Persiapan pemilu ganggu manufaktur

Selasa, 13 November 2012 - 09:13 WIB
Persiapan pemilu ganggu manufaktur
Persiapan pemilu ganggu manufaktur
A A A
Sindonews.com - Memanasnya suhu politik menjelang persiapan pemilihan umum (pemilu) 2014, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan manufaktur tahun depan yang ditargetkan bisa melampaui 7 persen.

“Tapi, meski agak terganggu persiapan politik 2014, laju pertumbuhan meningkat,” tutur Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat di Jakarta, kemarin.

Hidayat menambahkan, optimisme pertumbuhan manufaktur pada tahun depan bisa terlihat dari baiknya pertumbuhan industri pada tahun ini. Hingga Januari–September, pertumbuhan industri nonmigas telah mencapai 6,5 persen atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama yakni sebesar 6,29 persen.

Selain persiapan pemilu, ada sejumlah persoalan yang dinilai bisa mengganggu pertumbuhan manufaktur, yakni ketersediaan energi dan perburuhan. Terkait persoalan energi, Hidayat mengatakan, pengusaha masih keberatan dengan rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15 persen tahun depan.

Menurutnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) telah mengusulkan kepada Kemenperin agar pemerintah memberlakukan kenaikan TDL hanya sebesar 10 persen bukan 15 persen.

“Apindo juga minta soal listrik tidak hanya dibebankan pada industri saja, tapi juga rumah tangga. Itu baru mau kami bicarakan,” ujarnya.

Persoalan lain yang harus dihadapi industri manufaktur ke depan adalah buruh, terutama maraknya aksi demo ataupun sweeping yang dilakukan buruh. Karena itu, tegas dia, pemerintah akan mengaktifkan forum bipartit (pengusaha-buruh) ataupun tripartit (pengusaha-buruh-pemerintah) guna menyelesaikan persoalan ini.

Sebagai catatan, sebelumnya Kementerian Perindustrian mengoreksi target pertumbuhan industri manufaktur 2012 dan 2013 menjadi masing-masing 6,67 persen dan 7,11 persen. Koreksi tersebut dilakukan karena adanya perlambatan di sejumlah subsektor.

Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), target pertumbuhan industri manufaktur pada tahun 2012 ditetapkan 7,05 persen, sementara 2013 sebesar 8,02 persen.

Berdasarkan data Kemenperin, realisasi investasi hingga September mencapai Rp229,95 triliun. Dari realisasi sebesar itu, investasi industri pengolahan mencapai Rp115,46 triliun atau 80 persen dari target (Rp147,26 triliun). Realisasi investasi tahun depan juga diyakini akan meningkat seiring dengan besarnya minat investor. Salah satunya adalah Toyota Group.

Perusahaan asal Jepang tersebut berencana meningkatkan investasinya di Indonesia sebesar Rp26 triliun untuk kurun waktu lima tahun ke depan. Untuk tahap awal, Toyota mengucurkan investasi modal awal sebesar Rp13 triliun guna meningkatkan kapasitas produksi menjadi 250.000 unit per tahun pada 2015 dari pada posisi saat ini 110.000 unit per tahun.

Untuk tambahan investasi tersebut, Hidayat mengatakan, pihaknya akan mengusahakan agar Toyota mendapatkan keringanan tax holiday.

“Mereka minta itu tapi kita kaitkan dulu dengan kemampuan mereka menyerap tenaga kerja maupun ekspor. Karena (persyaratannya) target 30 persen produknya harus diekspor. Dan kalau dia menyanggupi dan bisa menyerap puluhan ribu tenaga kerja,” ucapnya.

Masih terkait Toyota, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri menjelaskan, bertambahnya investasi Toyota diyakini bakal mendorong pertumbuhan sektor lain karena raksasa automotif tersebut memiliki rantai suplai produksi yang banyak. “Toyota itu perusahaan besar ketika dia masuk dia akan bawa supply chain-nya, ini investasi positif,” tuturnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3639 seconds (0.1#10.140)