Kurangi Ketergantungan pada Alkes Impor, Karya Inovator Kesehatan Harus Dihargai dan Dikembangkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berbagai inovasi kesehatan karya anak bangsa jika dikembangkan akan mampu mendukung program pemerintah untuk mencapai kemandirian nasional.
Ketua Umum Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) Supriyantoro mengatakan, para inovator kesehatan berperan penting dalam mewujudkan ketahanan kesehatan bangsa.
Oleh karena itu, mereka membutuhkan ruang dan dukungan penuh pemerintah untuk lebih mengembangkan produk alat kesehatan dalam negeri.
“Seperti yang pernah disampaikan Menkes (Menteri Kesehatan) Budi Gunadi Sadikin, bahwa sebanyak 88% alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia merupakan produk impor dari luar negeri. Sementara produk buatan lokal hanya di angka 12%. Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama,” ungkap Supriyantoro disela-sela acara Grand Final Indonesia Healthcare Innovation Awards (IHIA) VI Tahun 2022 di Jakarta, dikutip Jumat (25/11/2022).
Supriyantoro menuturkan bahwa seluruh stakeholder bidang kesehatan harus berkolaborasi untuk meningkatkan peran produsen alkes lokal untuk memenuhi alkes dalam negeri.
Tingginya ketergantungan Indonesia pada produk alkes impor, kata dia, bukan saja tidak baik dari sisi ekonomi, tetapi juga pada ketahanan kesehatan bangsa.
Dalam hal inovasi teknologi di bidang kesehatan, Supriyantoro mengatakan jika selama dua tahun terakhir, layanan kesehatan jarak jauh (telemedis) begitu pesat berkembang.
Layanan kesehatan berbasis aplikasi tersebut, kata dia, banyak bermunculan dan menjadi sebuah kebiasaan baru masyarakat Indonesia.
“Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Big Data Analytics, Internet of Things, dan sederet teknologi digital lainnya membuka kesempatan-kesempatan baru dalam perbaikan kualitas dan peningkatan kecepatan layanan kesehatan di Indonesia dan ini harus didukung penuh,” tandasnya.
Supriyantoro menyebut, pandemi Covid-19 menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk benar-benar mewujudkan ketahanan kesehatan bangsa.
Maka dari itu, lanjut dia, IndoHCF sebagai Corporate Social Responsibilty (CSR) PT IDS Medical Systems Indonesia (idsMED Indonesia), secara konsisten terus menggelar ajang bergengsi IHIA sejak tahun 2017.
Sementara itu, Dirjen Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan Arianti Anaya mengatakan, Indonesia membutuhkan banyak inovasi-inovasi di bidang kesehatan. Bukan saja soal obat-obatan dan alat kesehatan tetapi juga dalam bentuk program termasuk juga mutu layanan.
Oleh karena itu, dia meminta agar IndoHCF turun lebih massif lagi untuk melakukan sosialisasi kepada para periset sehingga inovasi-inovasi mereka bisa terakomodir dalam IndoHCF ini.
“Saya yakin masih banyak periset yang hasil inovasinya belum terakomodir dalam IndoHCF ini. Dengan sosialisasi yang lebih massif lagi, mudah-mudahan tahun-tahun yang akan datang makin banyak lagi periset yang aware dan ikut dalam ajang IndoHCF,” kata Arianti.
Menurut dia, ajang IndoHCF bukan sekadar memberikan penghargaan kepada para periset yang inovasinya dinilai paling inovatif. Lebih dari itu ajang IndoHCF menjadi tempat bertemunya antara periset dan dunia industri, sehingga membuka peluang hilirisasi dari hasil riset bidang kesehatan. Selain itu, hasil inovasi juga bisa diterapkan pada daerah-daerah lain. “Kita lihat bagaimana ABGC-nya bisa jalan, yakni Academic, Business, Government dan Community,” tukasnya.
Dia mengakui banyak hasil inovasi dari periset yang tergabung dalam IndoHCF yang kini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Contohnya adalah pembuatan ventilator.
“Awalnya kita tidak bisa membuat ventilator, tetapi sejak pandemi banyak periset yang bermunculan dan mereka berhasil membuat ventilator. Sekarang tingkat kandungan dalam negeri ventilator kita sudah 90%-100%. Artinya sudah 100% sudah bisa diproduksi sendiri,” ungkapnya.
IHIA VI-2022 merupakan bentuk apresiasi kepada instansi/pemda, individu/kelompok perorangan, akademisi dan berbagai pihak lainnya yang telah berhasil menjalankan program-program peningkatan pelayanan kesehatan.
IHIA VI-2022 memberikan penghargaan dalam lima kategori inovasi yaitu Inovasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Inovasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Inovasi Mutu Pelayanan Kesehatan, Inovasi Alat Kesehatan, Inovasi IT Kesehatan dan Inovasi Percepatan Penurunan Stunting.
“Kami berharap ajang ini mampu berkontribusi positif dalam membangun ekosistem kesehatan bangsa yang kokoh dan melepaskan Indonesia dari ketergantungan terhadap produk alat kesehatan impor,” tutup Supriyantoro.
