Kampanye Kendaraan Listrik Gencar, Penjualan Mobil Pengguna BBM Kian Moncer
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penjualan mobil secara wholesales sepanjang Januari-Maret 2022 mencapai 263.822 unit, melonjak 41% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan penjualan ditopang sejumlah faktor, antara lain semakin membaiknya infrastruktur serta membaiknya perekonomian di sejumlah daerah yang ditopang kenaikan harga komoditas.
Hasil ini menunjukkan bahwa industri otomotif nasional kini kian pulih setelah dua tahun sebelumnya terhantam dampak pandemi Covid-19. Kinerja penjualan mobil para kuartal I/2022 ini layak diapresiasi karena menunjukkansektor manufaktur terus bergerak positif.
Kendati demikian, maraknya penjualan mobil yang notabene masih didominasi kendaraan berbasisbahan bakar minyak (BBM) ini belum diikuti masifnya penjualan kendaraanlistrik. Per Maret 2022 lalu, Kementerian Perhubungan mencatat kendaraan listrik yang ada di Indonesia baru mencapai 16.000-an unit, terdiri atas kendaraan roda tiga, mobil penumpang, sepeda motor dan bus. Khusus mobil listrik, data per November tahun lalu baru di kisaran 1.650-an unit.
Kondisi ini membuktikan bahwa kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama masyarakat karena harga kendaraan listrik masih relatif lebih mahal kendati sudah ada sejumlah insentif.
Padahal, sedianya pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air ini terus didorong oleh pemerintahyang sejakDesember 2020 dengan meluncurkan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) demi mengurangi ketergantungan impor BBM. Program ini dalam jangka panjang juga bertujuan meningkatkan ketahanan energi nasional. Bahkan, Presiden Joko Widodo bercita-cita agar Indonesia bisa menjadi pemain di industri kendaraan listrik dan bisa menjadi moda transportasi utama.
Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celio) Bhima Yudistira mengatakan 2022 ini menjadi momen yang pas bagi pengembang mobil listrik di Indonesia. Terlebih ditengah lonjakan harga minyak mentah dunia saat ini.
"Dengan kenaikan harga minyak mentah, di atas USD100 per barel sebenarnya menjadi insentif bagi masyarakat untuk beralih ke mobil listrik. Konsumen di Amerika Serikat (AS) sangat tertekan dengan kenaikan harga BBM, sehingga mereka beralih ke mobil listrik yang biaya bahan bakarnya jauh lebih murah," ucap dia Senin, (18/04/2022).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), khusus penjualan mobil pada Maret lalu mencapai 98.536 unit. Itu artinya meningkat dari bulan sebelumnya yang berjumlah 81.2228 unit. Toyota berada di urutan pertama dengan jumlah penjualan 33.515 unit. Kemudian disusul oleh Daihatsu dengan jumlah 17.465 unit, Mitsubishi 13.289, dan Honda sebanyak 12.975 unit.
Menurut Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, tren penjualan tahun ini lebih bagus dari tahun 2021. Hasil ini tidak lepas dari kebijakanpemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan relaksasi Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) pada 1 Maret 2021 hingga Maret 2022.
“Ini dampaknya luar biasa. Karena kebijakan itu, industri otomotif bukan hanya OEM (Original Equipment Manufacturer)-nya saja. Akan tetapi, seluruh ekosistem itu bisa bangkit. Kita memasuki tahapan awal mulai ekspansi atau pemulihan,” ujarnya saat dihubungi Koran SINDO, Senin (18/4/2022).
Terpisah, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, sektor industri otomotif sejak 2021 telah mengalami peningkatan yang signifikan. Laju pertumbuhan pada kuartal IV/2021 meningkat 17,82% secara kumulatif dibandingkan dengan kuartal IV tahun sebelumnya.
