Sambut 2023 dengan Optimisme, Ini Cara Pelaku Industri Asuransi Mengubah Tantangan jadi Peluang

Senin, 19 Desember 2022 - 19:09 WIB
loading...
Sambut 2023 dengan Optimisme,...
Nasabah mendapat penjelasan di ruang Customer Contact Centre kantor pusat Manulife. Kepedulian pada nasabah selama pandemi Covid-19, kian membuat Manulife paham produk yang dibutuhkan nasabah, yaitu kesehatan, pendidikan anak, jiwa dan penyakit kritis. Fo
A A A
JAKARTA - Potensi industri asuransi di Indonesia di tahun 2023 lumayan besar dengan kondisi masih rendahnya penetrasi asuransi yang hanya 3,18 persen (data Otoritas Jasa Keuangan tahun 2021), serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan perlunya proteksi setelah pandemi. Hal itu membuka peluang bagi perusahaan asuransi nasional, termasuk Manulife Indonesia.

“Kami sangat bersemangat dan optimistis dalam menyambut tahun 2023. Kami berkomitmen memenuhi kebutuhan finansial nasabah dengan memberikan solusi yang mengedepankan kepentingan mereka melalui inovasi produk dan layanan,” ujar Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia Ryan Charland dalam keterangan tertulis, Senin (19/12/2022).

Ryan Charland menjelaskan, menurut Survei Manulife Asia Care 2022, sebanyak 83 persen responden melihat pentingnya memiliki asuransi, dan 76 persen berkeinginan membeli produk asuransi.

“Kami percaya bahwa masyarakat Indonesia akan senantiasa membutuhkan proteksi serta rencana pensiun untuk keamanan masa depan mereka,” paparnya.

Sinyal adanya tekanan ekonomi pada tahun 2023 dikeluarkan Bank Dunia. Bank Dunia mencatat, resesi 2023 dipicu keadaan saat bank-bank sentral seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi yang tinggi.

Jika kenaikan suku bunga tersebut disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023. Artinya, ada kontraksi 0,4 persen per kapita. Kondisi inilah yang secara teknis dimaksud dengan resesi global.

Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2A Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ahmad Nasrullah meyakini, industri asuransi akan bisa melewati tantangan resesi, apalagi sudah teruji bisa bertahan saat krisis ekonomi.

Berdasarkan data OJK, penetrasi asuransi di Indonesia masih rendah. Tercatat pada 2021 baru mencapai 3,18 persen, yang terdiri atas penetrasi asuransi jiwa 1,19 persen, asuransi umum 0,47 persen, asuransi sosial 1,45 persen, dan asuransi wajib 0,08 persen.

Sementara itu, Head of Product Management Manulife Indonesia Richard Sondakh mengakui, tahun depan merupakan tahun yang menantang.

“Namun kita akan menjadikan tantangan menjadi peluang untuk terus berinovasi baik dari segi produk maupun layanan,” ujar Richard.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2284 seconds (0.1#10.140)