Petani Milenial Kalsel Sukses Kembangkan Usaha Hortikultura
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menghadapi ancaman krisis pangan global, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak petani milenial untuk menerapkan teknologi smart farming dalam pengembangan budi daya pertanian. Menurutnya, pertanian berbasis teknologi akan mempermudah proses budi daya karena lebih efisien dan modern sehingga mendorong akselerasi produksi petani.
“Smart farming adalah satu lompatan yang kita coba lakukan untuk tidak saja membiarkan pertanian itu berjalan apa adanya sama dengan yang kemarin. Tidak berarti yang kemarin jelek, tetapi kita harus ada loncatan untuk naik kelas di masa pandemi ini,” kata Mentan dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/10/2022).
Pembangunan pertanian ke depan, katanya, akan semakin mengandalkan para petani muda dengan teknologi digital, terutama sebagai strategi untuk memperkuat produksi dan distribusi. “Agripreneur muda yang melek teknologi adalah potensi dan mitra strategis memecahkan kendala distribusi serta lemahnya akses pasar petani selama ini,” kata Syahrul.
Mentan juga menegaskan pihaknya terus berupaya dalam menyiapkan SDM pertanian yang berjiwa wirausaha. Salah satunya melalui program utama Kementan yakni penumbuhan 2,5 juta pengusaha pertanian milenial hingga 2024. Hal ini dilakukan untuk menjamin produktivitas, kontinyuitas dan ketahanan pangan.
(Baca juga:Membangkitkan Petani Milenial)
Pada kesempatan berbeda Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa Presiden Jokowi telah menyampaikan, bahwa petani harus menjadi profesi yang menjanjikan, menyejahterakan, dan kita harus membuat generasi muda lebih berminat menjadi petani.
Selain itu, katanya, terdapat beberapa kata kunci dari apa yang disampaikan Presiden dan Mentan yaitu petani muda dan teknologi digital. “BPPSDMP tentu saja siap mendukung dan menindaklanjuti arahan tersebut dengan membangun ekosistem petani milenial yang mengelola pertanian secara terpadu dari hulu hingga hilir,” kata Dedi Nursyamsi.
Kementan, katanya, juga terus meningkatkan tumbuhnya wirausahawan muda pertanian melalui berbagai program, salah satunya Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS).
(Baca juga:Peran Petani Milenial Dongkrak Perekonomian)
Adalah Prastio Kuntoro, 37, petani muda asal Desa Ranggang, Kecamatan Takisung di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Kalsel) yang telah menerima manfaat Program YESS. Hortikultura menjadi pilihannya menekuni sektor pertanian, mulai dari cabai, melon dan tomat.
Bertemu dengan Program YESS menjadi satu batu loncatan baru baginya, dengan mendapatkan masukan kala ia mengikuti pelatihan seperti pelatihan smart farming, yang mengubah pola pikirnya dari petani konvensional menjadi ladang bisnis. Selain smart farming, Prastio juga mendapatkan pelatihan literasi keuangan, proposal bisnis serta start up.
Bermodalkan ilmu dan pengetahuannya setelah mengikuti rangkaian pelatihan, pria yang akrab disapa Kuntoro pun mengajukan Proposal Hibah Kompetitif (HK) untuk fokus mengelola satu hektare lahan yang dia miliki untuk fokus budidaya melon. Dia berhasil mendapat HK sebesar Rp76 juta pada 2021.
Kuntoro pun ingin mengembangkan budidaya melon kualitas premium, dengan menerapkan teknologi smart farming yakni membangun greenhouse seluas 20x30 meter. Ketika ditanyakan terkait omset, dia mengaku sebelum intervensi Program YESS mencapai Rp60 juta per masa panen, tapi kini setelah mengenal YESS, dia mampu meraup omset Rp115 juta per musim panen.
Kuntoro pun berkesempatan mengikuti Invitational Training on K-Smart Farm di Korea Selatan pada 16-22 Oktober 2022 bersama beberapa petani serta pengusaha pertanian milenial lainnya. “Semua ilmu yang saya dapat dari YESS maupun kesempatan pelatihan di luar negeri akan saya bawa dan terapkan serta tularkan di Indonesia khususnya di daerah saya,” katanya.
“Saya yang awalnya bukan siapa-siapa, sudah membuktikan bisa sukses dengan mengelola sektor pertanian. Saya juga ingin milenial lainnya merasakan kesuksesan yang sama, dengan membangun sektor pertanian. Nyatanya benar ungkapan pertanian tak ingkar janji, siapa saja yang mau berusaha Insha Allah akan mendapatkan hasil dari bertani,” katanya.
