Yunani Jadi Negara Maju Pertama Default Utang ke IMF

Rabu, 01 Juli 2015 - 10:43 WIB
Yunani Jadi Negara Maju Pertama Default Utang ke IMF
Yunani Jadi Negara Maju Pertama Default Utang ke IMF
A A A
ATHENA - Yunani akhirnya menjadi negara maju pertama yang gagal bayar (default) utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF).

Dikutip dari Reuters, IMF menegaskan bahwa Yunani tidak membuat jadwal pembayaran pinjaman sebesar 1,6 miliar euro atau 1,8 miliar setara Rp23,9 triliun (kurs Rp13.300/USD).
Akibatnya, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde akan melaporkan kepada dewan IMF bahwa Yunani resmi default.

Ini merupkan kali pertama dalam sejarah IMF bahwa negara maju gagal membayar utang, menempatkan Athena, yang ekonominya telah mengalami kontraksi lebih dari 25% sejak 2009 sejajar dengan negara, seperti Zimbabwe, Sudan dan Kuba.

Kekhawatiran default Yunani telah menjadi perhatian pasar keuangan Seiring kekhawatiran Athena keluar dari zona Eropa.

Nasib keanggotaan Yunani di kawasan Eropa masih menggantung menjelang referendum, yang akan dilakukan pada hari Minggu pekan ini. Dalam referendum itu, warga negara Yunani akan memilih apakah akan menerima persyaratan penghematan yang diusulkan oleh kreditor internasional.

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengatakan pada hari Selasa bahwa krisis keuangan di Yunani tidak akan memberi kejutan besar ke ekonomi AS, tetapi memperingatkan bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global.

Juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan, Yunani sekarang menunggak dan hanya menerima dana dari IMF setelah tunggakannya dihapus. Dia menegaskan bahwa Yunani meminta perpanjangan pembayaran di menit terakhir sebelum jatuh tempo.

Pemerintah sayap kiri Yunani menjelang jatuh tempo meminta perpanjangan bailout serta program restrukturisasi utang dan pendanaan selama dua tahun untuk reformasi ekonomi.

Sementara pejabat Eropa belum menyerah mencari solusi. Menteri keuangan zona Eropa akan berunding terkait permintaan pinjaman dan restrukturisasi utang terbaru Yunani pada Rabu. Namun, tidak jelas seberapa jauh kesepakatan yang bisa dicapai.

Adapun Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengesampingkan negosiasi lebih lanjut sampai berakhirnya referendum pada hari Minggu mendatang.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9535 seconds (0.1#10.140)