Restrukturisasi Menjadikan Pertamina Lebih Efisien dan Cepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Restrukturisasi dan reorganisasi di tubuh PT Pertamina (Persero), membuat BUMN energi tersebut menjadi lebih efisien dan lebih cepat dalam pengembangan bisnisnya. Demikian disampaikan pengamat manajemen dan bisnis Universitas Cendrawasih, Ferdinand Risamasu.
“Transformasi tersebut akan membuat Pertamina menjadi lebih efisien dan menekan operasional biaya tinggi. Kontrolnya juga lebih mudah,” kata Ferdinand ketika dihubungi dari Jakarta.
( )
Menurutnya restrukturisasi dan reorganisasi di tubuh Pertamina memang tepat. Transformasi tersebut, lanjutnya, murni dilandaskan pada profesionalisme perusahaan.
Ferdinand menambahkan, pada struktur perusahaan sebelumnya, dengan jumlah direksi banyak akan mempersulit pengawasan. Kebijakan yang disampaikan kepada anak perusahaan juga potensial menjadi bias. Namun sekarang, direksi hanya tinggal memberi perintah kepada CEO subholding, dan subholding itulah yang menjalankan garis kebijakan Pertamina sehingga lebih terarah.
“Ini yang membuat Pertamina menjadi lebih lincah dan lebih cepat. Karena yang penting adalah kontrolnya. Pertamina sebagai holding bisa lebih fokus dalam menjaga garis kebijakan perusahaan,” kata dia.
( )
Untuk itulah Ferdinand optimsitis, bahwa restrukturisasi dan reorganisasi, akan justru akan memperkuat ketahanan energi nasional. Selain itu, juga membuat Pertamina bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan minyak dan gas kelas dunia. “Pasti bisa. Apalagi, restrukturisasi dan reorganisasi tentu tidak lepas dari roadmap Pertamina sendiri,” terang Ferdinand.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menegaskan, Pertamina tidak berencana untuk menjual atau privatisasi saham PT Pertamina (Persero). Dia menegaskan bahwa Pertamina adalah BUMN yang 100% milik Pemerintah Indonesia.
"PT Pertamina (Persero) juga tetap menjadi BUMN yang berkomitmen untuk menjamin dan menyalurkan ketersediaan energi hingga ke pelosok negeri, untuk kemakmuran rakyat Indonesia," kata Fajriyah.
Fajriyah mengatakan, restrukturisasi yang terjadi di Pertamina saat ini, termasuk pembentukan subholding adalah dalam rangka membuat bisnis Pertamina menjadi lebih lincah, fokus dan cepat dalam pengembangan kapabilitas kelas dunia di bisnisnya masing-masing. Dengan demikian, diharapkan Pertamina dapat mengakselerasi pertumbuhan skala bisnis menjadi perusahan global energi terdepan dengan nilai pasar USD100 miliar serta menjadi penggerak pengembangan sosial.
"Pertamina juga saat ini sedang fokus untuk adaptif, berjuang menghadapi tantangan bisnis ke depan dan memenangkan kompetisi di masa yang penuh ketidakpastian ini," ujar Fajriyah sembari menegaskan bahwa perseroan selaku holding company tidak akan melakukan IPO.
“Transformasi tersebut akan membuat Pertamina menjadi lebih efisien dan menekan operasional biaya tinggi. Kontrolnya juga lebih mudah,” kata Ferdinand ketika dihubungi dari Jakarta.
( )
Menurutnya restrukturisasi dan reorganisasi di tubuh Pertamina memang tepat. Transformasi tersebut, lanjutnya, murni dilandaskan pada profesionalisme perusahaan.
Ferdinand menambahkan, pada struktur perusahaan sebelumnya, dengan jumlah direksi banyak akan mempersulit pengawasan. Kebijakan yang disampaikan kepada anak perusahaan juga potensial menjadi bias. Namun sekarang, direksi hanya tinggal memberi perintah kepada CEO subholding, dan subholding itulah yang menjalankan garis kebijakan Pertamina sehingga lebih terarah.
“Ini yang membuat Pertamina menjadi lebih lincah dan lebih cepat. Karena yang penting adalah kontrolnya. Pertamina sebagai holding bisa lebih fokus dalam menjaga garis kebijakan perusahaan,” kata dia.
( )
Untuk itulah Ferdinand optimsitis, bahwa restrukturisasi dan reorganisasi, akan justru akan memperkuat ketahanan energi nasional. Selain itu, juga membuat Pertamina bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan minyak dan gas kelas dunia. “Pasti bisa. Apalagi, restrukturisasi dan reorganisasi tentu tidak lepas dari roadmap Pertamina sendiri,” terang Ferdinand.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menegaskan, Pertamina tidak berencana untuk menjual atau privatisasi saham PT Pertamina (Persero). Dia menegaskan bahwa Pertamina adalah BUMN yang 100% milik Pemerintah Indonesia.
"PT Pertamina (Persero) juga tetap menjadi BUMN yang berkomitmen untuk menjamin dan menyalurkan ketersediaan energi hingga ke pelosok negeri, untuk kemakmuran rakyat Indonesia," kata Fajriyah.
Fajriyah mengatakan, restrukturisasi yang terjadi di Pertamina saat ini, termasuk pembentukan subholding adalah dalam rangka membuat bisnis Pertamina menjadi lebih lincah, fokus dan cepat dalam pengembangan kapabilitas kelas dunia di bisnisnya masing-masing. Dengan demikian, diharapkan Pertamina dapat mengakselerasi pertumbuhan skala bisnis menjadi perusahan global energi terdepan dengan nilai pasar USD100 miliar serta menjadi penggerak pengembangan sosial.
"Pertamina juga saat ini sedang fokus untuk adaptif, berjuang menghadapi tantangan bisnis ke depan dan memenangkan kompetisi di masa yang penuh ketidakpastian ini," ujar Fajriyah sembari menegaskan bahwa perseroan selaku holding company tidak akan melakukan IPO.
(akr)