IMF: Eropa Harus Atasi Kredit Macet

Selasa, 24 November 2015 - 15:05 WIB
IMF: Eropa Harus Atasi Kredit Macet
IMF: Eropa Harus Atasi Kredit Macet
A A A
JENEWA - Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal International Monetary Fund (IMF) Jose Vinals mengatakan, Eropa harus mengambil tindakan tegas untuk mengatasi kredit macet (NPL) perbankan senilai 900 miliar euro (USD965 miliar).

Vinals mengatakan, hal-hal penting yang telah dilakukan di Eropa, dan zona euro pada khususnya untuk menopang sektor perbankan seperti peraturan yang mengharuskan bank untuk memiliki sejumlah modal lebih, perlu dilakukan untuk membereskan kredit macet.

"Hal-hal penting yang telah dilakukan seperti peningkatan modal bank, tapi masih ada sekitar 900 miliar euro yang NPL-nya masih harus segera ditangani," katanya seperti dikutip dari CNBC, Selasa (24/11/2015).

NPL lazim dalam sistem perbankan di negara-negara zona Euro Selatan termasuk Italia, Portugal, Spanyol dan Yunani. Aset Bank Sentral Eropa dari 130 bank zona euro pada Oktober 2014, total NPL yang dimiliki oleh bank-bank mencapai 879,1 miliar euro.

menurutnya, NPL tersebut merusak seluruh perekonomian dan bisa menghambat pemulihan ekonomi tentatif Eropa.

"Mereka menangkap modal dan menurunkan profitabilitas bank sehingga kapasitas bank untuk memberikan kredit kepada perekonomian yang lebih rendah. Bank dengan NPL yang lebih tinggi cenderung memiliki lebih sedikit kemauan dan kemampuan untuk memberikan pinjaman tetapi Eropa membutuhkan bank yang meminjamkan kepada perusahaan atau sektor rumah tangga untuk mendukung pemulihan," jelas Vinals.

Dia mengatakan, tindakan tegas harus diambil terkait NPL oleh pengawas perbankan Eropa dan juga pemerintah setempat, dalam hal menciptakan reformasi hukum pada kerangka kerja untuk restrukturisasi utang.
Dalam hal pemulihan global yang lebih luas, Vinals mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah itu telah meninggalkan resesi di belakang untuk selamanya.

"Apa yang kita miliki adalah pemulihan global yang sederhana dan tidak rata dan melakukan sedikit lebih baik di negara maju, termasuk kawasan Eropa dan Uni Eropa, tetapi tidak pemulihan kuat dan pasar negara berkembang kehilangan kekuatan," tuturnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7078 seconds (0.1#10.140)