Duh, Indeks Kebahagiaan Meredup di 10 Provinsi Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama inimeluncurkan laporan Indeks Kebahagiaan 2021. Secara umum Indeks Kebahagiaan pada tahun 2021 mengalami peningkatan 0,8 poin menjadi 71,49 dari 70,69 pada 2017.
Manakala sebagian besar provinsi di Indonesia mengalami peningkatan Indeks Kebahagiaan, indeks di 10 provinsi justru merosot.
Provinsi tersebut adalah Aceh, Riau, Sumatera Selatan, dan Bengkulu untuk kawasan Sumatera.
Sedangkan untuk kawasan Jawa-Bali-Nusa Tenggara yang turut mengalami penurunan Indeks Kebahagiaan adalah DKI Jakarta, Banten, Yogyakarta, Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Bahkan, Indeks Kebahagiaan di provinsi Banten berada pada urutan terendah yaitu di angka 68,08, turun dari 69,83 pada 2017. Sementara untuk kawasan Kalimantan, penurunan indeks terjadi di provinsi Kalimantan Timur.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, Indeks Kebahagiaan merupakan ukuran pembangunan yang bersifat subjektif ditawarkan untuk melihat persepsi masyarakat tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
“Pendekatan yang digunakan adalah kepuasan hidup, afeksi (perasaan), dan eudaimonia (makna hidup),” kata Margo dalam kata pengantar publikasi Indeks Kebahagiaan 2021, dikutip Minggu (2/12/2021).
Setiap dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan memiliki besaran kontribusi yang berbeda. BPS mencatat, dimensi yang berkontribusi terbesar dalam penyusunan Indeks Kebahagiaan adalah dimensi Kepuasan Hidup, yaitu sebesar 34,80%. Sedangkan dimensi Makna Hidup kontribusinya 34,02% dan dimensi Perasaan berkontribusi 31,18%.
Sebagai catatan, BPS telah melaksanakan kajian tentang tingkat kebahagiaan beberapa kali, yaitu uji coba tahun 2012 dan 2013. Kemudian, survei pengukuran tingkat kebahagiaan (SPTK) sebanyak 3 kali yakni pada tahun 2014, 2017, dan 2021.
Untuk tahun 2021, survei dilakukan serentak di seluruh kabupaten/kota di 34 provinsi pada 1 Juli sampai 27 Agustus terhadap 75.000 rumah tangga yang dipilih secara acak (random).
Saat ini beberapa negara telah berinisiatif untuk menjadikan indikator kebahagiaan sebagai indikator pembangunan nasional dan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan indikator kesejahteraan material ataupun indikator kemakmuran ekonomi yang telah ada.
Manakala sebagian besar provinsi di Indonesia mengalami peningkatan Indeks Kebahagiaan, indeks di 10 provinsi justru merosot.
Provinsi tersebut adalah Aceh, Riau, Sumatera Selatan, dan Bengkulu untuk kawasan Sumatera.
Sedangkan untuk kawasan Jawa-Bali-Nusa Tenggara yang turut mengalami penurunan Indeks Kebahagiaan adalah DKI Jakarta, Banten, Yogyakarta, Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Bahkan, Indeks Kebahagiaan di provinsi Banten berada pada urutan terendah yaitu di angka 68,08, turun dari 69,83 pada 2017. Sementara untuk kawasan Kalimantan, penurunan indeks terjadi di provinsi Kalimantan Timur.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, Indeks Kebahagiaan merupakan ukuran pembangunan yang bersifat subjektif ditawarkan untuk melihat persepsi masyarakat tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
“Pendekatan yang digunakan adalah kepuasan hidup, afeksi (perasaan), dan eudaimonia (makna hidup),” kata Margo dalam kata pengantar publikasi Indeks Kebahagiaan 2021, dikutip Minggu (2/12/2021).
Setiap dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan memiliki besaran kontribusi yang berbeda. BPS mencatat, dimensi yang berkontribusi terbesar dalam penyusunan Indeks Kebahagiaan adalah dimensi Kepuasan Hidup, yaitu sebesar 34,80%. Sedangkan dimensi Makna Hidup kontribusinya 34,02% dan dimensi Perasaan berkontribusi 31,18%.
Sebagai catatan, BPS telah melaksanakan kajian tentang tingkat kebahagiaan beberapa kali, yaitu uji coba tahun 2012 dan 2013. Kemudian, survei pengukuran tingkat kebahagiaan (SPTK) sebanyak 3 kali yakni pada tahun 2014, 2017, dan 2021.
Untuk tahun 2021, survei dilakukan serentak di seluruh kabupaten/kota di 34 provinsi pada 1 Juli sampai 27 Agustus terhadap 75.000 rumah tangga yang dipilih secara acak (random).
Saat ini beberapa negara telah berinisiatif untuk menjadikan indikator kebahagiaan sebagai indikator pembangunan nasional dan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan indikator kesejahteraan material ataupun indikator kemakmuran ekonomi yang telah ada.
(ind)