Proyek Kereta India Dipercepat

Rabu, 13 Mei 2015 - 09:49 WIB
Proyek Kereta India Dipercepat
Proyek Kereta India Dipercepat
A A A
NEW DELHI - China mendorong India mempercepat proyek kereta dari New Delhi ke Chennai yang bernilai miliaran dolar.

Pekan ini Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi dijadwalkan berkunjung ke China untuk memperkuat kerja sama antara dua negara. China telah melakukan studi kelayakan untuk proyek kereta cepat senilai USD36 miliar itu. Beijing meminta New Delhi segera merealisasikan proyek tersebut.

Dua pihak juga sepakat mempercepat penerapan koridor kereta cepat dari Chennai ke Bengaluru. China memang berupaya mendukung visi Modi untuk memodernisasi sistem kereta di India yang setiap hari digunakan 25 juta orang. Kerja sama semacam ini dapat meredakan ketegangan yang terjadi antara dua negara dalam konflik perbatasan di Himalaya dan aktivitas angkatan laut China di Samudera India serta menguatnya hubungan strategi India dengan Jepang dan Amerika Serikat (AS).

China juga mengincar bagian yang lebih besar dari ekonomi India sebesar USD2 triliun. Sesuai revisi statistik terbaru, India sekarang menjadi kekuatan ekonomi dengan pertumbuhan paling cepat di dunia, melebihi China. Modi yang tiba di China hari ini tampaknya senang dengan investasi tersebut meski sebagian pihak di India masih mengingat perang perbatasan dua negara pada 1962.

”Modi meninggalkan pendekatan lama pada China. Dia mengakui India tidak dapat membangun hubungan bisnis serius dengan China dengan memberi veto masalah keamanan di atas kebijakan ekonomi,” kata C Raja Mohan, analis kebijakan luar negeri India, dikutip kantor berita Reuters .

Duta Besar China untuk India Le Yucheng menyatakan pada televisi CNN-IBN bahwa kesepakatan senilai USD10 miliar akan ditandatangani saat kunjungan Modi selama tiga hari. Dia meminta Pemerintah India fokus memangkas birokrasi untuk memudahkan aliran investasi. Selama kunjungan Xi ke India tahun lalu, China mengumumkan investasi USD20 miliar selama lima tahun, termasuk membangun dua kawasan industri.

Meski demikian, perkembangan kerja sama itu lamban karena Modi kesulitan mendapat persetujuan politik untuk undangundang akuisisi lahan yang lebih mudah. Hanya seperlima kebutuhan lahan yang telah dibebaskan untuk kawasan industri USD5 miliar di Kota Pune yang telah diumumkan tahun lalu. Di negara bagian Gujarat, asal Modi, hanya 28% lahan yang telah dibeli untuk kawasan industri bernilai USD1,8 miliar di Vadodara.

Meski demikian, kondisi itu tidak mengurangi minat China untuk investasi di India. ”Sikap China terhadap investasi ini sangat positif,” kata Ma Jiali, executive deputy director China Reform Forum’s Centre for Strategic Studies dan pakar India. Jepang dan Prancis merupakan negara lain yang turut menawar untuk proyek modernisasi sistem kereta India yang terbesar keempat di dunia.

India sedang mencari investasi sebesar USD137 miliar selama lima tahun mendatang. Menteri Kereta India Suresh Prabhu menyatakan pekan lalu bahwa India dan China sedang menyelesaikan kesepakatan di sektor kereta menjelang kunjungan Modi.

Prabhu tidak memberikan rincian, tapi pejabat kereta menjelaskan, India mempertimbangkan proposal China untuk proyek perdana Delhi-Agra hingga koridor kereta cepat sepanjang 1754 kilometer ke Chennai melalui jantung India.

”China meminta bahwa mereka memulai pengerjaan hingga setengah jalan seiring proses studi kelayakan yang masih berlangsung,” ujar pejabat tersebut yang menambahkan, memorandum of understanding (MoU) dapat ditandatangani selama kunjungan Modi.

China telah menawarkan untuk menyediakan pendanaan pada India untuk pembangunan jaringan kereta cepat. Website biro kereta nasional China bulan lalu menyatakan, satu delegasi telah mengunjungi India pada 25-29 April dengan undangan India untuk membahas tentang percepatan dokumen kerja sama jalur kereta.

Dua pihak menyatakan, perundingan berjalan positif dan telah tercapai sejumlah kesepakatan. Sementara itu, Bank Sentral India (Reserve Bank of India/ RBI) Maret lalu mengumumkan pemangkasan suku bunga kedua dalam dua bulan. Langkah ini diambil setelah memproyeksikan penurunan inflasi. RBI menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%.

”Melemahnya inflasi diperkirakan terjadi pada semester I/2015 sebelum menguat lagi di bawah 6% pada semester II/2015. Konsekuensinya, kami memutuskan mengurangi suku bunga hingga 25 basis poin dari 7,75% menjadi 7,5% yang segera berlaku,” ungkap Gubernur RBI Raghuram Rajan, dikutip kantor berita AFP .

Kebijakan ini mengagetkan banyak pengamat karena komite pembuat kebijakan RBI tidak menggelar rapat hingga 7 April dan dilakukan setelah bank sentral menerapkan langkah serupa dengan memangkas suku bunga 25 poin pada pertengahan Januari. Ini pengurangan suku bunga pertama dalam 20 bulan.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9195 seconds (0.1#10.140)