT) akan membantu para pengambil kebijakan untuk membantu merespons permasalahan di lapangan lebih cepat dan akurat.

Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan, salah satu pondasi penting pembangunan Indonesia adalah pengembangan SDM pertanian untuk menghasilkan tenaga profesional, mandiri, dan berdaya saing.

“Untuk itu, Kementan telah mencanangkan beberapa program untuk mengembangkan petani milenial. Di antaranya melalui pendidikan vokasi, pelatihan vokasi, Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP).Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS), Duta Petani Milenial dan Duta Petani Andalan,” katanya.

Melalui program ini, kata Dedi, Kementan memperkenalkan pertanian modern kepada petani milenial guna meningkatkan produksi pertanian dan mampu mengelola pertanian dengan baik.

“Kami berharap melalui program ini petani milenial mampu meningkatkan produksi, distribusi dan pemasaran hasil pertanian.Dalam program tersebut, kita senantiasa bekerja sama dengan semua pihak terkait,” ujarnya.

Sementara Sekretaris BPPSDMP Kementan Siti Munifah menyampaikan terima kasih kepada pelaksana sehingga bisa menyambut seluruh tamu dari mancanegara. “Dalam kesempatan ini kita bisa menyampaikan ide mengenai keberhasilan sektor pertanian Indonesia dalam melewati masa sulit,” katanya.
(dar)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1323 seconds (0.1#10.140)