Penyebab Harga Elpiji 3 Kg di Daerah Ini Melambung
A
A
A
BANTUL - Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul mengklaim, harga eceran elpiji 3 kg tidak terkendali bukan karena kelangkaan, melainkan karena kepanikan masyarakat.
Kepala Disperindagkop Kabupaten Bantul, Sulistyanto menandaskan pasokan elpiji 3 kg di Kabupaten Bantul sudah mengalami kenaikan dari 22.000 menjadi 22.875 tabung setiap hari. Pasokan gas setiap hari mengalami kenaikan 7% lebih banyak dibanding alokasi sebelumnya. "Tidak ada kelangkaan," tegasnya, Rabu (13/5/2015).
Dia mengatakan, elpiji 3 kg sulit dicari bukan karena adanya pengurangan pasokan, tetapi adanya peningkatan permintaan dari masyarakat. Peningkatan permintaan dari masyarakat tersebut akibat kepanikan yang terjadi pada konsumen yang biasanya membeli 1 tabung untuk kebutuhan sepekan atau dua pekan, hanya saja karena berita lonjakan harga masyarakat jadi meningkatkan pembelian.
Menurutnya, jika kondisi normal rumah tangga hanya membeli satu tabung, tetapi dengan adanya isu melonjaknya harga tersebut, masing-masing rumah tangga membeli tiga tabung. Masyarakat memilih untuk menyiapkan stok karena takut kehabisan. Pola pembelian seperti itulah yang mengakibatkan gas sulit didapatkan di pasokan.
"Kalau pasokannya tetap, tetapi ketika didrop langsung habis. Ya karena biasanya warga itu beli satu, sekarang dua atau tiga tabung sekali membeli," jelas dia.
Selain itu, lonjakan harga yang terjadi akibat pola distribusi elpiji 3 kg tersebut sangat panjang. Sulis meyakini bahwa ketika harga jual elpiji 3 kg sudah tidak rasional, maka itu terjadi karena gas melalui beberapa tangan penjual.
Pihaknya juga meyakini bahwa harga elpiji 3 kg yang tembus di atas Rp20 ribu per tabung itu dijual oleh pengecer ketiga atau keempat dari pangkalan.
Dia mengaku kesulitan mengontrol harga jual gas di tingkat pengecer karena bukan wewenang mereka. Satu-satunya yang bisa dilakukan Disperindagkop adalah menekan pangkalan untuk menyiapkan stok khusus untuk konsumen yang berada di sekitar pangkalan.
Elpiji 3 kg cepat habis karena yang membeli di pangkalan adalah pengecer. "Kami pernah mengusulkan agar pengecer itu dilegalkan agar bisa diatur," ucapnya.
Sementara, pemilik pangkalan di Kecamatan Bantul, Endang mengungkapkan, pasokan gas di pangkalannya normal, sepekan 400 tabung. Hanya saja langsung habis ketika gas tersebut baru turun dari truk pengangkut.
Hal tersebut terjadi karena banyak konsumen elpiji 3 kg yang baru, mereka berasal dari konsumen elpiji 12 kg. "Itu karena ada peningkatan permintaan akibat migrasi gas 12 kg ke 3 kg," papar dia.
Endang memperkirakan di pangkalannya ada sekitar 5% kenaikan permintaan karena migrasi elpiji 12 kg 3 kg. Saat ini pasokan gas di tempatnya sebetulnya masih sangat kurang, karena idealnya bukan lagi 400 tabung dalam sepekan, tetapi sekitar 550 tabung per pekan. Dia sudah berusaha mengajukan penambahan pasokan, tetapi sudah tidak bisa lagi.
Harga eceran elpiji 3 kg di Kabupaten Bantul melonjak drastis dibanding sebelumnya. Di kawasan Dusun Sorowajan, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan harga eceran gas bersubsidi tersebut tembus di angka Rp25.000 per tabung. Sebuah rekor baru harga jual gas melon di Kabupaten Bantul, sebab selama ini kenaikan paling tinggi hanya mencapai Rp22.000 per tabung.
Dari pantauan Koran Sindo Yogya di daerah Sorowajan, para pemilik pangkalan mengakui tak memiliki stok lagi. Seperti yang diungkapkan Egis, salah satu pemilik pangkalan di kawasan Sorowajan.
Sejak 10 hari terakhir, hampir semua pangkalan yang ada di sekitar Sorowajan tak lagi menerima pasokan gas dari agen. "Mungkin karena kosong itu harga jadi melonjak," tandasnya.
