Ibu-ibu Antre Beli Minyak Goreng, Bamsoet: Ironi RI Salah Satu Produsen Sawit Terbesar

Senin, 14 Februari 2022 - 19:47 WIB
loading...
Ibu-ibu Antre Beli Minyak...
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau yang biasa disapa Bamsoet menerangkan sempat terjadi antrian panjang ibu-ibu yang akan membeli minyak goreng. Pemandangan seperti ini tentu memprihatinkan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menegaskan, bahwa keluh kesah para ibu rumah tangga soal kelangkaan minyak goreng adalah hal yang nyata, tanpa rekayasa. Komunitas lainnya yang juga sangat terpukul adalah belasan juta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang selama ini menjadikan minyak goreng serta kedelai sebagai komoditi andalan.



Hampir setiap hari, sebagaimana dilaporkan oleh berbagai portal berita sepanjang Januari-Februari 2022, masyarakat sudah menyuarakan keluh kesah mereka sebagai respons atas persoalan minyak goreng dan kedelai yang belum terselesaikan sebagaimana mestinya. Dilihat dari rentang waktunya, itu bukanlah durasi yang pendek.

“Di berbagai daerah, sempat terjadi antrian panjang ibu-ibu yang akan membeli minyak goreng. Pemandangan seperti ini tentu memprihatinkan, dan sudah digambarkan sebagai ironi Indonesia yang nyata-nyata sebagai salah satu produsen sawit terbesar di dunia,” ucap Bamsoet -sapaan akrab Ketua MPR- dalam keterangannya, Senin (14/2/2022).

Menurutnya, antrian warga pembeli minyak goreng itu hendaknya tidak hanya dipahami sebagai sebuah peristiwa, melainkan patut diterjemahkan sebagai aspirasi para ibu rumah tangga.

Tak kalah menyedihkan adalah keluhan para produsen tahu-tempe di berbagai daerah. Dari beberapa wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Kota Parepare di Sulawesi Selatan, para produsen tahu-tempe yang rata-rata berskala industri rumah tangga, pun sudah menyuarakan keluh kesah mereka atas persoalan tingginya harga kedelai.

“Di Jawa Tengah saja, misalnya, jumlah produsen tahu-tempe berkisar 10.000 orang. Mereka berharap agar pemerintah bertindak cepat mengendalikan harga kedelai,” ucapnya.

Apa yang dialami produsen tahu-tempe terang Bamsoet, tentu saja memberi dampak ikutan pada komunitas pemilik rumah makan maupun penjual jajanan tahu dan tempe goreng yang jumlahnya juga tidak sedikit.

Keluh kesah masyarakat itu hendaknya didengarkan dan diresons oleh Pemerintah, khususnya para menteri ekonomi di kabinet. Pemerintah hendaknya all out mengatasi dua masalah ini, karena berkait dengan kebutuhan semua rumah tangga dan kepentingan jutaan pelaku UMKM.

Bamsoet mengingatkan, jangan lupa bahwa minyak goreng dan kedelai itu berkait langsung dengan kebutuhan keseharian masyarakat Indonesia. Dua komoditi ini praktis menjadi bagian tak terpisah dari setiap rumah tangga. Mestinya, kebutuhan yang satu ini tidak boleh dikorbankan dengan alasan apa pun dan untuk kepentingan lainnya.

“Sebagai masalah yang sedang dihadapi semua rumah tangga Indonesia, kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga kedelai sudah memasuki bulan kedua. Pemerintah diharapkan lebih peka pada keluh kesah para ibu rumah tangga, dan Jangan sekali-kali pernah menyederhanakan persoalan ini,” jelasnya.



Menurut Bamsoet, harga kebutuhan pokok yang bergejolak selalu menjadi isu yang sangat sensitif jika tidak segera ditangani. Kredibilitas pemerintah sebagai regulator menjadi taruhannya, karena masyarakat akan mempertanyakan kapabilitas pemerintah mengelola kebutuhan pokok.

“Persoalan kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga kedelai tidak boleh menjadi faktor yang mengeskalasi masalah. Agar masalahnya tidak berlarut-larut, pemerintah perlu menempuh semua cara yang legal untuk mengatasi dua masalah ini,” tandasnya.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2002 seconds (0.1#10.140)