Manfaatkan Teknologi Digital untuk Bangkitkan Kejayaan Rempah Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kehadiran platform digital semakin mempermudah transaksi jual beli di era masa kini. Dengan memanfaatkan teknologi, komoditas rempah khas Indonesia pun bisa diperjualbelikan secara daring dan diharapkan menembus pasar mancanegara.
Sebagaimana diketahui, sejak ribuan tahun silam Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil rempah terbesar dunia. Hal ini menjadi magnet kuat bagi para pedagang dan saudagar dari berbagai negara untuk datang ke Indonesia mencari sumber rempah-rempah.
Rempah khas Nusantara seperti lada, pala, cengkeh, jinten, kayu manis, lengkuas, jahe dan kunyit tak hanya dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan namun juga bisa diolah menjadi berbagai macam produk turunan. Antara lain parfum, kosmetik, minyak esensial aromaterapi, hingga obat herbal untuk berbagai jenis penyakit.
Sempat Berjaya di masa lalu, daya saing rempah Indonesia di pasar global saat ini terbulang rendah dibanding negara lainnya seperti Malaysia, India, Thailand maupun Vietnam yang relatif lebih baru dalam mengenal rempah.
Guna mengembalikan lagi kejayaan Indonesia sebagai negara penghasilan rempah, pada 2021 lalu pemerintah telah menetapkan 11 Desember sebagai Hari Rempah Nasional.
Sebagai langkah konkret dalam mendukung hal tersebut, sejumlah pelaku usaha baru-baru ini membentuk Asosiasi Rempah Nasional (Asrenal) yang mewadahi para pelaku usaha, mulai petani, pelaku UMKM hingga pebisnis yang bergerak di sektor komoditas rempah dan turunannya di seluruh Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Rempah Nasional Titi Jusup Maksudi mengatakan, zaman dulu Indonesia dikenal dengan kejayaannya sebagai penghasil rempah-rempah tapi sekarang mulai tenggelam.
“Maka, ini yang ingin kami bangkitkan kembali supaya masyarakat dunia, khususnya para buyer di luar negeri tahu bahwa rempah Indonesia tetap ada dan berkualitas,” ujarnya, dikutip Sabtu (12/11/2022).
Menurut Titi, sebetulnya masih banyak buyer dari luar negeri yang tertarik dengan komoditas rempah Indonesia. Namun, mereka kesulitan untuk mengakses langsung pembelian rempah dari para pelaku usaha maupun petani.
Sebagai solusinya, Asosiasi Rempah Nasional menggandeng PT Teknologi Cakra Internasional (TCI) untuk membangun aplikasi semacam lokapasar (marketplace) yang khusus untuk jual beli produk rempah dan turunannya.
“Dengan adanya aplikasi ini maka para petani, koperasi, maupun pelaku usaha komoditas rempah akan lebih dimudahkan menjual produk mereka secara langsung ke pembeli, baik di dalam negeri maupun luar negeri tanpa harus melalui tengkulak,” tuturnya.
Selain membantu pemasaran melalui aplikasi digital, Asosiasi Rempah Nasional juga akan melakukan pendampingan dan bimbingan kepada para pelaku usaha yang menjadi anggotanya untuk menghasilkan produk rempah berkualitas, termasuk membuat kemasan yang menarik hingga mengatur keuangan dalam berbisnis.
Pasalnya, semua produk yang akan diperjualbelikan di aplikasi tersebut sudah melewati proses kurasi. Artinya hanya produk berkualitas dengan kemasan menarik saja yang bisa ditampilkan dan ditawarkan.
“Dengan kita memperbaiki dari hulunya maka ini akan dapat mendorong kualitas dan daya saing rempah nasional yang pada akhirnya dapat mengembalikan kejayaan rempah Indonesia sekaligus memperbaiki ekonomi para petani dan pelaku usaha rempah-rempah dan membawanya go internasional,” papar Titi.
Lebih lanjut Titi menambahkan, dalam rangka memperingati Hari Rempah Nasional, pihaknya akan menggelar pameran dan expo rempah di area parkir Senayan City pada 19-21 Desember 2022. Di dalam expo ini juga akan ada fashion show duta penerus rempah.
“Para peserta pameran bukan hanya mereka yang menjual bumbu rempah saja tapi juga produk turunanya seperti kosmetik, sabun, skincare, minyak wangi, essential oil yang menggunakan bahan dari rempah-rempah,” urainya.
Sementara itu, pemilik usaha TCI Maya Miranda Ambarsari menyambut positif pembentukan Asosiasi Rempah Nasional. Dia menilai rempah Indonesia sebagai harta karun berharga dan warisan leluhur yang harus dilestarikan.
Maya yang juga menjadi pendiri sekaligus Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Rempah Nasional siap mendukung pengembangan potensi rempah nasional dengan menghidupkan kembali jalur rempah secara langsung dan melalui pemanfaatan teknologi digital.
Dia pun berharap keberadaan asosiasi ini dapat meningkatkan daya saing rempah nasional serta meningkatkan nilai jualnya sehingga rempah bukan lagi hanya sekadar komoditas tetapi memiliki nilai tersendiri yang lebih dihargai baik di nasional maupun internasional.
“Dengan adanya asosiasi ini maka memberi kesempatan kepada kita semua bahwa sudah ada satu wadah sebagai payung yang tidak hanya mengakomodir produk-produk rempah Indonesia tetapi juga membantu para petani dan pelaku usaha melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga dapat memperluas pangsa pasar baik di dalam maupun luar negeri,” tandas Maya.
