Kantongi Izin Impor Gula, RNI Siap Pasok Kebutuhan Ramadan dan Lebaran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guna memenuhi kebutuhan gula nasional serta dalam rangka menjaga stabilitas harga gula di tingkat konsumen, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) siap menyalurkan sekitar 80.000 metrik ton Gula Kristal Putih (GKP) secara bertahap ke pasar konsumsi pada kuartal II dan III tahun 2020. Ditargetkan gula tersebut mulai mengisi pasar pada bulan Ramadan dan Lebaran agar dapat memenuhi lonjakan permintaan.
Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha RNI Febriyanto mengatakan, RNI mendapatkan kuota impor kurang lebih 80.000 metrik ton yang terdiri dari white sugar (Gula Kristal Putih) sekitar 50.000 metrik ton dan raw sugar (Gula Kristal Mentah) sekitar 30.000 metrik ton.
“Diharapkan pada minggu pertama Ramadan sudah ada gula yang masuk untuk mengisi pasar konsumsi guna mengimbangi lonjakan permintaan,” ujar Febriyanto di Jakarta, Senin (27/4/2020).
Febriyanto menjelaskan untuk GKP setelah tiba akan langsung disalurkan ke pasar konsumsi. "Sementara untuk raw sugar akan diproses dan diolah terlebih dahulu menjadi GKP di Pabrik Gula (PG) anak Perusahaan RNI, PT PG Rajawali II," katanya.
Sementara itu Vice President Pengendalian Usaha I RNI Nanik Soelistyowati pada kesempatan yang sama mengatakan, selain untuk mengamankan stok gula nasional, kuota raw sugar yang diberikan pemerintah kepada PG berbasis tebu akan berdampak sigifikan bagi peningkatan efisiensi biaya produksi dan peningkatan pendapatan.
“Dengan masuknya raw sugar, PG akan memperoleh tambahan bahan baku untuk diolah, sehingga rata-rata hari giling PG bertambah mendekati skala ekonomisnya, yaitu 150 hari per tahun,” ungkapnya.
Adapun total produksi gula RNI pada tahun 2019 mencapai 260 ribu ton. Saat ini perkembangan kinerja bisnis gula RNI cukup bersaing dengan industri gula lainnya di Indonesia.
Di wilayah Jawa Timur yang menjadi sumber bahan baku tebu terbanyak Nasional, Pabrik Gula RNI unggul dengan produktivitas dan rendemen tertinggi. Pangsa pasar RNI di pasar gula konsumsi langsung Indonesia mencapai 12%.
Lihat Juga: Praperadilan, Tom Lembong Bakal Hadirkan 5 Saksi Ahli Buktikan Penetapan Tersangka Tidak Sah
Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha RNI Febriyanto mengatakan, RNI mendapatkan kuota impor kurang lebih 80.000 metrik ton yang terdiri dari white sugar (Gula Kristal Putih) sekitar 50.000 metrik ton dan raw sugar (Gula Kristal Mentah) sekitar 30.000 metrik ton.
“Diharapkan pada minggu pertama Ramadan sudah ada gula yang masuk untuk mengisi pasar konsumsi guna mengimbangi lonjakan permintaan,” ujar Febriyanto di Jakarta, Senin (27/4/2020).
Febriyanto menjelaskan untuk GKP setelah tiba akan langsung disalurkan ke pasar konsumsi. "Sementara untuk raw sugar akan diproses dan diolah terlebih dahulu menjadi GKP di Pabrik Gula (PG) anak Perusahaan RNI, PT PG Rajawali II," katanya.
Sementara itu Vice President Pengendalian Usaha I RNI Nanik Soelistyowati pada kesempatan yang sama mengatakan, selain untuk mengamankan stok gula nasional, kuota raw sugar yang diberikan pemerintah kepada PG berbasis tebu akan berdampak sigifikan bagi peningkatan efisiensi biaya produksi dan peningkatan pendapatan.
“Dengan masuknya raw sugar, PG akan memperoleh tambahan bahan baku untuk diolah, sehingga rata-rata hari giling PG bertambah mendekati skala ekonomisnya, yaitu 150 hari per tahun,” ungkapnya.
Adapun total produksi gula RNI pada tahun 2019 mencapai 260 ribu ton. Saat ini perkembangan kinerja bisnis gula RNI cukup bersaing dengan industri gula lainnya di Indonesia.
Di wilayah Jawa Timur yang menjadi sumber bahan baku tebu terbanyak Nasional, Pabrik Gula RNI unggul dengan produktivitas dan rendemen tertinggi. Pangsa pasar RNI di pasar gula konsumsi langsung Indonesia mencapai 12%.
Lihat Juga: Praperadilan, Tom Lembong Bakal Hadirkan 5 Saksi Ahli Buktikan Penetapan Tersangka Tidak Sah
(ind)