Pekerja Mogok, Prancis Dilanda Krisis BBM

Selasa, 18 Oktober 2022 - 16:29 WIB
loading...
Pekerja Mogok, Prancis Dilanda Krisis BBM
Warga Prancis terpaksa mendorong mobilnya karena kelangkaan BBM. Foto/APnews
A A A
JAKARTA - Prancis dilanda krisis bahan bakar minyak (BBM), sebab banyak SPBU di Prancis kehabisan stok. Menteri Energi Prancis Agnes Pannier-Runacher mengungkapkan, hampir sepertiga SPBU di negara itu mengalami kelangkaan BBM .



Krisis BBM dipicu oleh aksi mogok kerja dan panic buying konsumen hingga menyebabkan langkanya satu jenis BBM. Dikutip dari pelbagai sumber, aksi mogok ini membuat lebih dari 60% kapasitas penyulingan di Prancis atau 74.000 barel per hari (bph) menyusut.

Prancis kini terpaksa mengimpor di tengah ketidakpastian global dan mau tak mau harus meningkatkan biaya pembelian BBM. Dilaporkan 30% lebih SPBU di Prancis kini lumpuh, yang menyebabkan pengemudi berebut mengisi tangki bahan bakar di seluruh negeri.

"Waktu untuk negosiasi sudah berakhir," kata Menteri Ekonomi Prancis Bruno Le Maire kepada BFMTV, dikutip Selasa (18/10/2022).

Pemogokan tersebut merupakan bagian dari aksi yang menuntut kenaikan upah, pensiun, dan daya beli ketika inflasi melonjak di seluruh Eropa. Pemerintah Prancis pun meminta perusahaan raksasa energi Prancis, yaitu TotalEnergies, untuk menaikkan gaji pekerja.

Mogok yang dilakukan para pekerja telah memasuki minggu kedua sehingga mengganggu pasokan bensin dan menyebabkan krisis bagi ekonomi negara. Pemogokan kilang di perusahaan nasional dan perusahaan ExxonMobil telah mengurangi produksi bensin Prancis lebih dari 60% dalam beberapa hari terakhir.

Inti dari polemik ini yaitu kekecewaan masyarakat atas biaya hidup yang melonjak akibat inflasi dan krisis lainnya. Pekerja perusahaan minyak berbondong-bondong menuntut untuk menerima pemasukan yang lebih tinggi.

Menteri Ekonomi Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa TotalEnergies memiliki kewajiban untuk memberikan upah karyawan dengan adil dan proporsional. Apalagi keuntungan yang dihasilkan perusahaan minyak tersebut terbilang besar.

"Jika seseorang mengetahui keuntungan yang mereka hasilkan, perusahaan memiliki kapasitas memiliki kewajiban untuk menaikkan upah, dan Total adalah salah satunya," kata Maire, dikutip dari The Guardian, Selasa (18/10/2022).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4164 seconds (0.1#10.140)