Kebijakan Fasbi dinilai lebih baik daripada BI rate

Kamis, 22 Agustus 2013 - 17:44 WIB
Kebijakan Fasbi dinilai lebih baik daripada BI rate
Kebijakan Fasbi dinilai lebih baik daripada BI rate
A A A
Sindonews.com - Ekonom OCBC Bank, Gundy Cahyadi menilai, masalah perekonomian terbesar ialah current account defisit atau nilai impor yang lebih besar. Sehingga hal ini sangat mempengaruhi sentimen pada rupiah.

Dan dia melihat kebijakan Bank Indonesia (BI) yang lebih mendesak saat ini ialah dengan meningkatkan Fasilitas Simpanan BI (Fasbi). Kebijakan ini disebutnya lebih efektif meyakinkan kondisi di market.

"BI Rate tidak perlu dinaikkan lagi karena akan mengganggu perekonomian domestik. Kebijakan yang lebih dibutuhkan untuk meningkatkan fasbi karena masalahnya di market," ujar Gundy saat ditemui di Jakarta, Kamis (22/8/2013).

Dia juga mengatakan, hingga akhir tahun tren nilai tukar rupiah berkisar di level Rp10.500 per USD. Nilai tersebut akan menjadi patokan karena sulit untuk kembali ke level Rp10 ribuan. Namun ada kemungkinan menguat di tahun depan, karena koreksi masih bisa terjadi di perekonomian AS.

"Para nasabah kita sarankan harus lebih aktif untuk menyeimbangkan portofolio. Sedangkan saham walaupun ada yang koreksi namun secara fundamental perekonomian masih cukup kuat," ujarnya.

Sementara ini wajar banyak yang enggan menukarkan dollarnya karena mungkin masih ada kecemasan terhadap nilai tukar rupiah. Namun dia menegaskan pasar tidak akan melihat dollar yang naik terlalu tinggi karena aksi perekonomian yang sudah kelihatan.

"Ekportir masih kurang yakin tukarkan dolar karena masih yakin dollar akan lebih tinggi. Kita tidak bisa membandingkan kondisi sekarang dengan krisis 2008 karena pertumbuhan perekonomian sekarang jauh lebih baik," ujarnya.

Dia juga menilai tren invetasi di 2014 masih diwarnai penguatan dollar yang dominan. Namun secara struktural pasar di asia masih cukup baik.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6132 seconds (0.1#10.140)