“Smart farming adalah satu lompatan yang kita coba lakukan untuk tidak saja membiarkan pertanian itu berjalan apa adanya sama dengan yang kemarin. Tidak berarti yang kemarin jelek, tetapi kita harus ada loncatan untuk naik kelas di masa pandemi ini,” kata Mentan dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/10/2022).
Pembangunan pertanian ke depan, katanya, akan semakin mengandalkan para petani muda dengan teknologi digital, terutama sebagai strategi untuk memperkuat produksi dan distribusi. “Agripreneur muda yang melek teknologi adalah potensi dan mitra strategis memecahkan kendala distribusi serta lemahnya akses pasar petani selama ini,” kata Syahrul.
Mentan juga menegaskan pihaknya terus berupaya dalam menyiapkan SDM pertanian yang berjiwa wirausaha. Salah satunya melalui program utama Kementan yakni penumbuhan 2,5 juta pengusaha pertanian milenial hingga 2024. Hal ini dilakukan untuk menjamin produktivitas, kontinyuitas dan ketahanan pangan.
(Baca juga:Membangkitkan Petani Milenial)
Pada kesempatan berbeda Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa Presiden Jokowi telah menyampaikan, bahwa petani harus menjadi profesi yang menjanjikan, menyejahterakan, dan kita harus membuat generasi muda lebih berminat menjadi petani.
Selain itu, katanya, terdapat beberapa kata kunci dari apa yang disampaikan Presiden dan Mentan yaitu petani muda dan teknologi digital. “BPPSDMP tentu saja siap mendukung dan menindaklanjuti arahan tersebut dengan membangun ekosistem petani milenial yang mengelola pertanian secara terpadu dari hulu hingga hilir,” kata Dedi Nursyamsi.
Kementan, katanya, juga terus meningkatkan tumbuhnya wirausahawan muda pertanian melalui berbagai program, salah satunya Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS).
(Baca juga:Peran Petani Milenial Dongkrak Perekonomian)
Adalah Prastio Kuntoro, 37, petani muda asal Desa Ranggang, Kecamatan Takisung di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Kalsel) yang telah menerima manfaat Program YESS. Hortikultura menjadi pilihannya menekuni sektor pertanian, mulai dari cabai, melon dan tomat.
Bertemu dengan Program YESS menjadi satu batu loncatan baru baginya, dengan mendapatkan masukan kala ia mengikuti pelatihan seperti pelatihan smart farming, yang mengubah pola pikirnya dari petani konvensional menjadi ladang bisnis. Selain smart farming, Prastio juga mendapatkan pelatihan literasi keuangan, proposal bisnis serta start up.
Bermodalkan ilmu dan pengetahuannya setelah mengikuti rangkaian pelatihan, pria yang akrab disapa Kuntoro pun mengajukan Proposal Hibah Kompetitif (HK) untuk fokus mengelola satu hektare lahan yang dia miliki untuk fokus budidaya melon. Dia berhasil mendapat HK sebesar Rp76 juta pada 2021.
Kuntoro pun ingin mengembangkan budidaya melon kualitas premium, dengan menerapkan teknologi smart farming yakni membangun greenhouse seluas 20x30 meter. Ketika ditanyakan terkait omset, dia mengaku sebelum intervensi Program YESS mencapai Rp60 juta per masa panen, tapi kini setelah mengenal YESS, dia mampu meraup omset Rp115 juta per musim panen.
Kuntoro pun berkesempatan mengikuti Invitational Training on K-Smart Farm di Korea Selatan pada 16-22 Oktober 2022 bersama beberapa petani serta pengusaha pertanian milenial lainnya. “Semua ilmu yang saya dapat dari YESS maupun kesempatan pelatihan di luar negeri akan saya bawa dan terapkan serta tularkan di Indonesia khususnya di daerah saya,” katanya.
“Saya yang awalnya bukan siapa-siapa, sudah membuktikan bisa sukses dengan mengelola sektor pertanian. Saya juga ingin milenial lainnya merasakan kesuksesan yang sama, dengan membangun sektor pertanian. Nyatanya benar ungkapan pertanian tak ingkar janji, siapa saja yang mau berusaha Insha Allah akan mendapatkan hasil dari bertani,” katanya.
(dar)