EEF 2022 Usung Pemanfaatan Gas Bumi Sebagai Solusi Transisi Energi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Afiliasi Sub Holding Gas Pertamina, PT Pertamina Gas (Pertagas) kembali menggelar Energy Exchange Forum (EEF) 2022 yang mengusung tema "Energizing Natural Gas as Solution for Energy Transition Through Synergy, Innovation and Technology Adaptation". Secara daring, EEF 2022 dihadiri Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dan dibuka oleh Direktur Utama Pertagas Wiko Migantoro.
Dalam sambutannya, Wiko menyampaikan bahwa ajang EEF dilakukan Pertagas setiap tahun bertujuan sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan serta sinergi di lingkungan subholding gas. Ini adalah kali ketiga Pertagas menyelenggarakan EEF.
"Pada EEF tahun ini, jumlah materi mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan antusiasme dan semangat kita bersama untuk tumbuh bersinergi dalam rangka mewujudkan visi dan misi Sub Holding Gas," ujar Wiko melalui siaran pers, Senin (21/2/2022).
Di hari pertama EEF 2022 ini, Pertagas menghadirkan empat pembicara utama sebagai narasumber yaitu Arifin Rudiyanto Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam BAPPENAS, Montty Girianna Deputi III Pengembangan Usaha BUMN, Riset dan Inovasi Kemenko Bidang Perekonomian serta Lenita Tobing dan Asheesh Sastry dari Boston Consulting Group.
Menurut Arifin Rudiyanto, transisi energi dari penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan memiliki peran sangat penting dalam mencapai Net Zero Emission yang menjadi strategi jangka panjang dan kebijakan transisi energi di Indonesia.
"Penggunaan gas bumi merupakan salah satu jembatan transisi energi menuju pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan. Karena gas bumi dikenal sebagai energi yang memiliki efisiensi pembakaran sangat baik, bersih, ramah lingkungan dan lebih murah apabila dibandingkan dengan minyak bumi," jelasnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Montty Giriana terkait pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi. "Pemanfaatan natural gas sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi efek rumah kaca. Transisi energi adalah suatu yang harus dilakukan karena secara global arah penggunaan energi menuju ke arah energi dengan low emission. Pertagas dapat terus melaksanakan perannya dalam transisi energi dengan meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana serta teknologi seperti CNG, LNG dan LPG," ungkap Montty.
Pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi juga sudah dilakukan di beberapa negara lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya data kenaikan permintaan gas bumi pada Energy Global Demand yang disampaikan oleh Lenita Tobing dan Asheesh Sastry. Perkiraan permintaan gas bumi secara global memiliki tren positif hingga tahun 2040.
Pada EEF hari pertama ini, lebih dari 500 orang peserta bergabung secara daring di acara ini. Melalui EEF diharapkan Perwira Sub Holding Gas dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam dan mampu berperan aktif dalam program transisi energi di Indonesia.
EEF 2022 dilaksanakan selama dua hari (21-22 Februari) dan merupakan salah satu rangkaian peringatan ulang tahun ke-15 Pertagas yang jatuh pada tanggal 23 Februari 2022. EEF hari kedua akan mengundang Erika Retnowati Kepala BPH Migas sebagai narasumber utama.
Lihat Juga: Gotong Royong Bangun Jargas, Solusi Kurangi Beban Subsidi Energi lewat Optimalisasi Gas Domestik
Dalam sambutannya, Wiko menyampaikan bahwa ajang EEF dilakukan Pertagas setiap tahun bertujuan sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan serta sinergi di lingkungan subholding gas. Ini adalah kali ketiga Pertagas menyelenggarakan EEF.
"Pada EEF tahun ini, jumlah materi mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan antusiasme dan semangat kita bersama untuk tumbuh bersinergi dalam rangka mewujudkan visi dan misi Sub Holding Gas," ujar Wiko melalui siaran pers, Senin (21/2/2022).
Di hari pertama EEF 2022 ini, Pertagas menghadirkan empat pembicara utama sebagai narasumber yaitu Arifin Rudiyanto Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam BAPPENAS, Montty Girianna Deputi III Pengembangan Usaha BUMN, Riset dan Inovasi Kemenko Bidang Perekonomian serta Lenita Tobing dan Asheesh Sastry dari Boston Consulting Group.
Menurut Arifin Rudiyanto, transisi energi dari penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan memiliki peran sangat penting dalam mencapai Net Zero Emission yang menjadi strategi jangka panjang dan kebijakan transisi energi di Indonesia.
"Penggunaan gas bumi merupakan salah satu jembatan transisi energi menuju pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan. Karena gas bumi dikenal sebagai energi yang memiliki efisiensi pembakaran sangat baik, bersih, ramah lingkungan dan lebih murah apabila dibandingkan dengan minyak bumi," jelasnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Montty Giriana terkait pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi. "Pemanfaatan natural gas sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi efek rumah kaca. Transisi energi adalah suatu yang harus dilakukan karena secara global arah penggunaan energi menuju ke arah energi dengan low emission. Pertagas dapat terus melaksanakan perannya dalam transisi energi dengan meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana serta teknologi seperti CNG, LNG dan LPG," ungkap Montty.
Pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi juga sudah dilakukan di beberapa negara lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya data kenaikan permintaan gas bumi pada Energy Global Demand yang disampaikan oleh Lenita Tobing dan Asheesh Sastry. Perkiraan permintaan gas bumi secara global memiliki tren positif hingga tahun 2040.
Pada EEF hari pertama ini, lebih dari 500 orang peserta bergabung secara daring di acara ini. Melalui EEF diharapkan Perwira Sub Holding Gas dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam dan mampu berperan aktif dalam program transisi energi di Indonesia.
EEF 2022 dilaksanakan selama dua hari (21-22 Februari) dan merupakan salah satu rangkaian peringatan ulang tahun ke-15 Pertagas yang jatuh pada tanggal 23 Februari 2022. EEF hari kedua akan mengundang Erika Retnowati Kepala BPH Migas sebagai narasumber utama.
Lihat Juga: Gotong Royong Bangun Jargas, Solusi Kurangi Beban Subsidi Energi lewat Optimalisasi Gas Domestik
(fai)