Saingi Proyek Sabuk dan Jalan China, G7 Patungan Rp8.700 Triliun
loading...
A
A
A
SCHLOSS ELMAU - Para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) berkomitmen untuk mengumpulkan USD600 miliar (sekitar Rp8.700 triliun, kurs Rp14.500/USD) dana swasta dan publik dalam lima tahun untuk membiayai infrastruktur yang dibutuhkan di negara-negara berkembang. Aksi tersebut juga bertujuan menyaingi proyek Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative) China yang bernilai triliunan dolar.
Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin G7 lainnya meluncurkan kembali "Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global" yang baru berganti nama, pada pertemuan tahunan mereka yang diadakan tahun ini di Schloss Elmau di Jerman selatan.
Biden mengatakan, Amerika Serikat akan memobilisasi USD200 miliar dalam bentuk hibah, dana federal, dan investasi swasta selama lima tahun untuk mendukung proyek-proyek di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang membantu mengatasi perubahan iklim serta meningkatkan kesehatan global, kesetaraan gender, dan infrastruktur digital.
"Saya ingin memperjelas. Ini bukan bantuan atau amal. Ini adalah investasi yang akan memberikan keuntungan bagi semua orang," kata Biden, seperti dilansir Reuters, Senin (27/6/2022).
Dia menambahkan bahwa itu akan memungkinkan negara-negara peneriman untuk "melihat manfaat nyata dari bermitra dengan demokrasi". Biden menyebutkan, ratusan miliar dolar tambahan dapat berasal dari bank pembangunan multilateral, lembaga keuangan pembangunan, dana kekayaan negara dan lainnya.
Selanjutnya, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada pertemuan itu mengatakan, Eropa akan memobilisasi 300 miliar euro selama periode yang sama guna membangun alternatif berkelanjutan bagi skema Inisiatif Sabuk dan Jalan China, yang diluncurkan Presiden China Xi Jinping pada 2013 lalu.
Para pemimpin Italia, Kanada dan Jepang juga berbicara tentang rencana mereka, beberapa di antaranya telah diumumkan secara terpisah. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tidak hadir, tetapi negara mereka dipastikan juga berpartisipasi.
Skema investasi China melibatkan pengembangan dan program di lebih dari 100 negara yang bertujuan untuk menciptakan versi modern dari jalur perdagangan Jalur Sutra kuno dari Asia ke Eropa. Pejabat Gedung Putih menyatakan rencana itu hanya memberikan sedikit manfaat nyata bagi banyak negara berkembang.
Biden menyoroti beberapa proyek unggulan, termasuk proyek pengembangan tenaga surya senilai USD2 miliar di Angola dengan dukungan dari Departemen Perdagangan, Bank Ekspor-Impor AS, perusahaan AS AfricaGlobal Schaffer, dan pengembang proyek AS Sun Africa.
Bersama dengan anggota G7 dan UE, Washington juga akan memberikan bantuan teknis sebesar USD3,3 juta kepada Institut Pasteur de Dakar di Senegal dalam rangka mengembangkan fasilitas manufaktur multi-vaksin fleksibel skala industri di negara itu yang pada akhirnya dapat memproduksi Covid-19 dan vaksin lainnya.
Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) juga akan memberikan komitmen hingga USD50 juta selama lima tahun ke Dana Insentif Penitipan Anak global Bank Dunia.
Friederike Roder, wakil presiden kelompok nirlaba Global Citizen, mengatakan janji investasi bisa menjadi awal yang baik menuju keterlibatan yang lebih besar oleh negara-negara G7 di negara-negara berkembang. Itu juga dapat mendukung pertumbuhan global yang lebih kuat untuk semua.
"Negara-negara G7 rata-rata hanya memberikan 0,32% dari pendapatan nasional bruto mereka, kurang dari setengah dari 0,7% yang dijanjikan, dalam bantuan pembangunan," katanya. "Tapi tanpa negara berkembang, tidak akan ada pemulihan ekonomi dunia yang berkelanjutan," tambahnya.
Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin G7 lainnya meluncurkan kembali "Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global" yang baru berganti nama, pada pertemuan tahunan mereka yang diadakan tahun ini di Schloss Elmau di Jerman selatan.
Biden mengatakan, Amerika Serikat akan memobilisasi USD200 miliar dalam bentuk hibah, dana federal, dan investasi swasta selama lima tahun untuk mendukung proyek-proyek di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang membantu mengatasi perubahan iklim serta meningkatkan kesehatan global, kesetaraan gender, dan infrastruktur digital.
"Saya ingin memperjelas. Ini bukan bantuan atau amal. Ini adalah investasi yang akan memberikan keuntungan bagi semua orang," kata Biden, seperti dilansir Reuters, Senin (27/6/2022).
Dia menambahkan bahwa itu akan memungkinkan negara-negara peneriman untuk "melihat manfaat nyata dari bermitra dengan demokrasi". Biden menyebutkan, ratusan miliar dolar tambahan dapat berasal dari bank pembangunan multilateral, lembaga keuangan pembangunan, dana kekayaan negara dan lainnya.
Selanjutnya, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada pertemuan itu mengatakan, Eropa akan memobilisasi 300 miliar euro selama periode yang sama guna membangun alternatif berkelanjutan bagi skema Inisiatif Sabuk dan Jalan China, yang diluncurkan Presiden China Xi Jinping pada 2013 lalu.
Para pemimpin Italia, Kanada dan Jepang juga berbicara tentang rencana mereka, beberapa di antaranya telah diumumkan secara terpisah. Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tidak hadir, tetapi negara mereka dipastikan juga berpartisipasi.
Skema investasi China melibatkan pengembangan dan program di lebih dari 100 negara yang bertujuan untuk menciptakan versi modern dari jalur perdagangan Jalur Sutra kuno dari Asia ke Eropa. Pejabat Gedung Putih menyatakan rencana itu hanya memberikan sedikit manfaat nyata bagi banyak negara berkembang.
Biden menyoroti beberapa proyek unggulan, termasuk proyek pengembangan tenaga surya senilai USD2 miliar di Angola dengan dukungan dari Departemen Perdagangan, Bank Ekspor-Impor AS, perusahaan AS AfricaGlobal Schaffer, dan pengembang proyek AS Sun Africa.
Bersama dengan anggota G7 dan UE, Washington juga akan memberikan bantuan teknis sebesar USD3,3 juta kepada Institut Pasteur de Dakar di Senegal dalam rangka mengembangkan fasilitas manufaktur multi-vaksin fleksibel skala industri di negara itu yang pada akhirnya dapat memproduksi Covid-19 dan vaksin lainnya.
Baca Juga
Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) juga akan memberikan komitmen hingga USD50 juta selama lima tahun ke Dana Insentif Penitipan Anak global Bank Dunia.
Friederike Roder, wakil presiden kelompok nirlaba Global Citizen, mengatakan janji investasi bisa menjadi awal yang baik menuju keterlibatan yang lebih besar oleh negara-negara G7 di negara-negara berkembang. Itu juga dapat mendukung pertumbuhan global yang lebih kuat untuk semua.
"Negara-negara G7 rata-rata hanya memberikan 0,32% dari pendapatan nasional bruto mereka, kurang dari setengah dari 0,7% yang dijanjikan, dalam bantuan pembangunan," katanya. "Tapi tanpa negara berkembang, tidak akan ada pemulihan ekonomi dunia yang berkelanjutan," tambahnya.
(fai)