Ketidakpastian Global Jadi Tantangan Menjaga Pasar Keuangan RI

Senin, 06 Juni 2022 - 13:42 WIB
loading...
Ketidakpastian Global...
Ketidakpastian global dinilai menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas jasa keuangan Indonesia. Sinkronisasi kebijakan dalam konteks stabilitas, menjadi sebuah keharusan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Ketidakpastian globalmenurut Presiden Direktur Centre for Banking Crisis (CBC), A Deni Daruri, menjadi tantangan buat DK OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Dia menilai, masih banyak pekerjaan berat yang harus dilakukan dewan komisioner OJK yang dinahkodai duet Mahendra Siregar-Mirza Aditsyawara.

"Kondisi makroekonomi dunia yang begitu labil, menjadi tantangan berat DK OJK yang baru. Kalau tidak cerdas dan cekatan, habislah kita," ungkapnya, Jakarta, Senin (6/6/2022).



Pimpinan OJK yang baru, kata Deni, harus terus memantau perkembangan makroekonomi dunia , yang bisa berubah tiap detik. Indonesia adalah negara dengan small open economy, harus dapatmengantisipasi setiap perubahan global.

"Tentu saja dengan program stabilitas keuangan , ketimbang lainnya yang justru berdampak bagi ketidakstabilan sektor keuangan," paparnya.

Sinkronisasi kebijakan dalam konteks stabilitas, menurutnya, harus dikoordinasikan dengan kebijakan fiskal dan moneter yang berada di luar kontrol OJK.

"Jika hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan baik, maka OJK berpotensi menjadi Lembaga reaktif yang berfungsi sebagai pemadam kebakaran saja," tuturnya.

Deni menyarankan agar OJK tidak mudah terpukau dengan data BPS. Akan lebih baik apabila OJK membuat seluruh data sektor keuangan menjadi transparan dan real time. Mudah diakses publik dengan akurasi tinggi.

"Menciptakan unit wake up call khusus yang memantau secara seksama perubahan makroekonomi dunia saat ini yang berpotensi merusak sistem keuangan nasional," tuturnya.

IMF memproyeksikan inflasi global pada 2022 mencapai 5,7% di negara maju, 8,7% untuk negara berkembang.

Selain itu, IMF memproyeksikan angka pertumbuhan 6,1% (2021), merosot menjadi 3,6% untuk 2022. Sedangkan untuk 2023, IMF proyeksikan perekonomian global hanya tumbuh 3,3%.



Sementara Lembaga Think Tank Inggris, National Institute of Economic and Social Research (NIESR) mengkhawatirkan terjadinya resesi. Krisis biaya hidup ditambah tingginya inflasi, memperlambat ekonomi Inggris dalam setahun ini.

Bagaimana dengan RRC? Ternyata sama saja. Tahun ini, defisit anggaran China diperkirakan mencapai 5,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada 2021, defisit China lebih rendah yakni 4,4% dari PDB.

Sedangkan suku bunga acuan di Indonesia, diproyeksikan 4,00% pada 2023, dan 4,25% pada 2024. The Economist Intelligence Unit memperkirakan, The Fed akan menaikkan suku bunga 7 kali hingga mencapai 2,9% pada awal 2023.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1199 seconds (0.1#10.140)