Agus mengakui, stimulus PPnBM DTP cukup mengangkat penjualan otomotif yang diikuti naiknyaproduksi kendaraan bermotor roda empat atau lebih tahun 2021 dengan posri peningkatan 66,8% dari tahun sebelumnya.
"Pencapaian tersebut membuat kinerja produksi kendaraan bermotor roda empat atau lebih tahun 2021 hampir mendekati pencapaian produksi tahun 2019 sebelum terjadinya pendemi Covid-19, serta sektor otomotif menjadi salah satu dari sedikit sektor industri yang mampu menghindari terjadinya PHK," tegas Agus saat dihubungi KORAN SINDO, di Jakarta, Senin (18/4) sore.
Terkait pengembangan kendaraan listrik,Agus menambahkan bahwapemerintah Indonesia terus melangkah maju mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dalam rangka mendukung pemenuhan komitmen pemerintah Indonesia di COP 21 Paris terkait pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% pada 2030 dan komitmen di COP 26 Glasgow beberapa waktu lalu.
Agus memaparkan, pemerintah mempercepat transformasi industri kendaraan bermotor menuju teknologi rendah emisi dan ramah lingkungan melalui penerbitan program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) yang tertuang dalam Permenperin Nomor 36 Tahun 2021. Kategori program LCEV yaitu KBH2 dan xEV (HEV,PHEV, BEV dan FCEV), serta Flexy Engine Vehicle berbasis biofuel 100%.
"Untuk kendaraan LCEV produksi dalam negeri akan diberikan insentif PPnBM dengan besaraan secara proporsional tergantung emisi CO2 yang dihasilkan, dan tentunya disertai persyaratan minimum penggunaan komponen lokal," ucapnya.
Sementara itu, pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan, saat aktivitas ekonomi masih bergerak lambat ternyata industri kendaraan bermotorsudah bangun terlebih dahulu karena insentif pajak.
Saat ini, kata dia, perputaran roda ekonomi mulai dirasakan sehingga bisnis automotif bergerak lebih cepat mendahului industri lain.
“Apa yang terjadi di pameran seperti Indonesia International Motor Show (IIMS) aktivitas dan respons masyarakat merefleksikan apa yang terjadi di industri ini,” katanya.
Baca Juga: koran-sindo.com
Hasil ini menunjukkan bahwa industri otomotif nasional kini kian pulih setelah dua tahun sebelumnya terhantam dampak pandemi Covid-19. Kinerja penjualan mobil para kuartal I/2022 ini layak diapresiasi karena menunjukkansektor manufaktur terus bergerak positif.
Kendati demikian, maraknya penjualan mobil yang notabene masih didominasi kendaraan berbasisbahan bakar minyak (BBM) ini belum diikuti masifnya penjualan kendaraanlistrik. Per Maret 2022 lalu, Kementerian Perhubungan mencatat kendaraan listrik yang ada di Indonesia baru mencapai 16.000-an unit, terdiri atas kendaraan roda tiga, mobil penumpang, sepeda motor dan bus. Khusus mobil listrik, data per November tahun lalu baru di kisaran 1.650-an unit.
Kondisi ini membuktikan bahwa kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama masyarakat karena harga kendaraan listrik masih relatif lebih mahal kendati sudah ada sejumlah insentif.
Padahal, sedianya pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air ini terus didorong oleh pemerintahyang sejakDesember 2020 dengan meluncurkan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) demi mengurangi ketergantungan impor BBM. Program ini dalam jangka panjang juga bertujuan meningkatkan ketahanan energi nasional. Bahkan, Presiden Joko Widodo bercita-cita agar Indonesia bisa menjadi pemain di industri kendaraan listrik dan bisa menjadi moda transportasi utama.
Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celio) Bhima Yudistira mengatakan 2022 ini menjadi momen yang pas bagi pengembang mobil listrik di Indonesia. Terlebih ditengah lonjakan harga minyak mentah dunia saat ini.