Sebagaimana diketahui, sejak ribuan tahun silam Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil rempah terbesar dunia. Hal ini menjadi magnet kuat bagi para pedagang dan saudagar dari berbagai negara untuk datang ke Indonesia mencari sumber rempah-rempah.
Rempah khas Nusantara seperti lada, pala, cengkeh, jinten, kayu manis, lengkuas, jahe dan kunyit tak hanya dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan namun juga bisa diolah menjadi berbagai macam produk turunan. Antara lain parfum, kosmetik, minyak esensial aromaterapi, hingga obat herbal untuk berbagai jenis penyakit.
Sempat Berjaya di masa lalu, daya saing rempah Indonesia di pasar global saat ini terbulang rendah dibanding negara lainnya seperti Malaysia, India, Thailand maupun Vietnam yang relatif lebih baru dalam mengenal rempah.
Guna mengembalikan lagi kejayaan Indonesia sebagai negara penghasilan rempah, pada 2021 lalu pemerintah telah menetapkan 11 Desember sebagai Hari Rempah Nasional.
Sebagai langkah konkret dalam mendukung hal tersebut, sejumlah pelaku usaha baru-baru ini membentuk Asosiasi Rempah Nasional (Asrenal) yang mewadahi para pelaku usaha, mulai petani, pelaku UMKM hingga pebisnis yang bergerak di sektor komoditas rempah dan turunannya di seluruh Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Rempah Nasional Titi Jusup Maksudi mengatakan, zaman dulu Indonesia dikenal dengan kejayaannya sebagai penghasil rempah-rempah tapi sekarang mulai tenggelam.
“Maka, ini yang ingin kami bangkitkan kembali supaya masyarakat dunia, khususnya para buyer di luar negeri tahu bahwa rempah Indonesia tetap ada dan berkualitas,” ujarnya, dikutip Sabtu (12/11/2022).
Menurut Titi, sebetulnya masih banyak buyer dari luar negeri yang tertarik dengan komoditas rempah Indonesia. Namun, mereka kesulitan untuk mengakses langsung pembelian rempah dari para pelaku usaha maupun petani.
Sebagai solusinya, Asosiasi Rempah Nasional menggandeng PT Teknologi Cakra Internasional (TCI) untuk membangun aplikasi semacam lokapasar (marketplace) yang khusus untuk jual beli produk rempah dan turunannya.
“Dengan adanya aplikasi ini maka para petani, koperasi, maupun pelaku usaha komoditas rempah akan lebih dimudahkan menjual produk mereka secara langsung ke pembeli, baik di dalam negeri maupun luar negeri tanpa harus melalui tengkulak,” tuturnya.
Selain membantu pemasaran melalui aplikasi digital, Asosiasi Rempah Nasional juga akan melakukan pendampingan dan bimbingan kepada para pelaku usaha yang menjadi anggotanya untuk menghasilkan produk rempah berkualitas, termasuk membuat kemasan yang menarik hingga mengatur keuangan dalam berbisnis.
Pasalnya, semua produk yang akan diperjualbelikan di aplikasi tersebut sudah melewati proses kurasi. Artinya hanya produk berkualitas dengan kemasan menarik saja yang bisa ditampilkan dan ditawarkan.
“Dengan kita memperbaiki dari hulunya maka ini akan dapat mendorong kualitas dan daya saing rempah nasional yang pada akhirnya dapat mengembalikan kejayaan rempah Indonesia sekaligus memperbaiki ekonomi para petani dan pelaku usaha rempah-rempah dan membawanya go internasional,” papar Titi.
Lebih lanjut Titi menambahkan, dalam rangka memperingati Hari Rempah Nasional, pihaknya akan menggelar pameran dan expo rempah di area parkir Senayan City pada 19-21 Desember 2022. Di dalam expo ini juga akan ada fashion show duta penerus rempah.
“Para peserta pameran bukan hanya mereka yang menjual bumbu rempah saja tapi juga produk turunanya seperti kosmetik, sabun, skincare, minyak wangi, essential oil yang menggunakan bahan dari rempah-rempah,” urainya.
Sementara itu, pemilik usaha TCI Maya Miranda Ambarsari menyambut positif pembentukan Asosiasi Rempah Nasional. Dia menilai rempah Indonesia sebagai harta karun berharga dan warisan leluhur yang harus dilestarikan.
Maya yang juga menjadi pendiri sekaligus Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Rempah Nasional siap mendukung pengembangan potensi rempah nasional dengan menghidupkan kembali jalur rempah secara langsung dan melalui pemanfaatan teknologi digital.
Dia pun berharap keberadaan asosiasi ini dapat meningkatkan daya saing rempah nasional serta meningkatkan nilai jualnya sehingga rempah bukan lagi hanya sekadar komoditas tetapi memiliki nilai tersendiri yang lebih dihargai baik di nasional maupun internasional.
“Dengan adanya asosiasi ini maka memberi kesempatan kepada kita semua bahwa sudah ada satu wadah sebagai payung yang tidak hanya mengakomodir produk-produk rempah Indonesia tetapi juga membantu para petani dan pelaku usaha melalui pemanfaatan teknologi digital sehingga dapat memperluas pangsa pasar baik di dalam maupun luar negeri,” tandas Maya.
(ind)