Subsidi Besar untuk BBM dan LPG 3 Kg, Harga Jual Lebih Murah

Sabtu, 09 April 2022 - 18:06 WIB
loading...
Subsidi Besar untuk BBM dan LPG 3 Kg, Harga Jual Lebih Murah
Berkat subsidi yang digelontorkan pemerintah, harga BBM penugasan Pertalite dan Solar serta LPG 3 kg masih terbilang murah. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pemerintah memberikan subsidi besar untuk dua jenis bahan bakar minyak (BBM) yaitu Solar dan Pertalite, serta LPG kemasan 3 kg yang pemanfaatannya untuk konsumen masyarakat bawah.

Tercatat, subsidi Solar sebesar Rp7.800 dari harga beli masyarakat sebesar Rp5.150 per liter, Pertalite Rp4000-4.500 per liter dari harga yang diterima konsumen Rp7.650 per liter. Sedangkan LPG 3 kg sebesar Rp11.250 per kg atau Rp33.750 per tabung dari harga yang diterima konsumen.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, harga jual Solar dan belakangan Pertalite yang menjadi BBM penugasan serta LPG 3 kg domain penentuan harganya berada pada pemerintah. "Untuk Pertalite kemungkinan pertimbangan karena volumenya cukup besar jadi ada kehati-hatian dari Pemerintah untuk menaikkan harganya," katanya Jakarta, Sabtu (9/4/2022).



Pertamina sebelumnya menyatakan bahwa harga Pertalite tidak naik alias tetap Rp7.650 per liter, meski harga minyak mentah dunia terus melonjak akibat konflik Rusia-Ukraina. Kebijakan tidak menaikkan harga Pertalite untuk menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli, karena masyarakat banyak menggunakan BBM ini.

"Pertamina sebagai BUMN yang berperan dalam mengelola energi nasional sangat mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam penetapan harga produk BBM," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman, belum lama ini.

Komaidi menegaskan, harga jual Solar, Pertalite dan LPG 3 kg yang disubsidi pemerintah masih di bawah harga keekonomian. Harga keekonomian BBM pada tiap-tiap negara bisa berbeda. Hal ini, kata dia, disebabkan perbedaan pada biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak BBM pada masing-masing negara.

Harga keekonomian BBM adalah harga jual BBM yang telah mengakomodasi semua variabel pembentuk harga. Adapun variabel pembentuk harga jual BBM adalah biaya bahan baku, biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak. "Kenapa, misalnya, harga BBM di Malaysia lebih murah dibandingkan Indonesia, karena subsidi yang diberikan pemerintah terhadap warganya juga berbeda," ujarnya.

Berdasarkan data, harga BBM di Indonesia termasuk sebagai salah satu yang termurah di Regional. Harga BBM Indonesia hanya tercatat lebih tinggi dibandingkan Malaysia karena pemerintah Malaysia memberlakukan kebijakan subsidi untuk BBM yang dijual di dalam negeri mereka.

"Untuk RON 95, Malaysia menetapkan Rp6.965 per liter, Indonesia setara Rp16.500. Tetap lebih murah ketimbang Singapura Rp30.208, Thailand Rp19.767 per liter, Filipina Rp20.828 per liter, Vietnam Rp18.647 per liter, dan Kamboja Rp20.521 per liter," tuturnya.

Harga BBM Indonesia menggunakan rujukan Permen ESDM No. 20/2021 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Harga BBM RON 92 (Jenis BBM Umum) dihitung menggunakan formula biaya perolehan (bahan baku & pengolahan) + biaya distribusi + biaya penyimpanan + margin usaha + PPN + PBBKB. "Berdasarkan formulasi tersebut harga keekonomian BBM RON 92 saat ini berada pada kisaran Rp15.000 hingga Rp17.000 per liter," ujar Komaidi.

Namun, Pertamina menetapkan harga jual Pertamax per 1 April 2022 hanya sebesar Rp12.500 setelah hampir tiga tahun lamanya tidak mengalami penyesuaian. Padahal, beberapa pesaing Pertamina berkali-kali menaikkan harga, termasuk terakhir pada pertengahan pekan ini. "Itu pun Pertamina haus nombok Rp3.500 per liter," katanya.

Hingga akhir pekan ini, Pertamax adalah satu-satunya BBM RON 92 paling murah harganya. Sementara badan usaha lain kembali menaikkan harga BBM dengan RON 92. Vivo misalnya, menaikkan Revvo 92 (RON) 92 menjadi Rp12.900 dan BP 92 (RON 92) yang dijual di SPBU BP-AKR Rp12.990. Adapun V-Power (RON 92) Shell dijual Rp16.500 per liter.



Sejak pemerintahan Joko Widodo berkuasa pada Oktober 2014, harga BBM mengalami fluktuasi. Bahkan, dalam satu tahun kerap terjadi penyesuiana beberapa kali. Khusus Pertamax, penurunan terdalam terjadi pada 15 Mei 2016 yaitu menjadi sebesar Rp7.350 per liter dari harga sebelumnya 30 Maret 2016 yang ditetapkan Rp7.550 per liter. Sejak awal 2020 hingga akhir Maret 2022, Pertamina tak pernah menyesuaikan harga BBM nonsubsidi, termasuk Pertamax.

Analis Komoditas yang juga Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan wajar jika harga BBM termasuk juga LPG, saat ini dalam tren naik. Pasalnya, kedua komoditas tersebut mengalami gangguan pasokan akibat kondisi geopolitik global.
Sebagian besar kenaikan akhir-akhir ini karena perang di Ukraina dimana negara anggota NATO mengurangi pembelian gas dan minyak Rusia dan mencari sumber lain.

"Hal ini mendorong kenaikan harga. Dibandingkan China dan India harga BBM di kita lebih murah, kendati beberapa negara lain seperti Malaysia jauh lebih murah karena disubsidi pemerintahnya," ujarnya.

Hans mengapresiasi sikap pemerintah dan Pertamina yang tidak menaikkan harga Biosolar, Pertalite, dan LPG 3 kg. Pasalnya, ketiga komoditas tersebut dikonsumsi masyarakat kelas menegah ke bawah dan dipakai untuk transpostasi publik dan barang dan jasa. "Bila tiga komponen ini naik, inflasi akan naik tinggi dan daya beli masyarakat kelas menegah ke bawah akan sangat terganggu," tuturnya.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1186 seconds (0.1#10.140)