Ketua Umum Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) Supriyantoro mengatakan, para inovator kesehatan berperan penting dalam mewujudkan ketahanan kesehatan bangsa.
Oleh karena itu, mereka membutuhkan ruang dan dukungan penuh pemerintah untuk lebih mengembangkan produk alat kesehatan dalam negeri.
“Seperti yang pernah disampaikan Menkes (Menteri Kesehatan) Budi Gunadi Sadikin, bahwa sebanyak 88% alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia merupakan produk impor dari luar negeri. Sementara produk buatan lokal hanya di angka 12%. Hal ini perlu menjadi perhatian kita bersama,” ungkap Supriyantoro disela-sela acara Grand Final Indonesia Healthcare Innovation Awards (IHIA) VI Tahun 2022 di Jakarta, dikutip Jumat (25/11/2022).
Supriyantoro menuturkan bahwa seluruh stakeholder bidang kesehatan harus berkolaborasi untuk meningkatkan peran produsen alkes lokal untuk memenuhi alkes dalam negeri.
Tingginya ketergantungan Indonesia pada produk alkes impor, kata dia, bukan saja tidak baik dari sisi ekonomi, tetapi juga pada ketahanan kesehatan bangsa.
Dalam hal inovasi teknologi di bidang kesehatan, Supriyantoro mengatakan jika selama dua tahun terakhir, layanan kesehatan jarak jauh (telemedis) begitu pesat berkembang.
Layanan kesehatan berbasis aplikasi tersebut, kata dia, banyak bermunculan dan menjadi sebuah kebiasaan baru masyarakat Indonesia.
“Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), Big Data Analytics, Internet of Things, dan sederet teknologi digital lainnya membuka kesempatan-kesempatan baru dalam perbaikan kualitas dan peningkatan kecepatan layanan kesehatan di Indonesia dan ini harus didukung penuh,” tandasnya.
Supriyantoro menyebut, pandemi Covid-19 menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk benar-benar mewujudkan ketahanan kesehatan bangsa.
Maka dari itu, lanjut dia, IndoHCF sebagai Corporate Social Responsibilty (CSR) PT IDS Medical Systems Indonesia (idsMED Indonesia), secara konsisten terus menggelar ajang bergengsi IHIA sejak tahun 2017.
Sementara itu, Dirjen Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan Arianti Anaya mengatakan, Indonesia membutuhkan banyak inovasi-inovasi di bidang kesehatan. Bukan saja soal obat-obatan dan alat kesehatan tetapi juga dalam bentuk program termasuk juga mutu layanan.
Oleh karena itu, dia meminta agar IndoHCF turun lebih massif lagi untuk melakukan sosialisasi kepada para periset sehingga inovasi-inovasi mereka bisa terakomodir dalam IndoHCF ini.
“Saya yakin masih banyak periset yang hasil inovasinya belum terakomodir dalam IndoHCF ini. Dengan sosialisasi yang lebih massif lagi, mudah-mudahan tahun-tahun yang akan datang makin banyak lagi periset yang aware dan ikut dalam ajang IndoHCF,” kata Arianti.
Menurut dia, ajang IndoHCF bukan sekadar memberikan penghargaan kepada para periset yang inovasinya dinilai paling inovatif. Lebih dari itu ajang IndoHCF menjadi tempat bertemunya antara periset dan dunia industri, sehingga membuka peluang hilirisasi dari hasil riset bidang kesehatan. Selain itu, hasil inovasi juga bisa diterapkan pada daerah-daerah lain. “Kita lihat bagaimana ABGC-nya bisa jalan, yakni Academic, Business, Government dan Community,” tukasnya.
Dia mengakui banyak hasil inovasi dari periset yang tergabung dalam IndoHCF yang kini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Contohnya adalah pembuatan ventilator.
“Awalnya kita tidak bisa membuat ventilator, tetapi sejak pandemi banyak periset yang bermunculan dan mereka berhasil membuat ventilator. Sekarang tingkat kandungan dalam negeri ventilator kita sudah 90%-100%. Artinya sudah 100% sudah bisa diproduksi sendiri,” ungkapnya.
IHIA VI-2022 merupakan bentuk apresiasi kepada instansi/pemda, individu/kelompok perorangan, akademisi dan berbagai pihak lainnya yang telah berhasil menjalankan program-program peningkatan pelayanan kesehatan.
IHIA VI-2022 memberikan penghargaan dalam lima kategori inovasi yaitu Inovasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Inovasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Inovasi Mutu Pelayanan Kesehatan, Inovasi Alat Kesehatan, Inovasi IT Kesehatan dan Inovasi Percepatan Penurunan Stunting.
“Kami berharap ajang ini mampu berkontribusi positif dalam membangun ekosistem kesehatan bangsa yang kokoh dan melepaskan Indonesia dari ketergantungan terhadap produk alat kesehatan impor,” tutup Supriyantoro.
(ind)