Menkeu: Target Pertumbuhan Ekonomi Tidak Kaku
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, target pertumbuhan ekonomi dalam asumsi makro bukan sesuatu yang kaku namun memungkin untuk diubah.
Kondisi tersebut bisa saja terjadi mengingat perekonomian global sedang melambat. "Jadi bukan seoalah-olah tak boleh mengubah target pertumbuhan, tapi yang namanya pertumbuhan itu sangat dinamis dan dipengaruhi eksternal. Pak Fadel Muhammad (Ketua Komisi XI DPR) mengatakan, kita perlu ingat supaya kata asumsi makro yang mengikat, terkunci mati, disesuaikan kondisi ekonomi dunia dinamis," katanya, Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Dia juga mengatakan, proyeksi perekonomian dunia dari IMF pun harus terus direvisi. Sebelumnya, di 2015 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan 3,6%. Namun, proyeksi saat ini 3,1%.
Salah satu penyumbang perlambatan ekonomi global yaitu melambatnya perekonomian China. Sebelumnya, China diproyeksi tumbuh 7,4% diubah menjadi 6,8%. Kuartal I ekonomi China hanya tumbuh 7%. "Ini membuat prediksi ekonomi tak mudah. IMF melakukan revisi dari waktu ke waktu," ujar Bambang.
Faktor global lain, normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS). Perbaikan ekonomi sedang berjalan terlihat dengan adanya penguatan USD atau disebut super dolar.
Memang, penguatan dolar juga menjadi kekhawatiran tersendiri karena memengaruhi kinerja ekspor Amerika. Dolar yang mahal membuat ekspor menjadi lemah.
Hal tersebut menjadi asumsi jika The Fed akan memperlambat kenaikan dan memperkecil suku bunga acuan. Tetap saja, akan menghantam perekonomian negara-negara lain. "Akan menimbulkan gejolak di secondary maupun di Indonesia," tandas Menkeu.
Kondisi tersebut bisa saja terjadi mengingat perekonomian global sedang melambat. "Jadi bukan seoalah-olah tak boleh mengubah target pertumbuhan, tapi yang namanya pertumbuhan itu sangat dinamis dan dipengaruhi eksternal. Pak Fadel Muhammad (Ketua Komisi XI DPR) mengatakan, kita perlu ingat supaya kata asumsi makro yang mengikat, terkunci mati, disesuaikan kondisi ekonomi dunia dinamis," katanya, Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Dia juga mengatakan, proyeksi perekonomian dunia dari IMF pun harus terus direvisi. Sebelumnya, di 2015 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan 3,6%. Namun, proyeksi saat ini 3,1%.
Salah satu penyumbang perlambatan ekonomi global yaitu melambatnya perekonomian China. Sebelumnya, China diproyeksi tumbuh 7,4% diubah menjadi 6,8%. Kuartal I ekonomi China hanya tumbuh 7%. "Ini membuat prediksi ekonomi tak mudah. IMF melakukan revisi dari waktu ke waktu," ujar Bambang.
Faktor global lain, normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS). Perbaikan ekonomi sedang berjalan terlihat dengan adanya penguatan USD atau disebut super dolar.
Memang, penguatan dolar juga menjadi kekhawatiran tersendiri karena memengaruhi kinerja ekspor Amerika. Dolar yang mahal membuat ekspor menjadi lemah.
Hal tersebut menjadi asumsi jika The Fed akan memperlambat kenaikan dan memperkecil suku bunga acuan. Tetap saja, akan menghantam perekonomian negara-negara lain. "Akan menimbulkan gejolak di secondary maupun di Indonesia," tandas Menkeu.
(izz)