"Dengan kenaikan harga minyak mentah, di atas USD100 per barel sebenarnya menjadi insentif bagi masyarakat untuk beralih ke mobil listrik. Konsumen di Amerika Serikat (AS) sangat tertekan dengan kenaikan harga BBM, sehingga mereka beralih ke mobil listrik yang biaya bahan bakarnya jauh lebih murah," ucap dia Senin, (18/04/2022).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), khusus penjualan mobil pada Maret lalu mencapai 98.536 unit. Itu artinya meningkat dari bulan sebelumnya yang berjumlah 81.2228 unit. Toyota berada di urutan pertama dengan jumlah penjualan 33.515 unit. Kemudian disusul oleh Daihatsu dengan jumlah 17.465 unit, Mitsubishi 13.289, dan Honda sebanyak 12.975 unit.
Menurut Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, tren penjualan tahun ini lebih bagus dari tahun 2021. Hasil ini tidak lepas dari kebijakanpemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan relaksasi Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) pada 1 Maret 2021 hingga Maret 2022.
“Ini dampaknya luar biasa. Karena kebijakan itu, industri otomotif bukan hanya OEM (Original Equipment Manufacturer)-nya saja. Akan tetapi, seluruh ekosistem itu bisa bangkit. Kita memasuki tahapan awal mulai ekspansi atau pemulihan,” ujarnya saat dihubungi Koran SINDO, Senin (18/4/2022).
Terpisah, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, sektor industri otomotif sejak 2021 telah mengalami peningkatan yang signifikan. Laju pertumbuhan pada kuartal IV/2021 meningkat 17,82% secara kumulatif dibandingkan dengan kuartal IV tahun sebelumnya.
Agus mengakui, stimulus PPnBM DTP cukup mengangkat penjualan otomotif yang diikuti naiknyaproduksi kendaraan bermotor roda empat atau lebih tahun 2021 dengan posri peningkatan 66,8% dari tahun sebelumnya.
"Pencapaian tersebut membuat kinerja produksi kendaraan bermotor roda empat atau lebih tahun 2021 hampir mendekati pencapaian produksi tahun 2019 sebelum terjadinya pendemi Covid-19, serta sektor otomotif menjadi salah satu dari sedikit sektor industri yang mampu menghindari terjadinya PHK," tegas Agus saat dihubungi KORAN SINDO, di Jakarta, Senin (18/4) sore.
Terkait pengembangan kendaraan listrik,Agus menambahkan bahwapemerintah Indonesia terus melangkah maju mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dalam rangka mendukung pemenuhan komitmen pemerintah Indonesia di COP 21 Paris terkait pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% pada 2030 dan komitmen di COP 26 Glasgow beberapa waktu lalu.
Agus memaparkan, pemerintah mempercepat transformasi industri kendaraan bermotor menuju teknologi rendah emisi dan ramah lingkungan melalui penerbitan program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) yang tertuang dalam Permenperin Nomor 36 Tahun 2021. Kategori program LCEV yaitu KBH2 dan xEV (HEV,PHEV, BEV dan FCEV), serta Flexy Engine Vehicle berbasis biofuel 100%.
"Untuk kendaraan LCEV produksi dalam negeri akan diberikan insentif PPnBM dengan besaraan secara proporsional tergantung emisi CO2 yang dihasilkan, dan tentunya disertai persyaratan minimum penggunaan komponen lokal," ucapnya.
Sementara itu, pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan, saat aktivitas ekonomi masih bergerak lambat ternyata industri kendaraan bermotorsudah bangun terlebih dahulu karena insentif pajak.
Saat ini, kata dia, perputaran roda ekonomi mulai dirasakan sehingga bisnis automotif bergerak lebih cepat mendahului industri lain.
“Apa yang terjadi di pameran seperti Indonesia International Motor Show (IIMS) aktivitas dan respons masyarakat merefleksikan apa yang terjadi di industri ini,” katanya.
Baca Juga: koran-sindo.com
(ynt)