Pedagang Makanan Nyetok Minyak Goreng, Sopir Truk Nyetok Solar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sopir truk yang mengangkut komoditas dari Lampung ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, mengeluhkan soal kelangkaan solar di wilayah luar Pulau Jawa, terutama di wilayah Lampung.
Salah satu pengendara truk yang mengangkut komoditas pepaya dan pisang dari Lampung, Yoga (28), mengatakan bahan bakar solar cukup sulit ditemui selama perjalanan dari Lampung hingga ke Pelabuhan Bakauheni.
Padahal menurutnya jalur yang dilewati dari Lampung hingga pelabuhan memiliki medan yang cukup memakan bahan bahan bakar yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jalur di Pulau Jawa. Sebab menurutnya medan jalan yang menanjak dan melewati perbukitan lebih banyak mengonsumsi bahan bakar.
"Kalau di daerah Sumatera itu sulit, kalau kita berangkat itu dari daerah Tanggamus kalau sudah kemaleman, kemungkinan pasti ngecer di kios, karena di SPBU itu tidak ada solar," kata Yoga kepada MNC Portal, Minggu (28/3/2022).
Yoga menjelaskan opsi kedua yang dilakukan jika untuk lebih menghemat pengeluaran membeli bahan bakar, terkadang dengan cara membeli solar di SPBU dengan jumlah yang lebih banyak, dan menjadi stok selama perjalanan menuju Bakauheni. Cara menyetok ini juga dilakukan oleh para pedagang makanan atau gorengan terhadap minyak goreng.
Sebab menurutnya jika harus memenuhi kebutuhan solar dengan membeli di warung eceran, akan memakan ongkos yang jauh lebih mahal. Hal tersebut membuat keuntungannya makin menipis.
"Rata-rata kita dari rumah itu bawa jerigen (berisi solar), jadi kita bawa dari rumah," sambung Yoga.
Menurutnya fenomena yang saat ini terjadi kelangkaan harga solar ini memengaruhi pemasukannya. Artinya ada biaya yang harus dikeluarkan lebih saat membeli solar eceran, sementara pemasukan tambahan tak ada.
"Pengeluaran kita bertambah, berpengaruh beratlah buat sopir. Kita nambah uang jalan, karena di SPBU dan di pengecer itu sudah beda harganya," pungkas Yoga.
Salah satu pengendara truk yang mengangkut komoditas pepaya dan pisang dari Lampung, Yoga (28), mengatakan bahan bakar solar cukup sulit ditemui selama perjalanan dari Lampung hingga ke Pelabuhan Bakauheni.
Padahal menurutnya jalur yang dilewati dari Lampung hingga pelabuhan memiliki medan yang cukup memakan bahan bahan bakar yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jalur di Pulau Jawa. Sebab menurutnya medan jalan yang menanjak dan melewati perbukitan lebih banyak mengonsumsi bahan bakar.
"Kalau di daerah Sumatera itu sulit, kalau kita berangkat itu dari daerah Tanggamus kalau sudah kemaleman, kemungkinan pasti ngecer di kios, karena di SPBU itu tidak ada solar," kata Yoga kepada MNC Portal, Minggu (28/3/2022).
Yoga menjelaskan opsi kedua yang dilakukan jika untuk lebih menghemat pengeluaran membeli bahan bakar, terkadang dengan cara membeli solar di SPBU dengan jumlah yang lebih banyak, dan menjadi stok selama perjalanan menuju Bakauheni. Cara menyetok ini juga dilakukan oleh para pedagang makanan atau gorengan terhadap minyak goreng.
Sebab menurutnya jika harus memenuhi kebutuhan solar dengan membeli di warung eceran, akan memakan ongkos yang jauh lebih mahal. Hal tersebut membuat keuntungannya makin menipis.
"Rata-rata kita dari rumah itu bawa jerigen (berisi solar), jadi kita bawa dari rumah," sambung Yoga.
Menurutnya fenomena yang saat ini terjadi kelangkaan harga solar ini memengaruhi pemasukannya. Artinya ada biaya yang harus dikeluarkan lebih saat membeli solar eceran, sementara pemasukan tambahan tak ada.
"Pengeluaran kita bertambah, berpengaruh beratlah buat sopir. Kita nambah uang jalan, karena di SPBU dan di pengecer itu sudah beda harganya," pungkas Yoga.
(uka)