RI Rentan Kena Dampak Negatif Perubahan Iklim, Luhut Beberkan Strategi Pemerintah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dengan dataran rendah dan pulau-pulau kecil yang luas sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan hal itu saat menghadiri pembukaan Net Zero Summit and B20 Investment Forum yang digelar Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) di Bali, hari ini.
"Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim," kata Luhut, Jumat (11/11/2022).
Oleh karena itu, Luhut kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih awal.
Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia saat ini menguraikan transisi Indonesia menuju masa depan rendah emisi dan tahan iklim. Namun, Indonesia akan menyeimbangkan target emisi dengan target pembangunan ekonomi.
"Jika 14 anggota G20 yang paling intensif karbon mengurangi emisi CO2 per kapita mereka ke rata-rata global, itu akan menghilangkan 11,8 Miliar ton emisi CO2, yang setara dengan 34% emisi global dan 18x seluruh emisi Indonesia tahun 2019. Transisi energi ini membutuhkan dekarbonisasi di sektor pembangkit listrik dan penggunaan akhir," bebernya.
Disadari bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia membawa tantangan lain karena memiliki dampak lingkungan dan sosial, termasuk polusi, degradasi dan deforestasi hutan, serta ketimpangan pendapatan.
Selain itu, saat ini Indonesia juga sedang berjuang dengan krisis lain seperti perubahan iklim, yang berdampak parah pada lingkungan fisik, ekosistem, dan masyarakat manusia. Terkait hal itu, Luhut menambahkan, Indonesia akan menyeimbangkan target emisi dengan target pembangunan ekonomi.
"Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi dengan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Urgensi pergeseran menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan telah digarisbawahi oleh masyarakat internasional selama beberapa tahun terakhir," tandasnya.
Luhut menyampaikan, untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus mampu membendung pandemi dan memulihkan perekonomian di tengah berbagai tantangan global. Kemudian, melakukan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri.
"Ditambah dengan meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi, memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa, serta mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi," terang Luhut.
Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan hal itu saat menghadiri pembukaan Net Zero Summit and B20 Investment Forum yang digelar Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) di Bali, hari ini.
"Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim," kata Luhut, Jumat (11/11/2022).
Oleh karena itu, Luhut kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih awal.
Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia saat ini menguraikan transisi Indonesia menuju masa depan rendah emisi dan tahan iklim. Namun, Indonesia akan menyeimbangkan target emisi dengan target pembangunan ekonomi.
"Jika 14 anggota G20 yang paling intensif karbon mengurangi emisi CO2 per kapita mereka ke rata-rata global, itu akan menghilangkan 11,8 Miliar ton emisi CO2, yang setara dengan 34% emisi global dan 18x seluruh emisi Indonesia tahun 2019. Transisi energi ini membutuhkan dekarbonisasi di sektor pembangkit listrik dan penggunaan akhir," bebernya.
Disadari bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia membawa tantangan lain karena memiliki dampak lingkungan dan sosial, termasuk polusi, degradasi dan deforestasi hutan, serta ketimpangan pendapatan.
Selain itu, saat ini Indonesia juga sedang berjuang dengan krisis lain seperti perubahan iklim, yang berdampak parah pada lingkungan fisik, ekosistem, dan masyarakat manusia. Terkait hal itu, Luhut menambahkan, Indonesia akan menyeimbangkan target emisi dengan target pembangunan ekonomi.
"Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi dengan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Urgensi pergeseran menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan telah digarisbawahi oleh masyarakat internasional selama beberapa tahun terakhir," tandasnya.
Luhut menyampaikan, untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus mampu membendung pandemi dan memulihkan perekonomian di tengah berbagai tantangan global. Kemudian, melakukan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri.
"Ditambah dengan meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi, memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa, serta mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi," terang Luhut.
(ind)