Empat Kelompok IKM Ini Siap Hadapi MEA
A
A
A
BANDUNG - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat (Jabar) menilai, beberapa produk industri kecil dan menengah (IKM) dari kelompok fashion, kerajinan, alas kaki serta makanan dan minuman lebih siap dalam menghadapi persaingan di era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai akhir tahun ini.
Hal tersebut terlihat dari perkembangan berbagai produk kelompok tersebut baik pada sisi kuantitas maupun kualitas. "Kualitas dan kuantitas produk-produk pada kelompok fashion, kerajinan, alas kaki serta makanan dan minuman makin berkembang sehingga lebih siap dalam menghadapi MEA akhir tahun ini," kata Kepala Disperindag Jabar Ferry Sofwan Arief kepada wartawan, Kamis (14/5/2015).
Dia melanjutkan, empat kelompok industri kecil menengah (IKM) itu sangat siap untuk memasarkan produknya dan bersaing di tingkat nasional maupun antar negara anggota MEA. Terlebih dengan dukungan bahan baku lokal yang mencukupi.
"Bahan baku kain, lembaran kulit siap olah untuk fashion dan alas kaki. Ataupun bahan-bahan baku kerajinan. Selain itu, Jabar juga kaya akan hasil bumi seperti rempah-rempah sebagai bahan makanan minuman yang punya ciri khas tersendiri dibandingkan negara ASEAN lainnya," ujarnya.
Produk minuman seperti bandrek atau bajigur, kata Ferry, sudah sangat khas Jabar. Kearifan lokal yang ditambah sentuhan teknologi pada produk makanan dan minuman ini bisa menjadi nilai tambah. Sebagai langkah nyata meningkatkan daya saing, pihaknya menghimbau pengelola hotel menjadikan bandrek sebagai welcome drink.
"Kami imbau para pengelola hotel menjadikan bandrek sebagai welcome drink. Bandrek sangat cocok mengingat dinginnya cuaca di Bandung. Produk-produk khas seperti ini harus kita dorong agar lebih maju dan memiliki daya saing," tambah dia.
Ferry juga menyambut baik makin bermunculannya para wirausaha muda dengan berbagai ide-ide bisnis yang inovatif. Ditunjang dengan dukungan jaringan internet sehingga memungkinkan pemasarannya tidak hanya tingkat lokal, tapi juga global.
"Para anak muda ini punya ide-ide bisnis yang sangat bagus. Sistem pemasarannya pun sudah menggunakan jaringan internet, sehingga produknya sudah menasional bahkan beberapa sudah dipasarkan ditingkat global," ungkapnya.
Sementara, terkait pameran produk unggulan Jabar, Ferry menerangkan, pameran tersebut merupakan salah satu upaya untuk memetakan produk-produk unggulan Jabar yang akan diperkuat dan nantinya dapat bersaing pasca berlakunya MEA.
Deni Drimawan dari EO Kaminari selaku pihak penyelenggara menyebutkan, akan ada 40 stan yang memamerkan produk-produk unggulan khas Jabar. Sejauh ini, sudah ada sekitar 200 produk yang lolos kurasi.
"Selain pameran, ada juga sosialisasi penggunaan produk lokal serta pentingnya Sertifikat Nasional Indonesia (SNI) dalam produk yang dijual dan beredar di Jabar. Hal ini sebagai bentuk edukasi masyarakat agar lebih memilih produk lokal atau yang memiliki label SNI. Nanti juga akan ada kampanye dan konsultasi perlindungan konsumen," tandasnya.
Hal tersebut terlihat dari perkembangan berbagai produk kelompok tersebut baik pada sisi kuantitas maupun kualitas. "Kualitas dan kuantitas produk-produk pada kelompok fashion, kerajinan, alas kaki serta makanan dan minuman makin berkembang sehingga lebih siap dalam menghadapi MEA akhir tahun ini," kata Kepala Disperindag Jabar Ferry Sofwan Arief kepada wartawan, Kamis (14/5/2015).
Dia melanjutkan, empat kelompok industri kecil menengah (IKM) itu sangat siap untuk memasarkan produknya dan bersaing di tingkat nasional maupun antar negara anggota MEA. Terlebih dengan dukungan bahan baku lokal yang mencukupi.
"Bahan baku kain, lembaran kulit siap olah untuk fashion dan alas kaki. Ataupun bahan-bahan baku kerajinan. Selain itu, Jabar juga kaya akan hasil bumi seperti rempah-rempah sebagai bahan makanan minuman yang punya ciri khas tersendiri dibandingkan negara ASEAN lainnya," ujarnya.
Produk minuman seperti bandrek atau bajigur, kata Ferry, sudah sangat khas Jabar. Kearifan lokal yang ditambah sentuhan teknologi pada produk makanan dan minuman ini bisa menjadi nilai tambah. Sebagai langkah nyata meningkatkan daya saing, pihaknya menghimbau pengelola hotel menjadikan bandrek sebagai welcome drink.
"Kami imbau para pengelola hotel menjadikan bandrek sebagai welcome drink. Bandrek sangat cocok mengingat dinginnya cuaca di Bandung. Produk-produk khas seperti ini harus kita dorong agar lebih maju dan memiliki daya saing," tambah dia.
Ferry juga menyambut baik makin bermunculannya para wirausaha muda dengan berbagai ide-ide bisnis yang inovatif. Ditunjang dengan dukungan jaringan internet sehingga memungkinkan pemasarannya tidak hanya tingkat lokal, tapi juga global.
"Para anak muda ini punya ide-ide bisnis yang sangat bagus. Sistem pemasarannya pun sudah menggunakan jaringan internet, sehingga produknya sudah menasional bahkan beberapa sudah dipasarkan ditingkat global," ungkapnya.
Sementara, terkait pameran produk unggulan Jabar, Ferry menerangkan, pameran tersebut merupakan salah satu upaya untuk memetakan produk-produk unggulan Jabar yang akan diperkuat dan nantinya dapat bersaing pasca berlakunya MEA.
Deni Drimawan dari EO Kaminari selaku pihak penyelenggara menyebutkan, akan ada 40 stan yang memamerkan produk-produk unggulan khas Jabar. Sejauh ini, sudah ada sekitar 200 produk yang lolos kurasi.
"Selain pameran, ada juga sosialisasi penggunaan produk lokal serta pentingnya Sertifikat Nasional Indonesia (SNI) dalam produk yang dijual dan beredar di Jabar. Hal ini sebagai bentuk edukasi masyarakat agar lebih memilih produk lokal atau yang memiliki label SNI. Nanti juga akan ada kampanye dan konsultasi perlindungan konsumen," tandasnya.
(izz)