Tak Gentar, Rusia Abaikan Dampak Sanksi Minyak dari UE dan G7
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rusia meyakini produksi minyaknya tidak akan merosot pascapengenaan batas harga oleh Uni Eropa (UE) dan G7 pada minyak mentah dari negara itu.
Dikutip dari RT.com, Jumat (9/12/2022), Wakil Pertama Menteri Energi Rusia Pavel Sorokin mengatakan, mayoritas pasar tetap terbuka untuk Rusia seiring meningkatnya permintaan, sementara fluktuasi produksi minyak tidak kritis.
Sorokin kepada wartawan mengatakan bahwa pasar minyak global saat ini tengah mengalami defisit pasokan, terutama solar. Hal itu, tegas dia, akan mendukung harga minyak.
Sementara itu, data lembaga pemeringkat ACRA menunjukkan bahwa perusahaan minyak Rusia telah berhasil dengan cukup cepat memulihkan tingkat produksi dan pasokan meskipun dihantam sejumlah sanksi Barat.
Laporan yang dikutip harian bisnis RBK itu menyebutkan, total volume produksi minyak antara Januari hingga Oktober, termasuk kondensat gas, meningkat 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai 443 juta ton. Perusahaan energi utama Rusia, Rosneft, dilaporkan telah meningkatkan ekspor ke Asia sebesar sepertiga, mengimbangi penurunan pasokannya ke Uni Eropa.
Embargo terbaru atas minyak mentah lintas laut Rusia dan batas harga yang disepakati minggu lalu oleh UE, negara-negara G7, dan Australia, mulai berlaku pada 5 Desember. Batas tersebut menetapkan harga maksimum di mana minyak Rusia dapat dijual pada USD60 per barel. Perusahaan Barat dilarang menyediakan perantara, pengiriman, asuransi, dan layanan lainnya untuk pengiriman yang dijual di atas ambang harga tersebut.
Tak tinggal diam, Rusia, yang berulang kali memperingatkan bahwa mereka tidak akan menjual minyaknya ke negara-negara yang mendukung pembatasan harga, saat ini sedang mempersiapkan tanggapan. Salah satunya, Rusia dilaporkan telah menyiapkan "armada bayangan" terdiri dari sekitar 100 kapal tanker untuk menjamin pengiriman minyaknya.
Dikutip dari RT.com, Jumat (9/12/2022), Wakil Pertama Menteri Energi Rusia Pavel Sorokin mengatakan, mayoritas pasar tetap terbuka untuk Rusia seiring meningkatnya permintaan, sementara fluktuasi produksi minyak tidak kritis.
Sorokin kepada wartawan mengatakan bahwa pasar minyak global saat ini tengah mengalami defisit pasokan, terutama solar. Hal itu, tegas dia, akan mendukung harga minyak.
Sementara itu, data lembaga pemeringkat ACRA menunjukkan bahwa perusahaan minyak Rusia telah berhasil dengan cukup cepat memulihkan tingkat produksi dan pasokan meskipun dihantam sejumlah sanksi Barat.
Laporan yang dikutip harian bisnis RBK itu menyebutkan, total volume produksi minyak antara Januari hingga Oktober, termasuk kondensat gas, meningkat 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai 443 juta ton. Perusahaan energi utama Rusia, Rosneft, dilaporkan telah meningkatkan ekspor ke Asia sebesar sepertiga, mengimbangi penurunan pasokannya ke Uni Eropa.
Embargo terbaru atas minyak mentah lintas laut Rusia dan batas harga yang disepakati minggu lalu oleh UE, negara-negara G7, dan Australia, mulai berlaku pada 5 Desember. Batas tersebut menetapkan harga maksimum di mana minyak Rusia dapat dijual pada USD60 per barel. Perusahaan Barat dilarang menyediakan perantara, pengiriman, asuransi, dan layanan lainnya untuk pengiriman yang dijual di atas ambang harga tersebut.
Tak tinggal diam, Rusia, yang berulang kali memperingatkan bahwa mereka tidak akan menjual minyaknya ke negara-negara yang mendukung pembatasan harga, saat ini sedang mempersiapkan tanggapan. Salah satunya, Rusia dilaporkan telah menyiapkan "armada bayangan" terdiri dari sekitar 100 kapal tanker untuk menjamin pengiriman minyaknya.
(fai)