(Baca: Harga Elpiji di Daerah Ini Tembus Rp25 Ribu/Tabung)
Kepala Disperindagkop Kabupaten Bantul, Sulistyanto menandaskan pasokan elpiji 3 kg di Kabupaten Bantul sudah mengalami kenaikan dari 22.000 menjadi 22.875 tabung setiap hari. Pasokan gas setiap hari mengalami kenaikan 7% lebih banyak dibanding alokasi sebelumnya. "Tidak ada kelangkaan," tegasnya, Rabu (13/5/2015).
Dia mengatakan, elpiji 3 kg sulit dicari bukan karena adanya pengurangan pasokan, tetapi adanya peningkatan permintaan dari masyarakat. Peningkatan permintaan dari masyarakat tersebut akibat kepanikan yang terjadi pada konsumen yang biasanya membeli 1 tabung untuk kebutuhan sepekan atau dua pekan, hanya saja karena berita lonjakan harga masyarakat jadi meningkatkan pembelian.
Menurutnya, jika kondisi normal rumah tangga hanya membeli satu tabung, tetapi dengan adanya isu melonjaknya harga tersebut, masing-masing rumah tangga membeli tiga tabung. Masyarakat memilih untuk menyiapkan stok karena takut kehabisan. Pola pembelian seperti itulah yang mengakibatkan gas sulit didapatkan di pasokan.
"Kalau pasokannya tetap, tetapi ketika didrop langsung habis. Ya karena biasanya warga itu beli satu, sekarang dua atau tiga tabung sekali membeli," jelas dia.
Selain itu, lonjakan harga yang terjadi akibat pola distribusi elpiji 3 kg tersebut sangat panjang. Sulis meyakini bahwa ketika harga jual elpiji 3 kg sudah tidak rasional, maka itu terjadi karena gas melalui beberapa tangan penjual.
Pihaknya juga meyakini bahwa harga elpiji 3 kg yang tembus di atas Rp20 ribu per tabung itu dijual oleh pengecer ketiga atau keempat dari pangkalan.
Dia mengaku kesulitan mengontrol harga jual gas di tingkat pengecer karena bukan wewenang mereka. Satu-satunya yang bisa dilakukan Disperindagkop adalah menekan pangkalan untuk menyiapkan stok khusus untuk konsumen yang berada di sekitar pangkalan.
Elpiji 3 kg cepat habis karena yang membeli di pangkalan adalah pengecer. "Kami pernah mengusulkan agar pengecer itu dilegalkan agar bisa diatur," ucapnya.
Sementara, pemilik pangkalan di Kecamatan Bantul, Endang mengungkapkan, pasokan gas di pangkalannya normal, sepekan 400 tabung. Hanya saja langsung habis ketika gas tersebut baru turun dari truk pengangkut.
Hal tersebut terjadi karena banyak konsumen elpiji 3 kg yang baru, mereka berasal dari konsumen elpiji 12 kg. "Itu karena ada peningkatan permintaan akibat migrasi gas 12 kg ke 3 kg," papar dia.
Endang memperkirakan di pangkalannya ada sekitar 5% kenaikan permintaan karena migrasi elpiji 12 kg 3 kg. Saat ini pasokan gas di tempatnya sebetulnya masih sangat kurang, karena idealnya bukan lagi 400 tabung dalam sepekan, tetapi sekitar 550 tabung per pekan. Dia sudah berusaha mengajukan penambahan pasokan, tetapi sudah tidak bisa lagi.
Harga eceran elpiji 3 kg di Kabupaten Bantul melonjak drastis dibanding sebelumnya. Di kawasan Dusun Sorowajan, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan harga eceran gas bersubsidi tersebut tembus di angka Rp25.000 per tabung. Sebuah rekor baru harga jual gas melon di Kabupaten Bantul, sebab selama ini kenaikan paling tinggi hanya mencapai Rp22.000 per tabung.
Dari pantauan Koran Sindo Yogya di daerah Sorowajan, para pemilik pangkalan mengakui tak memiliki stok lagi. Seperti yang diungkapkan Egis, salah satu pemilik pangkalan di kawasan Sorowajan.
Sejak 10 hari terakhir, hampir semua pangkalan yang ada di sekitar Sorowajan tak lagi menerima pasokan gas dari agen. "Mungkin karena kosong itu harga jadi melonjak," tandasnya.
(Baca: Harga Elpiji di Daerah Ini Tembus Rp25 Ribu/Tabung)
(izz)