Rusia-Ukraina Masih Membara, Bos OJK Minta Bank Bergegas Tingkatkan Pencadangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri jasa keuangan dan perbankan di Indonesia harus mengantisipasi dampak faktor eksternal global, terutama perang Rusia-Ukraina yang diproyeksikan masih panjang.
Hingga kini konflik kedua negara belum menampakkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan, kabar terbaru perundingan damai juga menemui jalan buntu.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menegaskan perlunya percepatan pembentukan pencadangan oleh perbankan mengingat tantangan Indonesia ke depannya tidak mudah.
Salah satunya imbas ketegangan geopolitik dunia sehubungan perang Rusia-Ukraina, ditambah normalisasi kebijakan moneter negara maju dan kondisi hiperinflasi global.
"Restrukturisasi kredit mulai membaik, tetapi memandang situasi tantangan yang tak mudah tersebut, kami meminta kepada perbankan untuk mempercepat pembentukan pencadangan," kata Wimboh dalam konferensi pers virtual Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Dia mengingatkan bahwa tantangan-tantangan tersebut tentunya akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia.
Wimboh juga menilai bahwa percepatan pembentukan pencadangan ini bisa dilakukan, karena perbankan memiliki bantalan yang cukup kuat untuk membuat pencadangan yang lebih besar.
"Terkait stabilitas sistem keuangan Indonesia, yang pertama, restrukturisasi kredit sudah mulai membaik. Jumlah total kredit yang direstrukturisasi tinggal 22,49% turun 3,8% dibanding Desember 2021," urainya.
Kemudian, yang kedua, memberikan insentif lebih luas kepada industri yang mendukung agenda global terkait perubahan iklim. Untuk saat ini, Wimboh menyampaikan, masih sebatas pada industri mobil listrik.
Hingga kini konflik kedua negara belum menampakkan tanda-tanda akan berakhir. Bahkan, kabar terbaru perundingan damai juga menemui jalan buntu.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menegaskan perlunya percepatan pembentukan pencadangan oleh perbankan mengingat tantangan Indonesia ke depannya tidak mudah.
Salah satunya imbas ketegangan geopolitik dunia sehubungan perang Rusia-Ukraina, ditambah normalisasi kebijakan moneter negara maju dan kondisi hiperinflasi global.
"Restrukturisasi kredit mulai membaik, tetapi memandang situasi tantangan yang tak mudah tersebut, kami meminta kepada perbankan untuk mempercepat pembentukan pencadangan," kata Wimboh dalam konferensi pers virtual Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Dia mengingatkan bahwa tantangan-tantangan tersebut tentunya akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia.
Wimboh juga menilai bahwa percepatan pembentukan pencadangan ini bisa dilakukan, karena perbankan memiliki bantalan yang cukup kuat untuk membuat pencadangan yang lebih besar.
"Terkait stabilitas sistem keuangan Indonesia, yang pertama, restrukturisasi kredit sudah mulai membaik. Jumlah total kredit yang direstrukturisasi tinggal 22,49% turun 3,8% dibanding Desember 2021," urainya.
Kemudian, yang kedua, memberikan insentif lebih luas kepada industri yang mendukung agenda global terkait perubahan iklim. Untuk saat ini, Wimboh menyampaikan, masih sebatas pada industri mobil listrik.